2024, Lima Krisis Kemanusiaan Teratas yang Tak Boleh Diabaikan Dunia

Reporter

Editor

Ida Rosdalina

Selasa, 2 Januari 2024 11:06 WIB

Seorang anak menghadap ke kamp pengungsi dekat perbatasan Chad-Sudan. Sekitar setengah juta orang, sebagian besar suku Masalit, telah meninggalkan Sudan menuju Chad. REUTERS/El Tayeb Siddig

2. Wilayah Pendudukan Palestina

Menutup 2023, korban jiwa akibat perang Israel Hamas di Gaza 21.822 orang dan 56.451 orang terluka dalam serangan Israel sejak 7 Oktober. Pasukan Israel memulai serangan udara dan operasi darat setelah Hamas melancarkan serangan darat yang mematikan dan serangan roket ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Operasi Israel sejak itu telah menyebabkan kehancuran parah dan kematian serta pengungsian yang meluas di seluruh Gaza.

Warga Gaza kini menderita kekurangan pangan, obat-obatan, air, sanitasi dan kebutuhan dasar lain, serta terancam dengan berbagai penyakit.

Keterlibatan diplomasi untuk memecahkan konflik ini masih jauh dari keberhasilan. Dukungan penuh AS terhadap Israel dengan persenjataan canggih dan jalur diplomasi di PBB membuat gencatan senjata masih menjadi sesuatu yang mustahil saat ini, mengingat tekad Benjamin Netanyahu untuk melenyapkan Hamas dari peta dunia.

Memasuki 2024, Gaza menjadi tempat paling mematikan bagi warga sipil di dunia. Warga menderita dampak brutal dari konflik terbaru antara Israel dan Hamas, yang terjadi tanpa memperhatikan hukum dan norma internasional yang dibangun untuk melindungi warga sipil bahkan dalam situasi yang paling mengerikan sekalipun.

Lembaga-lembaga multilateral seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengeluarkan beberapa peringatan mengenai krisis kemanusiaan di Gaza akibat kekurangan makanan, obat-obatan, air dan sanitasi.

1. Sudan

Konflik Sudan antara Angkatan Bersenjata dan Pasukan Dukungan Cepat (RFS) telah mendorong Sudan ke urutan teratas dalam Daftar Pantauan Darurat tahun 2024—dan mendorong negara tersebut ke ambang kehancuran. Pertempuran yang berlangsung kurang dari satu tahun telah meningkatkan dua kali lipat jumlah orang yang membutuhkan dukungan kemanusiaan.

Di Darfur, kelompok hak asasi manusia melaporkan adanya pembunuhan massal dan pemindahan paksa berdasarkan etnis. Krisis ini diperkirakan akan memburuk secara dramatis pada tahun 2024, menyebabkan jutaan orang tidak mempunyai cukup makanan dan tidak dapat mengakses layanan kesehatan penting dan layanan lainnya.

Tahun 2024, diperkirakan pertempuran akan menyebar ke wilayah negara bagian lain, selain Khartoum dan Darfur dan menarik semakin banyak kelompok bersenjata. Prospek untuk mengakhiri konflik sangatlah terbatas.

Krisis kemanusiaan di negara-negara ini telah mencapai titik terbawah, dan besar kemungkinan akan masih terus merosot hingga titik yang kita tak bisa duga. Dunia tak boleh dan tak bisa mengabaikan mereka.slot pulsa

AL JAZEERA | BERBAGAI SUMBER

Pilihan Editor: Korban Gempa Jepang Terus Bertambah, Kerusakan Jalan Persulit Penyelamatan

Berita terkait

Saat Israel Curigai Hamas Eksploitasi Starlink di Gaza

2 jam lalu

Saat Israel Curigai Hamas Eksploitasi Starlink di Gaza

Saat Elon Musk sumbangkan Starlink untuk misi kemanusiaan di Gaza, Menteri Komunikasi Israel, Shlomo Karhi curiga hal itu bakal dieksploitasi Hamas.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi: Resolusi Saja untuk Palestina Tidak Cukup

7 jam lalu

Retno Marsudi: Resolusi Saja untuk Palestina Tidak Cukup

Retno Marsudi mengatakan resolusi Majelis Umum PBB saja tidak cukup, melainkan perlu ada upaya mewujudkan keanggotaan penuh Palestina di PBB.

Baca Selengkapnya

Apa Alasan Negara-negara di Pasifik Menolak Palestina sebagai Anggota Penuh PBB?

7 jam lalu

Apa Alasan Negara-negara di Pasifik Menolak Palestina sebagai Anggota Penuh PBB?

Berikut alasan negara-negara di Pasifik menolak status anggota penuh Palestina di PBB.

Baca Selengkapnya

Aksi Solidaritas Palestina di Semarang Suarakan Boikot Produk Terafiliasi Israel

9 jam lalu

Aksi Solidaritas Palestina di Semarang Suarakan Boikot Produk Terafiliasi Israel

"Memasifkan gerakan boikot dan menarik investasi dalam bentuk apapun terhadap produk yang mendukung dan berafiliasi dengan zionis Israel," ujar perwakilan aksi, Fikri Arif Pradita, diikuti para peserta

Baca Selengkapnya

Pemberontak Myanmar Rebut Wilayah Rakhine yang Dihuni Etnis Rohingya

19 jam lalu

Pemberontak Myanmar Rebut Wilayah Rakhine yang Dihuni Etnis Rohingya

Pemberontak Arakan Army menguasai wilayah Rakhine yang banyak dihuni warga Rohingya di Myanmar. Mereka membantah menargetkan Rohingya.

Baca Selengkapnya

Saat Pengacara Israel Diteriaki Pembohong di Sidang ICJ

1 hari lalu

Saat Pengacara Israel Diteriaki Pembohong di Sidang ICJ

Seorang wanita dikeluarkan dari sidang Mahkamah Internasional atau ICJ saat pejabat Israel menyampaikan pendapatnya.

Baca Selengkapnya

Pejabat AS Terbang ke Arab Saudi Temui Pangeran MBS, Apa yang Dibahas?

1 hari lalu

Pejabat AS Terbang ke Arab Saudi Temui Pangeran MBS, Apa yang Dibahas?

Utusan Joe Biden menemui Pangeran MBS di Arab Saudi untuk membahas sejumlah hal termasuk Palestina.

Baca Selengkapnya

Kabinet Perang Israel Pecah, Netanyahu Tak Bisa Kendalikan Menterinya

1 hari lalu

Kabinet Perang Israel Pecah, Netanyahu Tak Bisa Kendalikan Menterinya

Netanyahu dan sejumlah pejabat Israel berselisih soal pengendalian Gaza setelah perang dengan Hamas selesai.

Baca Selengkapnya

UNRWA: 800.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Sejak Invasi Israel

1 hari lalu

UNRWA: 800.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Sejak Invasi Israel

Hampir separuh dari penduduk Rafah sudah meninggalkan wilayah itu sejak Israel melakukan serangan besar-besaran.

Baca Selengkapnya

Tentara Israel Membunuh Anggota Jihad Islam Palestina dalam Serangan Udara di Jenin

1 hari lalu

Tentara Israel Membunuh Anggota Jihad Islam Palestina dalam Serangan Udara di Jenin

IDF mengkonfirmasi tentara Israel membunuh seorang anggota senior Jihad Islam Palestina (PIJ) di Jenin, Tepi Barat.

Baca Selengkapnya