Sengkarut Harga Beras: Mulai dari Klaim Stok Aman, Dugaan Penyelundupan Hingga Opsi Impor
Reporter
Riani Sanusi Putri
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 13 Oktober 2022 17:02 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Nur Fuad sedang menimbang beras dagangannya saat ditemui Tempo di Pasar Ceger, Tangerang Selatan pada Kamis pagi, 13 Oktober 2022. "Sepi terus sekarang. Harga beras memang lagi naik Rp 1.000 per kilogram semua jenis. Besar (kenaikan harga beras) itu," ucapnya.
Kiosnya memang nampak sepi pengunjung. Beras berbagai jenis masih terlihat memenuhi wadah yang berada di depannya.
Nur mengatakan lonjakan harga beras terjadi tiba-tiba. Sehari setelah harga bahan bakar minyak (BBM) naik, harga beras langsung terkerek. Dari satu karung atau sebanyak 50 kilogram beras, harganya meningkat hingga Rp 100 ribu. Pedagang pun terpaksa menerima kenaikan harga itu karena makin mahalnya biaya angkut dan kian menipisnya stok beras di gudang.
Baca: Rupiah Anjlok, Zulkifli Hasan: Harga Pangan Tetap Stabil
Lonjakan harga di tingkat pedagang sontak mengurangi jumlah pembelian konsumen. Nur Kini pembeli telah mengurangi jumlah beras yang dibeli hingga 50 persen. Akibatnya, pendapatan para pedagang jeblok hingga separuh dari kondisi normal, atau sebelum kenaikan harga BBM.
Menurut Nur, kondisi pedagang tak berbeda dengan masyarakat yang sebagai konsumen beras. Kestabilan harga dan pasokan adalah dua hal yang sangat diharapkan bisa dikelola dengan baik oleh pemerintah.
Dengan begitu, pedagang bisa terus berjualan dan mendapatkan penghasilan. Begitu juga dengan konsumen tak sulit mendapatkan barang kebutuhan pokoknya dengan harga terjangkau.
Soal kenaikan harga beras ini, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menilainya sebagai hal yang wajar seiring dengan meningkatnya harga gabah. Harga beras di pasar naik hingga sekitar Rp 2.000 per kilogram. "Tetapi beras yang (di) Bulog dijamin harganya,” ujar dia, Selasa, 11 Oktober 2022.
Ia juga memastikan harga beras yang dikeluarkan oleh Bulog tak akan berubah. Kalau ada kenaikan, kata Zulhas, selisihnya akan ditanggung atau disubsidi oleh pemerintah.
Namun hal itu tak berlaku untuk beras premium. Seperti halnya minyak goreng, harga beras premium dilepas ke pasar sehingga masyarakat memiliki kebebasan memilih sesuai dengan kebutuhannya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia, Dwi Andreas Santosa menilai kenaikan harga beras tak wajar. Pasalnya, harga beras merambat naik sejak Juli 2022 lalu akibat harga gabah kering panen atau GKP melonjak tajam.
Selanjutnya: "Saya sudah sampaikan, hati-hati ini dengan beras."