Heru Budi Tancap Gas Atasi Kemacetan Jakarta Usai Disentil Presiden Jokowi
Reporter
Mutia Yuantisya
Editor
Clara Maria Tjandra Dewi H.
Sabtu, 1 April 2023 01:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono langsung tancap gas usai Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa kemacetan di Jakarta terjadi sepanjang hari. Menurut Jokowi, kemacetan dari pagi hingga malam hari itu disebabkan pembangunan transportasi publik Jakarta yang terlambat 30 tahun.
“Iya, memang Jakarta mengalami kemacetan lalu lintas,” kata Heru Budi dalam keterangan tertulis, Jumat, 31 Maret 2023.
Hari ini, Heru Budi mendampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiminan dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meresmikan penyelesaian pemasangan rel Kereta Api Cepat Jakarta Bandung (KCJB) dan Caroussel Test Proyek Light Rail Transit (LRT) Jabodetabek di Stasiun Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur.
Dalam kesempatan itu, ia mengatakan pembangunan Mass Rapid Transit (MRT), Transjakarta, dan LRT sebagai konsep untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Jakarta. “Jadi antarmoda dibangun agar bisa terintegrasi satu sama lain,” ujarnya.
LRT Velodrome- Manggarai Solusi Macet
Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan LRT Jakarta Fase 1B akan menyelesaikan masalah kemacetan Ibu Kota untuk jangka menengah. Menurut dia, kereta layang rute Velodrome-Manggarai itu akan menjalani tes fungsi atau test commissioning pada triwulan III 2024.
"Memang target kami di Triwulan III tahun depan itu akan ada commissioning terhadap operasional LRT Jakarta dari Velodrome ke Manggarai," kata dia pada Kamis, 30 Maret 2023.
Syafrin menilai kehadiran LRT Jakarta nantinya akan menjadi pengumpan atau feeder terhadap layanan kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek di Stasiun Manggarai. "Artinya, masyarakat akan beralih, berpindah ke LRT saat mereka akan melakukan perjalanan lanjutan," ujarnya.
Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat untuk naik angkutan umum eksisting, seperti KRL, bus Transjakarta, dan kereta LRT Jakarta. "KRL sekarang disiapkan secara baik, terus-menerus," ucapnya.
Selanjutnya Dishub DKI tutup 14 putaran balik untuk kurangi kemacetan Jakarta...
<!--more-->
Dinas Perhubungan DKI Tutup U-Turn
Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta telah menutup 14 titik putar balik atau u-turn di jalanan Ibu Kota. Penutupan ini dinilai dapat menjadi solusi Jakarta macet.
“Hasil evaluasinya tentu berpengaruh (mengurai kemacetan) karena hambatan-hambatan true traffic itu berkurang dan itu sedang dilakukan kajian,” kata Syafrin.
Menurutnya, penutupan 14 u-turn berpengaruh dalam mengurai kemacetan di Ibu Kota. Dia tak merincikan di mana saja lokasinya.
Dishub DKI, kata dia, selanjutnya akan memberlakukan sistem satu arah (SSA) pada tujuh ruas jalan. Saat ini, SSA sudah diimplementasikan di satu ruas jalan, tepatnya di Jalan Jembatan Besi 12.
“Berikutnya, di beberapa lokasi sudah mulai akan dilakukan uji coba. Target kami keseluruhannya akan selesai di medio tahun ini, pertengahan tahun ini (Juni),” ucap dia.
Kemacetan Jakarta Semakin Meningkat
Kadishub DKI Jakarta Syafrin Liputo membenarkan, tingkat kemacetan di Ibu Kota semakin tinggi. Berdasarkan data tahun-tahun sebelumnya, kata dia, kemacetan Jakarta berada di peringkat dunia ke-29 yang sebelumnya berada di posisi ke-46.
“Artinya, tingkat kepadatan lalin (lalu lintas) di Jakarta semakin tinggi,” ucapnya.
Sebelumnya, Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Latif Usman mengatakan indeks kemacetan di Ibu Kota mencapai 53 persen pada 2019. Menurut dia, kemacetan Jakarta saat ini semakin parah di semua titik, baik tol maupun jalan arteri.
"Saya katakan Jakarta ini kalau pagi hari seperti menerima air bah," ucapnya, Selasa, 21 Maret 2023.
Latif menuturkan indeks kemacetan Jakarta di atas 50 persen sudah menunjukkan kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Namun, dia tak memaparkan persentase kemacetan teranyar. Hanya saja, menurut dia, "Jakarta itu sudah tidak aman."
Dia berujar banyak kendaraan dari luar Jakarta yang masuk ke Ibu Kota. Karena itu, polisi harus berinisiatif untuk mengatasi masalah ini dengan membuat strategi pengaturan lalu lintas.
"Air bah ini kalau satu per satu masuknya, saya aturnya gampang. Karena ini banyak yang harus sabar," tutur dia.
Kendaraan Pribadi Penyebab Kemacetan
Syafrin berujar tingkat kemacetan Jakarta tinggi lantaran masyarakat masih mengandalkan kendaraan pribadi sebagai alat mobilitas utama. Karena itulah, dia mengimbau masyarakat naik transportasi umum.
Kapasitas Jalan di Jakarta Tidak Mampu Tampung Volume Kendaraan
Pengamat Transportasi dan Tata Kota Universitas Trisakti Yayat Supriatna menilai bahwa persoalan utama adalah kapasitas jalan Jakarta yang sudah tidak mampu menampung volume dari pergerakan jumlah kendaraan yang semakin bertambah.
“Jalan bertambah hanya sedikit 0,01 persen sedangkan kendaraan bisa di atas 10, 12-13 persen setiap tahun,” kata Yayat saat dihubungi, Jumat, 31 Maret 2023.
Melihat hal tersebut lantas Yayat berpendapat bahwa penambahan lebar jalanan dengan jumlah kendaraan tidak seimbang dan sebanding.
“Sementara road ratio perbandingan panjang jalan dan luas wilayah Jakarta cuma 8 persen, konsentrasi kegiatan ada di Jakarta,” ucapnya.
Oleh karena itu, kata dia, penyebab kemacetan adalah tersentralisasinya semua kegiatan di Jakarta.
Selanjutnya redistribusi fungsi disebut solusi kemacetan Jakarta...
<!--more-->
Redistribusi Fungsi Solusi Atasi Kemacetan
Yayat menilai bahwa salah satu cara mengatasi masalah melakukan redistribusi fungsi. “Artinya, bagaiamana fungsi-fungsi kegiatan utama mulai digeserlah ke luar,” ujar dia.
Saat ini, kata dia, sudah mulai banyak pusat-pusat perbelanjaan yang kosong di Jakarta. Contohnya, Mall Plaza Semanggi, Blok M, Mall ITC Rocxy Mas, dan Glodok.
“Pertanyaannya kenapa Jakarta macet? Yang belum pindah itu perkantorannya,” kata dia.
Melihat fenomena ini, Yayat mengatakan cara mengatasinya adalah dengan mengubah pola kerja yang selama ini dilakukan.
Ia mecontohkan dengan sistem WFH (work from home) dan work from anywhere berdampak pada lalu lintas Jakarta yang tidak mengalami kepadatan bahkan tidak terjadi kemacetan.
Cara yang paling menarik, kata dia, adalah membuat kebijakan pembangunan rumah yang terjangkau, minimal rumah sewa atau kos-kosan agar macet di pinggiran dan/atau dari pinggiran ke tengah Jakarta.
Sebab, mahalnya tempat tinggal di pusat Jakarta mengakibatkan masyarakat yang bekerja di Jakarta mencari tempat tinggal di daerah pinggiran. Masalah ini disebut pola perjalanan yang menurut Yayat sebagai penyebab kemacetan. “Kalau misalnya di tengah kota semua mahal, orang pindah ke pinggir dan akhirnya (wilayah) pinggir ke tengah macet,” ‘kata dia.
Pilihan Editor: Dishub DKI Tutup 14 U-turn untuk Atasi Kemacetan Jakarta