Cina-Jepang Saling Salip di Proyek Kereta Semi Cepat Lintas Jawa

Rabu, 25 September 2019 12:49 WIB

Pemerintah Indonesia dan Jepang menandatangani kesepakatan teknis Summary Record on The Java North Line Upgrading Project untuk mengkaji pembangunan kereta semi-cepat Jakarta-Surabaya pada Selasa petang, 24 September 2019 di Hotel Pullman, Jakarta. TEMPO/Francisca Christy Rosana

Seusai membentuk konsorsium, masih pada bulan yang sama, pemerintah Indonesia menerbitkan beleid penyokongnya. Pada 2018, Cina mengucurkan duit pinjaman US$ 810,4 juta yang akan dipakai untuk merampungkan proyek. Pinjaman itu rencananya digelontorkan dalam tiga tahap.

Setahun setelah Indonesia meneken kesepakatan dengan Cina, pada Mei 2016, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bertemu dengan Presiden Jokowi di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi G-7. Jepang kembali mengutarakan niatnya terlibat dalam pembangunan proyek kereta semi-cepat Jakarta-Surabaya. Apalagi, Jepang sudah tersalip Cina, setelah pemerintah Indonesia mencanangkan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dengan menggandeng negeri tirai bambu.

Setahun kemudian, pada November 2017, Jokowi dan Shinzo Abe kembali bertemu pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Manila, Filipina. Keduanya kembali membahas kelanjutan proyek kereta semi cepat lintas Jawa.

Lewat rembugan kedua pemimpin negara itu, Jepang pun menawarkan kereta dengan kecepatan 120 kilometer per jam. Namun, Indonesia menolak. Pemerintah menginginkan kereta semi cepat memiliki kecepatan 160 kilometer per jam. Ditambah embel-embel, biaya keseluruhan maksimal dipatok Rp 120 triliun—yang belakangan dilorotkan menjadi Rp 60 triliun saja.

Bulan Desember di tahun yang sama, Kementerian Perhubungan bersama Badan Pengkaji dan Penerapan Teknologi atau BPPT mengebut proyek prastudi kelayakan. Studi ini kemudian dibahas bersama JICA. Enam bulan kemudian, proyek ini sudah tercatat dalam proyek strategis nasional.

Setahun berselang, setelah diketok sebagai proyek strategis nasional, Indonesia dan Jepang akhirnya meneken nota kesepahaman awal sebagai bentuk kesepakatan teknis, Selasa malam. Lembar kerja sama yang ditandatangani kedua negara itu menjadi landasan studi persiapan bagi JICA sebelum masuk ke fase desain dan konstruksi—meski sebelumnya JICA telah menggelar pre-studi kelayakan sejak Juni 2019.

Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kementerian Perhubungan Danto Restyawan mengatakan, JICA memiliki waktu sampai Mei 2020 untuk melakukan studi persiapan. “Sesuai jadwal pelaksanaan preparatory survey, JICA akan menyampaikan hasil kajian sementara berupa internal record,” ujarnya. Pemerintah nantinya akan memperoleh gambaran untuk memutuskan kelanjutan proyek itu.

Berdasarkan lembar nota kesepahaman tersebut, kedua pihak menyepakati delapan persyaratan teknis yang melandasi pembangunan kereta semi cepat. Beberapa di antaranya menyatakan kereta semi cepat akan dibangun menggunakan rel sempit selebar 1.067 milimeter. Pengoperasian kereta juga menggunakan single track dan tidak berbasis elektrifikasi. Kemudian, kereta memiliki kecepatan operasi maksimum 160 kilometer per jam. Selanjutnya, kereta akan digerakkan dengan mesin diesel atau DEMU.

Berita terkait

Cina Desak AS Tak Hadang Proses Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

13 jam lalu

Cina Desak AS Tak Hadang Proses Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Dubes Cina untuk PBB Fu Cong mendesak Amerika Serikat untuk tidak menghalangi proses keanggotaan penuh Palestina di PBB yang didukung Majelis Umum

Baca Selengkapnya

Ramai Kritik Hilirisasi Nikel Dianggap Lebih Untungkan Cina, Ini Tanggapan Stafsus ESDM

18 jam lalu

Ramai Kritik Hilirisasi Nikel Dianggap Lebih Untungkan Cina, Ini Tanggapan Stafsus ESDM

Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengatakan keuntungan nilai tambah hilirisasi nikel di Indonesia selama ini lebih banyak tersalur ke Cina.

Baca Selengkapnya

Laut Cina Selatan: Ketegangan antara Cina dan Filipina memanas?

1 hari lalu

Laut Cina Selatan: Ketegangan antara Cina dan Filipina memanas?

Perseteruan Cina dan Filipina memperebutkan dua fitur di Laut Cina Selatan kian sengit.

Baca Selengkapnya

Sengketa Laut Cina Selatan, Penasehat Keamanan Filipina Sarankan Usir Diplomat Cina

1 hari lalu

Sengketa Laut Cina Selatan, Penasehat Keamanan Filipina Sarankan Usir Diplomat Cina

Diplomat Cina disarankan angkat kaki dari Manila yang menggambarkan naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

Jepang Tunda Pembangunan Penghalang Gunung Fuji

1 hari lalu

Jepang Tunda Pembangunan Penghalang Gunung Fuji

Wisatawan memiliki waktu beberapa hari lagi untuk memotret Gunung Fuji di tempat yang populer setelah pembangunan penghalang ditunda

Baca Selengkapnya

Rumah Kosong di Jepang Cetak Rekor Baru, Tembus 9 Juta Unit

2 hari lalu

Rumah Kosong di Jepang Cetak Rekor Baru, Tembus 9 Juta Unit

Jepang mencatat rekor baru rumah kosong sebanyak 9 juta unit. Angka kelahiran yang rendah menjadi pemicu banyaknya rumah kosong.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

2 hari lalu

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

Top 3 dunia kemarin adalah daftar konglomerat Singapura dan Korsel yang masuk daftar Forbes hingga Cina diminta membantu negara miskin dari utang.

Baca Selengkapnya

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

3 hari lalu

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina

Baca Selengkapnya

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

3 hari lalu

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

Beijing menyerukan kepada Israel untuk mendengarkan seruan besar masyarakat internasional, dengan berhenti menyerang Rafah

Baca Selengkapnya

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

3 hari lalu

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

Cina memperpanjang kebijakan bebas visa untuk 12 negara di Eropa dan Asia setelah kunjungan kerja Presiden Xi Jinping ke Prancis

Baca Selengkapnya