Berharap Hujan Insentif di Tengah Ancaman Resesi, Mengubah Risiko jadi Cuan?
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 12 Oktober 2022 17:23 WIB
Selain itu, pembalikan arah komoditas yang tadinya booming rekrutmennya, seperti pertambangan dan perkebunan. "Ketika terjadi modulasi harga komoditas mungkin mereka juga salah satu yang melakukan PHK paling besar,” katanya tanpa merinci proyeksi gelombang PHK yang bakal terjadi itu.
Tauhid juga memperkirakan ancaman resesi global tahun depan akan berdampak pada beberapa sektor. Resesi akan mempengaruhi sektor logistik khususnya impor. Ditambah dengan kurs rupiah yang melemah hingga di atas Rp 15.000, industri yang bergantung pada bahan baku impor bakal langsung terpukul. “Itu yang saya kira cukup berat,” kata dia.
Selain itu, Tauhid menyebutkan, tingginya harga minyak dunia di atas US$ 90 per barel turut berpengaruh ke sektor logistik, seperti transportasi udara—sektor-sektor yang haus BBM—dan transportasi lainnya. “Yang paling kena ya pasti sektor pariwisata. Karena biaya transportasi dan logistiknya tinggi,” ucap dia.
Para menteri diminta berhati-hati ambil kebijakan
Sementara itu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi memerintahkan jajaran menteri untuk berhati-hati dalam mengambil kebijakan karena tekanan krisis finansial global yang semakin tinggi. Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Selasa, 11 Oktober 2022.
“Wujudnya lebih besar dari krisis di 1998, di mana krisis di 1998 itu di beberapa negara ASEAN, tentu presiden juga mengingatkan untuk ambil kebijakan secara berhati-hati,” kata Airlangga.
Menurut Airlangga, saat ini ketahanan eksternal Indonesia cukup kuat. Nilai tukar rupiah memang mencatatkan depresiasi hingga enam persen. Namun, pergerakan rupiah masih lebih kuat dibanding mata uang negara-negara dengan lain
“Relatif lebih tinggi dibanding negara lain termasuk Kanada, Swiss, Thailand, Nepal juga termasuk Inggris sehingga relatif Indonesia lebih moderat dibandingkan beberapa negara lain,” ucap Airlangga.
Airlangga juga merinci beberapa indikator ketahanan eksternal seperti indeks volatilitas kurs yang sebesar 30,49, dan juga premi risiko investasi (credit default swap/CDS) Indonesia yang lebih rendah dari Meksiko, Brasil, Turki dan Afrika Selatan. Ia mengatakan pemerintah masih optimistis ekonomi Indonesia tetap tumbuh.
Di 2023, ia memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh di rentang 4,8-5,2 persen. Pemburukan situasi ekonomi global juga disampaikan Joko Widodo hari ini setelah menerima laporan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang sedang berada di Washington DC, Amerika Serikat.
Jokowi menyebut banyak negara yang mengajukan permohonan bantuan keuangan terhadap Dana Moneter Internasional (IMF). "Tadi pagi saya mendapatkan telpon dari Menteri Keuangan dari Washington DC. Beliau menyampaikan sudah 28 negara antre masuk sebagai pasien IMF," kata Presiden saat membuka Kongres XII Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) dan Munas XI Persatuan Istri Veteran Republik Indonesia (Piveri) Tahun 2022.