2024, Lima Krisis Kemanusiaan Teratas yang Tak Boleh Diabaikan Dunia

Reporter

Editor

Ida Rosdalina

Selasa, 2 Januari 2024 11:06 WIB

Seorang anak menghadap ke kamp pengungsi dekat perbatasan Chad-Sudan. Sekitar setengah juta orang, sebagian besar suku Masalit, telah meninggalkan Sudan menuju Chad. REUTERS/El Tayeb Siddig

TEMPO.CO, Jakarta - Tahun 2023 meninggalkan catatan tentang krisis kemanusiaan sangat buruk. Perang Saudara di Sudan, Perang Israel Hamas, ketegangan politik yang tak berkesudahan di Sudan Selatan, gangguan kelompok bersenjata di Burkina Faso dan konflik kelompok pemberontak dan junta Myanmar serta ketidakadilan terhadap warga Rohingya adalah lima konflik teratas yang masuk dalam Daftar Pantauan Darurat IRC (Komite Penyelamatan Internasional). Di belakang lima besar ini, ada negara-negara seperti Kongo, Etiopia, Niger, Somalia dan Mali yang juga mengalami krisis kemanusiaan yang sangat buruk.

Negara-negara yang masuk dalam daftar pantauan hanya menampung 10% populasi dunia, namun menyumbang sekitar 86 persen dari seluruh orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan secara global, 75% orang yang kehilangan tempat tinggal, 70% orang yang menderita krisis atau tingkat kerawanan pangan yang lebih buruk— dan semakin besarnya jumlah kemiskinan ekstrem global.

Berikut 5 negara teratas yang kemungkinan besar akan menghadapi krisis kemanusiaan terburuk 2024 menurut IRC:

1. Myanmar

Sebagai anggota ASEAN, konflik di Myanmar juga mempengaruhi negara-negara tetangganya. UNHCR menyatakan selama beberapa dekade, warga Rohingya mengalami penderitaan ekstrem di Myanmar. Mereka tidak diberikan akses terhadap kewarganegaraan dan pencatatan; tidak diperbolehkan mengakses layanan kesehatan, pendidikan, dan kesempatan kerja; dibatasi dalam kamp dan desa; dan menjadi sasaran kekerasan ekstrem. Akibat menjadi sasaran kekerasan dan pelanggaran HAM berskala besar, warga Rohingya terpaksa mengungsi ke berbagai negara tetangganya, termasuk Bangladesh, Malaysia dan Indonesia.

Advertising
Advertising

Karena mereka tidak memiliki kewarganegaraan, tidak ada jalur legal yang memungkinkan pengungsi Rohingya untuk berpindah-pindah wilayah dengan mudah di kawasan ini. Akibatnya, mereka sering memilih perjalanan perahu berbahaya yang ditawarkan oleh para penyelundup manusia. Menurut catatan UNHCR, 70 % pengungsi Rohingya yang mendarat di Indonesia selama sebulan terakhir adalah perempuan dan anak-anak.

Sementara itu, di dalam negeri, junta Myanmar menghadapi perlawanan sengit dari kelompok pemberontak. Konflik di Myanmar telah menyebar secara signifikan sejak militer mengambil alih kekuasaan politik pada 2021. Akibat konflik ini, 18,6 juta orang di Myanmar membutuhkan bantuan kemanusiaan—hampir 19 kali lebih banyak dibandingkan sebelum kudeta militer.

Lebih dari 335.000 orang harus meninggalkan rumah mereka sejak eskalasi terbaru ini dimulai, menyebabkan lebih dari 2 juta orang mengungsi di seluruh negeri. Keamanan memburuk dengan cepat, dengan dampak buruk terhadap warga sipil dan akses mereka terhadap layanan dasar dan bantuan kemanusiaan. Tahun 2024 tampaknya masih menjadi belum bersahabat dengan mereka.

Berita terkait

Ini Alasan AS Hentikan Pengiriman Bom ke Israel

6 jam lalu

Ini Alasan AS Hentikan Pengiriman Bom ke Israel

Amerika Serikat telah menangguhkan pengiriman senjata ke Israel, termasuk bom-bom berat yang digunakan oleh sekutu AS tersebut di Gaza.

Baca Selengkapnya

Sivitas Akademika Universitas Andalas Gelar Aksi Bela Palestina: Unand Student For Justice In Palestine

7 jam lalu

Sivitas Akademika Universitas Andalas Gelar Aksi Bela Palestina: Unand Student For Justice In Palestine

Setelah puluhan kampus di Amerika, kini sivitas akademika Universitas Andalas (Unand) gelar aksi bela Palestina dengan tema Unand Student For Justice.

Baca Selengkapnya

Mengapa Netanyahu Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas?

21 jam lalu

Mengapa Netanyahu Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas?

Israel menolak gencatan senjata dan melancarkan operasi di Rafah, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa perang di Gaza akan berlarut-larut.

Baca Selengkapnya

Bahama Secara Resmi Akui Palestina Sebagai Negara

22 jam lalu

Bahama Secara Resmi Akui Palestina Sebagai Negara

Bahama secara resmi mengakui negara Palestina. Sebelumnya sejumlah negara melakukan hal serupa.

Baca Selengkapnya

AS Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel, Khawatir Serangan ke Rafah

1 hari lalu

AS Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel, Khawatir Serangan ke Rafah

Amerika Serikat menghentikan pengiriman senjata yaitu 3.500 bom ke Israel pekan lalu, khawatir digunakan di Rafah.

Baca Selengkapnya

Tank-tank Israel Menyerbu Rafah, Hancurkan Tanda I Love Gaza

1 hari lalu

Tank-tank Israel Menyerbu Rafah, Hancurkan Tanda I Love Gaza

Israel mulai melancarkan serangan ke Rafah. Tank-tank merangsek menghancurkan bangunan di Rafah.

Baca Selengkapnya

5 Fakta dari KTT OKI di Gambia, Menlu Retno: OKI Harus Dorong Gencatan Senjata Israel Hamas

1 hari lalu

5 Fakta dari KTT OKI di Gambia, Menlu Retno: OKI Harus Dorong Gencatan Senjata Israel Hamas

Yang mencuat di KTT OKI di Gambia, mulai dari seruan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi soal Palestina dan negara islam lainnya

Baca Selengkapnya

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

1 hari lalu

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

Pengunjuk rasa pro-Palestina mengadakan protes di sekitar acara mode bergengsi Met Gala di Museum Seni Metropolitan, New York.

Baca Selengkapnya

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

1 hari lalu

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

Pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) merupakan "bencana besar" bagi warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

Bertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah

1 hari lalu

Bertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah

Ketua PMI Jusuf Kalla meminta Hamas untuk bersatu dengan Fatah ketika bertemu perwakilan kelompok tersebut di Kuala Lumpur.

Baca Selengkapnya