Harga Beras Naik, Panen Mundur, Inflasi Maju

Selasa, 27 Februari 2024 10:00 WIB

Warga antre mendapatkan jatah pembelian beras murah dalam Operasi Pasar Beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan di Kantor Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat 23 Februari 2024. Sebanyak 10 ton beras didistribusikan dalam operasi pasar dibanderol seharga Rp 53.000 untuk kemasan 5 kilogram dengan maksimal pembelian dua kemasan. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Para pedagang beras kini kesulitan mendapatkan pasokan. Menjelang Ramadan tahun ini, stok beras di penggilingan padi terbatas. Kenaikan harganya sudah mencapai 20 persen.

"Ini yang harus diwaspadai oleh semua pihak agar stok-stok yang dimiliki, khususnya beras premium, agar segera dikeluarkan," ujar kata Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Reynaldi Sarijowan saat dihubungi pada Jumat, 23 Februari 2024.

Ia meminta pemerintah melalui Satgas Pangan Mabes Polri mengawasi distribusi beras, termasuk dari pabrik-pabrik lokal. Sebab, tutur Reynaldi, harga beras premium akan semakin melonjak apabila stok terus tertahan.

Berdasarkan catatan IKAPPI, kenaikan harga beras premium mencapai 20 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Reynaldi menyebutkan, harga beras premium naik dari Rp 14.000 menjadi Rp 18.000 per kilogram.

Menurut dia, ada beberapa penyebab lonjakan harga beras. Antara lain, molornya musim tanam dan musim panen. Produksi beras pada 2023 pun terbatas. Sementara konsumsi meningkat. Terjadi ketidakseimbangan antara jumlah permintaan dan pasokan. Tak hanya tentang beras premium, IKAPPI juga berharap Bulog bisa memastikan pendistribusian beras medium ke pasar tradisional dan retail.

Advertising
Advertising

"Jika Bulog lebih fokus pada bantuan pangan ketimbang pasokan ke pasar, lebih celaka lagi kondisi yang akan kita hadapi ke depan," ucap Reynaldi.

Kesulitan mendapatkan pasokan beras juga diungkapkan oleh Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Zulkifli Rasyid. Di setiap daerah sentra produksi beras, hasil panen petani menjadi rebutan saat ini. Zulkifli menjelaskan, beras di PIBC biasanya dipasok dari daerah-daerah sentra produksi lokal. Namun kini tidak lagi.

Dampaknya, harga beras premium lokal saat ini sudah menembus Rp 16.000 sampai Rp 17.500 per kilogram di PIBC. Padahal biasanya harga beras premium tertinggi berkisar Rp 15.000 sampai Rp 16.500 per kilogram.

Seretnya pasokan beras lokal membuat pedagang kini bergantung pada beras impor kualitas medium dari Perum Bulog. Bulog menyalurkan stok cadangan beras pemerintah atau CBP yang dibanderol Rp 10.900 per kilogram, lewat program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).

Akan tetapi, Zulkifli berujar penyaluran beras Bulog pun masih kerap datang terlambat. Ia mengaku tak tahu apa yang menjadi kendala Bulog dalam menyalurkan beras ke pasar. Banyaknya skema operasi Bulog seperti bantuan sosial atau bansos, SPHP, dan penyaluran ke penggilingan menjadi pemicunya, kata Haji Zul, saat ditemui Tempo pada Rabu, 21 Februari 2024.

Di tengah kenaikan harga beras yang gila-gilaan, pemerintah terus menggelontorkan bantuan pangan beras di sejumlah daerah. Teranyar, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Bulog membagikan bantuan beras di Paceda, Bitung, Sulawesi Utara pada Jumat, 23 Februari 2024.

Jokowi menyatakan penyaluran bansos beras ini akan konsisten dilakukan guna memastikan ketersediaan stok. Bantuan pangan beras ini berasal dari CBP yang dikemas dalam ukuran 10 kilogram untuk sekitar 10 juta keluarga penerima manfaat (KPM).

Produksi Defisit

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan harga beras yang bergejolak belangan ini disebabkan produksi yang tengah mengalami depresiasi. Ia membeberkan disparitas antara produksi dan konsumsi beras nasional terus mengalami defisit dalam 8 bulan terakhir.

Arief menjelaskan harga beras naik mengikuti lonjakan harga gabah yang saat ini rata-rata Rp 8.000-8.500 per kilogram. Dengan demikian, menurut dia, wajar apabila harga beras saat ini mencapai Rp 16.000 per kilogram.

"Memang ini terjadi di seluruh dunia ya, tidak hanya di Indonesia. Tapi percayalah bahwa pemerintah itu akan menyeimbangkan antara harga di hulu dengan harga di hilir," kata dia lewat keterangan tertulis pada Jumat, 23 Februari 2024.

Selain itu, Arief menuturkan Indonesia mengalami defisit jumlah produksi beras dalam 8 bulan terakhir. Meskipun total produksi pada 2023 surplus 340 ribu ton, kata dia, pada Januari dan Februari 2024 stok beras yang dibutuhkan minus 2,8 juta ton.

Berdasarkan data Kerangka Sampel Area atau KSA Badan Pusat Statistik (BPS) amatan Desember 2023, besaran produksi beras diproyeksi selama 3 bulan pertama 2024 ini dapat mencapai 5,81 juta ton. Sementara kebutuhan konsumsi beras seluruh Indonesia selama 3 bulan adalah 7,62 juta ton beras. Dalam 3 bulan awal tahun ini, ada selisih antara produksi dan kebutuhan beras sejumlah 1,81 juta ton.

Bapanas juga merujuk pada indeks harga beras dunia dari The Food and Agriculture Organization (FAO). Dalam laporannya, pada Januari 2024 indeks harga beras mencapai 142,8 poin atau naik 13 persen dibandingkan nilai tahun lalu. Menurut Arief, ini merupakan angka tertinggi selama 4 tahun terakhir. Sebab indeks harga beras dunia tertinggi selama 2023 tercatat pada Oktober 2023 dengan poin 142,4 poin.

"Hari ini dapat kita pahami beras itu sifatnya volatile (bergejolak)," ucapnya.

Mengancam Kenaikan Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani pun was-was dengan kenaikan harga beras belakangan ini. Sebab, menurut dia, melonjaknya harga beras bisa mengerek inflasi komponen bergejolak atau volatile food. Sri Mulyani menuturkan, hingga 21 Februari 2024, rata-rata harga beras telah mencapai Rp 15.175 per kilogram.

"Ini yang memberikan kontribusi terhadap inflasi volatile food di dalam headline inflasi kita," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita pada Kamis sore, 22 Februari 2024.

Menurut Sri Mulyani, ini menjadi tantangan menjelang Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. Oleh sebab itu, kata dia, volatile food harus bisa segera distabilkan agar inflasi Indonesia terjaga rendah ketika inflasi dunia dan negara maju juga mulai menurun.

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono juga menilai kenaikan harga beras ini harus ditangani dengan serius karena berkontribusi pada lonjakan inflasi.

"Kenaikan harga pangan yang melonjak tinggi saat ini, terutama beras, adalah mencemaskan," ucapnya kepada Tempo, Jumat, 23 Februari 2024.

Yusuf menjelaskan pada 2023 inflasi Indonesia masih rendah yaitu 2,31 persen. Angka tersebut merupakan yang terendah dalam 23 tahun terakhir. Namun inflasi pangan 2023 mencapai 6,73 persen atau hampir tiga kali lipat lebih tinggi.

Dengan tren harga pangan yang masih tinggi menjelang Ramadan dan kebutuhan pangan umumnya melonjak, ia menekankan kondisi ini harus sangat diwaspadai. Khususnya pada gelombang kenaikan permintaan pangan yang umumnya diikuti kenaikan harga-harga pangan, sejak sepekan sebelum Ramadan.

Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet menjelaskan beras merupakan salah satu komoditas pangan yang punya proporsi besar dalam basket perhitungan inflasi yang dilakukan oleh BPS. Walhasil, perubahan terhadap harga beras tentu ikut berdampak terhadap kontribusi kenaikan inflasi terutama pada Februari ini.

"Masalahnya menjadi lebih kompleks karena di Indonesia pada bulan depan masyarakat muslim sudah mulai memasuki Ramadan," ucapnya kepada Tempo, Jumat, 23 Februari 2024.

Yusuf Randy menuturkan, peningkatan permintaan terhadap beras dan bahan pangan lainnya pada Ramadan akan ikut mendorong inflasi. Karena itu, ia menilai pemerintah perlu berupaya menekan harga komoditas pangan itu secara bertahap sampai memasuki bulan Ramadan nanti.

Langkah yang bisa dilakukan pemerintah, menurut dia, adalah upaya jangka pendek seperti operasi pasar yang menyasar masyarakat kelompok menengah. Sebab, kelompok ini tidak cukup miskin untuk bisa mendapatkan bantuan pangan dan pendapatannya belum cukup tinggi untuk bisa dikategorikan sebagai pendapatan masyarakat kelas atas.

Ia juga meminta pemerintah mengawasi alur distribusi komoditas pangan strategis terutama selama Ramadan nanti. Tujuannya, untuk mengurangi potensi penimbunan yang dilakukan yang dapat membuat kenaikan harga lebih tinggi lagi.

Selain itu, dia mengatakan pemerintah juga bisa melakukan pemetaan cepat terkait kenaikan harga komoditas pangan di beberapa daerah. Dengan melakukan pemetaan, menurut dia, pemerintah bisa memitigasi secara dini ihwal kebutuhan permintaan komoditas pangan di daerah dengan kenaikan inflasi pangan yang tinggi saat ini.

RIANI SANUSI PUTRI

Pilihan Editor: Pegang Saham Mayoritas, Erick Thohir Pastikan MIND ID dan Vale Canada Kontrol Bersama Vale Indonesia

Berita terkait

Mendagri Tito Keluhkan Mayoritas Inflasi Provinsi Lampaui Angka Nasional

1 hari lalu

Mendagri Tito Keluhkan Mayoritas Inflasi Provinsi Lampaui Angka Nasional

Menteri TIto Karnavian meminta kepala daerah memerhatikan inflasi di daerahnya masing-masing.

Baca Selengkapnya

Harga Beras SPHP Naik jadi Rp 12.500 per Kilogram, Bapanas Beberkan Alasannya

2 hari lalu

Harga Beras SPHP Naik jadi Rp 12.500 per Kilogram, Bapanas Beberkan Alasannya

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo buka suara soal naiknya harga beras merek SPHP.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai

3 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai

Penjelasan Bulog atas harga beras yang tetap mahal saat harga gabah terpuruk.

Baca Selengkapnya

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

3 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

4 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani, Investigasi Tempo soal Produk Spyware Israel Dijual ke RI

4 hari lalu

Terpopuler: Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani, Investigasi Tempo soal Produk Spyware Israel Dijual ke RI

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Jumat, 3 Mei 2024, dimulai dari harta kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani yang belakangan jadi sorotan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

4 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Harga Gula Pasir Meroket, Zulhas: Gak Boleh Impor kalau Lagi Musim Giling

4 hari lalu

Harga Gula Pasir Meroket, Zulhas: Gak Boleh Impor kalau Lagi Musim Giling

Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan atau Zulhas angkat bicara soal tingginya harga gula saat ini.

Baca Selengkapnya

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

5 hari lalu

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan penyebab masih tingginya harga beras meskipun harga gabah di petani murah.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

5 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya