Kematian George Floyd Bentuk Ketidakadilan Rasial di Amerika
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Selasa, 2 Juni 2020 14:30 WIB
Siaran pers dari tim forensik Hennepin County Medical Examiner, seperti dilaporkan Reuters, mengatakan bahwa Floyd, yang berjuang untuk bernapas ketika seorang polisi menindih lehernya lutut, sedang dalam pengaruh metamfetamin baru-baru ini dan keracunan fentanyl, bersama dengan hipertensi dan penyakit arteri koroner. Tim forensik otoritas Hennepin County menyimpulkan faktor ini membawa kematian George Floyd.
Tetapi dua dokter forensik independen dan dua pengacara untuk keluarga Floyd mengatakan bahwa Floyd tidak memiliki kondisi riwayat kesehatan yang mungkin berkontribusi pada kematiannya. Mereka berargumen bahwa tidak hanya petugas yang sedang berlutut di leher Floyd membunuhnya, tetapi juga dua petugas yang menekan berat badan mereka ke punggung Floyd ketika dia tertelungkup di aspal.
Mereka menambahkan bahwa mereka tidak memiliki informasi tentang adanya toksikologi dan penggunaan narkoba atau alkohol oleh Floyd.
Allecia Wilson dari University of Michigan, salah satu dari dua dokter forensik yang melakukan otopsi independen, mengatakan bukti menunjuk pada pembunuhan dengan "asfiksia mekanis" yang berarti ada beberapa kekuatan fisik yang menghambat pasokan oksigen.
Carolyn Marinan, juru bicara untuk Hennepin County, tidak mengkonfirmasi perbedaan hasil autopsi dan hanya mengatakan bahwa siaran pers Senin adalah "temuan terakhir" mereka.
Video yang direkam pejalan kaki menunjukkan Floyd memohon agar diizinkan berdiri dan mengatakan berulang kali bahwa dia tidak bisa bernapas ketika salah seorang petugas polisi bernama Derek Chauvin menjepit leher Floyd ke aspal selama hampir sembilan menit. Dua petugas lainnya menekan punggung Floyd dengan lutut.
Chauvin, yang berkulit putih dan telah dipecat dari departemen kepolisian Minneapolis, dikenakan dakwaan pembunuhan tingkat tiga dan pembunuhan pekan lalu.
Tetapi Dr. Michael Baden, yang mengambil bagian dalam otopsi independen atas perintah keluarga Floyd, mengatakan bahwa tindakan dua petugas lainnya juga menyebabkan Floyd berhenti bernapas.
"Kita dapat melihat setelah kurang dari empat menit bahwa Tuan Floyd tidak bergerak, tidak bernyawa," kata Baden, menambahkan dia tidak menemukan riwayat kesehatan Floyd yang menyebabkan kematiannya.
Dr. Baden telah menangani beberapa kasus terkenal, termasuk kematian Eric Garner 2014, seorang pria kulit hitam yang meninggal setelah dicekik oleh polisi di New York City.
Baden membantah argumen bahwa jika Floyd bisa berbicara maka dia bisa bernafas.
"Banyak polisi mendapat kesan bahwa jika Anda dapat berbicara, itu berarti Anda bernafas. Itu tidak benar," kata Baden. "Saya berbicara sekarang di depan Anda dan tidak mengambil nafas."
Menentukan penyebab kematian George Floyd bukan hanya menjadi alat bukti pidana terhadap Derek Chauvin, tetapi juga implikasi terhadap publik yang telah lama melihat kekerasan rasial penegak hukum terhadap warga kulit hitam.