Menilik Geliat Ekonomi di Libur Natal dan Tahun Baru
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Agung Sedayu
Senin, 4 Desember 2023 09:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom yang juga Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memproyeksikan uang beredar dalam arti luas (M2) hanya naik 4-4,5 persen Year on Year (YoY) pada akhir Desember 2023 atau sebesar Rp 8.643 triliun. Tahun lalu, Bank Indonesia melaporkan posisi M2 pada Desember 2023 tercatat sebesar Rp 8.525,5 triliun.
Menurut Bhima, kenaikan uang beredar tersebut tidak terlalu besar meskipun ada momen Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru 2023-2024), serta pemulihan mobilitas dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain, kata dia, sektor-sektor yang berkaitan dengan industri manufaktur diperkirakan masih akan melambat.
Dia menjelaskan, kemungkinan kenaikan suku bunga, biaya produksi, juga mempertimbangkan permintaan pada 2024 yang agak landai dan melambat,. “Ada juga ekspektasi terhadap kinerja ekspor yang juga akan berpengaruh pada simpanan atau tabungan terutama korporasi,” ujar Bhima saat dihubungi pada Sabtu, 2 Desember 2023.
Adapun sektor yang bakal berkontribusi cukup baik hingga akhir 2023 di antaranya sektor transportasi, pergudangan, dan, informasi komunikasi, termasuk juga listrik, gas, dan air bersih. Bahkan, Bhima mencatat, jika dilihat dari penyaluran kredit modal kerja ke sektor listrik, gas, dan air bersih bis tumbuh 42,9 persen.
“Sebagian sektor perkebunan dan peternakan masih tumbuh positif kemungkinan besar karena masyarakat saat ini tetap menjaga konsumsi kebutuhan pokok,” ucap Bhima.
Sektor lain yang cukup bergairah yakni pariwisata. Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo mengatakan momen Natal dan tahun baru (Nataru) merupakan peak season bagi sektor pariwisata. Tahun lalu, pergerakan masyarakat saat Nataru tercatat kurang lebih 44 juta.
Angela menyitir pernyataan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang memperkirakan mobilitas masyarakat mencapai 104-107 juta saat libur Nataru mendatang. “Ini membuktikan bahwa ada gairah untuk pariwisata domestik,” ujar Angela pada Jumat, 1 Desember 2023.
Menurut dia, momen Nataru 2023-2024 merupakan peluang besar untuk memenuhi prediksi yang sudah ditentukan. Adapun pemerintah menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 8,5 juta orang dan pergerakan wisatawan Nusantara mencapai 1,2–1,4 miliar. “Tentu ya momen Nataru ini sangat penting untuk kami bisa mencapai (target),“ tuturnya.
Selanjutnya: Mobilitas Transportasi Natal dan Tahun Baru...
<!--more-->
Mobilitas Transportasi Nataru
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan mencatat akan ada 904.496 orang penumpang transportasi umum pada periode liburan akhir tahun ini. Jumlah penumpang tersebut terdiri dari pengguna angkutan roda dua 52.755 unit, roda empat 98.267 unit, bus 12.157 unit, dan truk 55.569 unit.
“Pergerakan orang akan naik 5 persen selama libur Nataru 2023-2024,” tutur Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf, I Gusti Dewi Hendriyani.
Puncak arus mudik Nataru akan terjadi dua sesi. Pertama diprediksi pada 22-23 Desember 2023, dan puncak arus balik pada 26-27 Desember 2023. Sementara, puncak arus mudik kedua diprediksi pada 29-30 Desember 2023 dan arus balik pada 1-2 Januari 2024.
Dewi juga menjelaskan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memproyeksikan perputaran uang selama libur Nataru tahun lalu mencapai Rp 23,85 triliun. Hal ini berdasarkan perhitungan rata-rata pengeluaran per keluarga. "Ada sebanyak 11,92 juta keluarga, dengan pengeluaran sebesar Rp 2 juta per keluarga," tutur Dewi.
Sementara di sektor perkeretaapian, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI menetapkan periode Nataru mulai 21 Desember 2023-7 Januari 2024. Pada periode itu, perseroan menyiapkan semua aspek untuk melayani pelanggan secara maksimal.
“Kesiapan KAI mencakup sumber daya manusia, sarana, prasarana, maupun hal lain-lain yang berkaitan dengan pelayanan secara keseluruhan,” kata Vice President Public Relation PT KAI Joni Martinus.
Pada masa angkutan Nataru tahun ini, PT KAI mengoperasikan 6.796 perjalanan kereta api yang terdiri dari 3.888 kereta api jarak jauh reguler dan 1.296 kereta api lokal reguler. Serta 564 perjalanan kereta api jarak jauh tambahan dan 1.048 kereta api lokal tambahan.
“Per Kamis (30 November 2023), tiket yang terjual yaitu sebanyak 572.184 tiket atau 23 persen dari tiket keseluruhan sebanyak 2.435.368 tiket,” ucap Joni.
Selain itu, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan menyiapkan langkah-langkah untuk kegiatan angkutan udara Nataru agar berjalan dengan baik, aman, dan lancar. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara Maria Kristi Endah Murni.
“Kami pastikan sarana dan prasarana transportasi udara telah siap melayani pergerakan masyarakat pada periode Nataru kali ini,” ujar Kristi.
Untuk jumlah penumpang periode Nataru 2023 ini, diprediksi sekitar 4 juta orang atau 19 persen lebih tinggi dibandingkan dengan periode Nataru 2022 sebanyak 3,4 juta orang. Prediksi ini menunjukkan angka recovery rate penumpang angkutan udara telah mendekati Nataru 2019, yaitu 84,6 persen untuk penerbangan domestik dan 93,5 persen untuk penerbangan internasional.
Selanjutnya: Tantangan Ekonomi Natal dan Tahun Baru...
<!--more-->
Tantangan Ekonomi Nataru
Namun, ekonom yang juga Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkap ada beberapa tantangan ekonomi yang harus dihadapi hingga akhir tahun. Bhima mencatat aktivitas ekonomi masih terhambat inflasi terutama dari beras, gula, cabai, atau dominasi dari bahan pangan. Hal itu juga sangat berpengaruh terhadap pergerakan belanja masyarakat menengah ke bawah.
Faktor lainnya adalah pemilihan presiden (Pilpres 2024) karena membuat investor yang wait and see (menunggu dan melihat kondisi). Risiko politik yang sedang tinggi dan ini juga menjadi salah satu hal yang menghambat dari sisi realisasi investasi, hal itu sudah menjadi hal biasa. “Baru naik lagi setelah pembentukan kabinet, untuk investasi langsung,” ucap Bhima.
Di sisi yang lain perlu diperhatikan juga bahwa fluktuasi nilai tukar rupiah juga masih akan terjadi pada akhir 2023 ini. Situasi geopolitik, permintaan global terutama di negara-negara maju, termasuk Cina juga masih akan mengalami tekanan, dan pastinya berpengaruh juga pada penawaran valuta asing sebagai komponen pembentuk uang beredar. “Ya jadi tantangannya masih banyak.”
Tantangan dari sisi masyarakat menengah atas yang akan menahan belanja misalnya berlibur, karena ada kekhawatiran dengan risiko politik. Termasuk juga persiapan dana simpanan buat 2024 ke depan untuk mengantisipasi banyak hal yang tidak pasti.
Sedangkan mengenai belanja pemerintah itu juga harus menjadi stimulus untuk mendorong uang beredar. Menurut Bhima, memang diharapkan ada realisasi belanja pemerintah yang lebih tinggi pada Desember 2023, tapi melihat siklus belanja dan serapan yang ada sekarang sepertinya belanja pun tidak mungkin didorong 100 persen terserap.
“Ini juga berpengaruh terhadap pertumbuhan belanja pemerintah yang diperkirakan sangat lambat,” tutur Bhima.
MOH KHORY ALFARIZI | DEFARA DHANYA PARAMITHA | AMELIA RAHIMA SARI
Pilihan Editor: Mengenang Doni Monardo, Pernah Mencetuskan Program Citarum Harum Atasi Pencemaran Sungai