Sengatan Listrik Padam Seharga Rp 1 Triliun
Reporter
Larissa Huda
Editor
Rahma Tri
Rabu, 7 Agustus 2019 12:58 WIB
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicolas Mandey memperkirakan potensi kerugian material anggota Aprindo akibat blackout itu melampaui angka Rp 200 miliar. Sedikitnya 82 pusat perbelanjaan dan 2.500 lebih toko ritel modern swa kelola di Jakarta terdampak pemadaman listrik. Kerugian amat terasa, blackoutterjadi di hari libur atau akhir pekan, saat biasanya warga memadati pusat-pusat perbelanjaan. Penjualan retail pun anjlok akibat masyarakat urung berbelanja karena listrik padam.
Tak hanya itu, Roy menyebutkan, biaya operasional peretail juga membengkak. Beberapa gerai terpaksa membakar solar untuk menghidupkan genset. “Kami menggunakan genset diesel berbahan bakar solar yang tentu berimbas pada naiknya biaya operasional yang seharusnya tidak perlu kami keluarkan," kata dia.
Kerugian besar juga dialami oleh operator seluler yang selama listrik padam ikut terimbas sehingga pelanggan kehilangan transmisi sinyal. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara sebelumnya memperkirakan operator seluler merugi hingga Rp 100 miliar.
Hal tersebut diamini Wakil Direktur Tri Indonesia Danny Buldansyah. Ia menuturkan setidaknya 6 ribu Base Transceiver Station (BTS) milik operator Tri mati pada saat pemadaman listrik. Perusahaan kehilangan pendapatan sebesar Rp 15-20 miliar pada Ahad lalu. Padahal, pendapatan pada hari akhir pekan biasanya bisa mencapai Rp 40-100 miliar. Kerugian itu belum termasuk biaya pemulihan. "Kami harus sediakan genset mobilesekitar 300-400 unit. Genset ini keliling selama pemadaman berlangsung," ujar Danny kepada Tempo di kantornya, Selasa kemarin.
General Manager Corporate Communication XL Axiata Tri Wahyuningsih menuturkan, gangguan jaringan terjadi karena BTS membutuhkan aliran listrik untuk memancarkan sinyal kepada pelanggan membutuhkan daya dari listrik. Adapun baterai cadangan atau mobile genset yang disediakan hanya bisa beroperasi sekitar empat jam. Apabila listrik mati dalam waktu yang lama, maka mobilisasi genset harus dilakukan dan dihidupkan lebih lama. "Sehingga membutuhkan upaya lebih besar karena harus disiapkan pula pasokan solar yang terus menerus. Butuh biaya ekstra untuk terus menjaga agar BTS tetap bisa melayani pelanggan," ujar Ayu.
Ketua DPD Apindo Jawa Barat Deddy Wijaya menilai kompensasi yang dijanjikan PLN atas kerugian pelanggan selama listrik padam pada Ahad lalu sebagai iktikad baik. Namun, ia mengingatkan, tujuan pelanggan sebenarnya bukan mengejar kompensasi uang itu, melainkan agar PLN tidak mengulang lagi kelalaian serupa. “Buat pelajaran buat PLN agar mereka kerja profesional,” kata dia saat dihubungi, Selasa, 6 Agustus 2019. Pelajaran sangat mahal seharga Rp 1 triliun tentunya...
LARISSA HUDA | CAESAR AKBAR | HENDARTYO HANGGI | FRANCISCA CHRISTY ROSANA | AHMAD FIKRI (BANDUNG) | FRISKI RIANA