Sinyal Kebangkitan Pariwisata Usai Karpet Merah untuk Turis Cina Dibentangkan

Rabu, 25 Januari 2023 23:58 WIB

Rombongan turis asal Tiongkok tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, Minggu, 22 Januari 2023. Bali menyambut kembali penerbangan pertama dari Tiongkok setelah tiga tahun mengikuti pelonggaran pembatasan tindakan COVID-19 Beijing. (ANTARA/Naufal Fikri Yusuf)

TEMPO.CO, Jakarta - Kedatangan sebanyak 210 wisatawan mancanegara Cina di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, pada Ahad lalu, 22 Januari 2023, membawa asa tersendiri. Dua ratusan turis Cina itu tiba di Tanah Air dalam rangka berlibur panjang merayakan Tahun Baru Imlek 2574

Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Budijanto Ardiansjah termasuk jadi pihak yang sumringah dengan hal itu. Meski baru satu penerbangan, tapi ia melihatnya sebagai secercah harapan pada industri pariwisata yang semakin terang kembali usai menghadapi masa kelam selama pandemi Covid-19 dua tahun terakhir.

Baca: Pesawat Lion Air Bawa 210 Turis Asal China Tiba di Bali

Menurut Budijanto, kedatangan wisatawan asal Negeri Tirai Bambu itu terjadi setelah dibuka kembalinya layanan penerbangan langsung dari negara itu. Bila pemerintah serius menggarap pasar wisatawan Cina, seharusnya dibuka lagi lebih banyak penerbangan langsung dari dan menuju ke negara yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping itu.

Flight dari masing-masing kota ke Indonesia, bukan dari Beijing saja, ya. Tapi ada misalnya dari Shanghai, yang kira-kira menguntungkan market kita,” ucap Budijanto pada Tempo, Selasa, 24 Januari 2023. Meski secara umum libur Imlek kemarin masih didominasi oleh kedatangan wisatawan domestik, ia tetap melihat industri pariwisata sudah mulai kembali bergairah dengan masifnya kedatangan turis Cina tersebut.

Advertising
Advertising

Soal ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan, Cina merupakan salah satu negara pasar terbesar untuk pariwisata di Indonesia. Kemenparekraf menargetkan kunjungan wisatawan dari negara tersebut sebanyak 255.300 pada tahun 2023.

Adapun soal kedatangan wisatawan Cina di Bali, Sandiaga berujar, pemerintah tetap menerapkan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan Satgas Covid-19. Namun tidak lagi diperlukan tambahan pengecekan bagi wisatawan Cina. “Semua mengikuti standar yang sudah ada.”

Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini optimistis kembalinya kedatangan wisatawan Cina dapat mendukung capaian 7,4 juta kunjungan wisatawan mancanegara. Karena itu, kementeriannya akan terus mempromosikan destinasi-destinasi favorit, seperti Bali, Manado, dan destinasi-destinasi superprioritas, dalam menggaet paar Cina.

Bahkan, Sandiaga menyatakan bahwa Kemenparekraf menggelar karpet merah bagi wisatawan Cina karena mendorong perekonomian Indonesia untuk terus menggeliat. “Kita harapkan kedatangan wisman Tiongkok semakin mempercepat pemulihan sektor ini dan semakin banyak lapangan kerja dibuka,” ucapnya.

Bali destinasi pertama menyambut turis Cina

Lebih lanjut, Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Ni Made Ayu Marthini memaparkan alasan Bali menjadi destinasi pertama dalam menyambut wisatawan Cina. Karena berdasarkan data Online Travel Agent (OTA) di Cina, terjadi lonjakan volume pencarian destinasi wisata di luar negeri sebesar 430 persen.

Data itu menunjukkan Indonesia masuk dalam 5 besar pencarian dan volume pencarian Bali meningkat 250 persen. Dia pun berharap penyambutan kembali wisatawan Cina ini dapat menjadi sarana promosi yang efektif. “Bali itu sangat populer di Cina. Mereka suka Bali dengan alamnya, hotel, dan spanya."

Selanjutnya: Gubernur Bali I Wayan Koster mengatakan...

<!--more-->

Sementara itu, Gubernur Bali I Wayan Koster mengatakan jumlah wisatawan dari Cina pada 2019 mencapai 1,2 juta kunjungan. Angka tersebut menduduki nomor dua terbesar setelah wisatawan mancanegara dari Australia.

Pada 2019 lalu, tercatat jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Bali mencapai 6,3 juta. Kemudian meningkat bertahap pada Juli 2022 dengan capaian 2,4 juta kunjungan.

“Mudah-mudahan tahun ini akan bangkit kembali sesuai yang direncanakan bahwa tahun 2023 ini bangkitnya pariwisata Bali. Mudah-mudahan tahun ini bisa mencapai target paling tidak 4,5 juta kunjungan wisman,” kata Koster.

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengatakan masyarakat Bali siap menyambut kedatangan wisawatan Cina setelah negara itu mengizinkan warganya kembali bepergian ke luar negeri.

“Masyarakat Bali sangat terbuka dengan wisatawan Cina yang tak lepas dari akulturasi-akulturasi yang terjalin sejak dulu, banyak peninggalan Tiongkok yang masih dilestarikan di Bali,” kata Ardana. Wisatawan asal Cina yang datang ke Bali biasanya tertarik terhadap keindahan wisata alam serta budaya Pulau Dewata.

Destinasi favorit selain Bali

Wakil Ketua Umum Bidang Hotel dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Iswandi Said, mengatakan Bali masih menjadi destinasi favorit saat libur imlek. “Sampai 80 persenan okupansi (tingkat keterisian hotel),” ucap dia. Selain itu, secara volume yang banyak dikunjungi adalah Yogyakarta dan Jawa Timur.

Sementara, di Jawa Barat belum ada kenaikan. “Karena adanya bencana alam, mereka waspada juga dengan cuaca ekstrem.”

Menurut dia, selama libur Imlek, okupansi hotel secara keseluruhan rata-rata 75 persen jika dibandingkan priode yang sama tahun lalu. Selain masalah cuaca, kata Iswandi, tingkat okupansi yang hanya 75 persen disebabkan karena libur imlek berdekatan dengan libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023. “Jadi peningkatannya hanya segitu,” tutur dia.

Iswandi menilai peningkatan itu butut dari dicabutnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi akhir tahun lalu. “Jadi untuk yang imlek ini karena beda tiga minggu saja dengan tahun baru, jadi kegiatan tidak signifikan,” kata dia.

Senada dengan Iswandi, Wakil Ketua Asita Budijanto juga mengatakan hal yang sama bahwa Bali masih menjadi favorit. Selain itu, yang banyak dikunjungi adalah Lombok dan Labuan Bajo. “Untuk persentasinya saya tidak tahu pasti. Tapi Bali paling dominan,” ucap dia. Sedangkan di Jawa, Yogyakarya, kawasan Bandung dan Malan juga cukup banyak dikunjungi.

Selanjutnya: Menurut Budijanto, dicabutnya PPKM tidak...

<!--more-->

Namun, menurut Budijanto, dicabutnya PPKM tidak berpengaruh signifikan, karena sebelum kebijakan itu diberlakukan, sudah banyak kelonggaran untuk para wisatawan. Sehingga masyarakat sudah terbiasa sebelum PPKM dicabut. “Pencabutan PPKM hanya formalitas saja dan tidak terlalu banyak berdampak pada jumlah wisatawan."

Risiko Covid-19 usai PPKM dicabut

Budijanto mengatakan hingga saat ini pelaku industri wisata masih menyarankan kepada para wisatawan untuk tetap menggunakan masker. Menurut dia, hal itu berdasarkan apa yang disampaikan Presiden Jokowi saat mencabut kebijakan PPKM. “Jadi masker itu masih menjadi kewajiban kita untuk memakainya.”

Hanya saja, dia berujar, pembatasan aktivitas sudah tidak ada. Namun, tentu saja semua wisatawan yang masuk tetap diberikan treatment protokol kesehatan seperti disediakan masker, hand sanitizer dan sebagainya. “Supaya mereka tetap bisa melakukan protokol kesehatan dengan baik,” ucap dia.

Berbeda dengan Budijanto, Iswandi justru mengatakan di hotel wisatawan diperbolehkan tidak menggunakan masker. Namun jika ada kerumunan tetap diberlakukan. “Mereka biasanya sudah pakai masker sendiri, di bandara masih harus pakai masker,” tutur dia.

Epidemiolog dan peneliti keamanan kesehatan global dari Griffith University Dicky menilai pencabutan PPKM dilakukan karena faktor ekonomi dan sosial yang perlu dipulihkan. Namun, dia menilai narasi pemerintah soal masker seperti melemahkan kewaspadaan. Karena terkesan menjadi bebas tanpa menggunakannya.

“Padahal sebaliknya, organisasi kesehatan dunia (WHO) bahkan mengingatkan masalah pentingnya masker ini meski tentu ini ada perbedaan,” ujar dia.

Untuk risikonya, dia melanjutkan, jika dibandingkan awal pandemi Covid-19 tahun 2020, akan sangat berbeda. Ditambah lagi setelah ditemukannya vaksin sebagai modal imunitas. Menurut dia, sekarang ancamannya bukan lagi keparahan, peningkatan kasus, dan banyaknya kematian, tapi lebih kepada ancaman long Covid-19.

Dia menuturkan, acaman long Covid-19 merupakan infeksi yang berulang dari virus itu dan berpotensi menurunkan kualitas kesehatan seseorang. “Dia bisa jadi orang yang sakit-sakitan, dia menjadi orang yang akhirnya menderita penyakit kronis, seperti diabetes, jantung, dan hipertensi misalnya,” kata Dicky.

Jadi, Dicky berujar, kasusnya mungkin tidak terlihat meningkat di masyarakat. PPKM dicabut dan masker dilepas, tapi dalam 2-5 tahun ke depan kasus diabetes, hipertensi, hingga stroke meningkat. Dia mengatakan hal itu sudah mulai terjadi sebetulnya, tapi di Indonesia karena surveillance-nya cenderung buruh sehingga belum terlihat.

Seiring berjalannya waktu, kata Dicky, akan terlihat kasus-kasus long Covid-19 itu. Pemerintah harus mencegah kejadian tersebut. Caranya dengan membangun kewaspadaan dan kesadaran kepada masyarakat bahwa Covid-19 memang tidak adakan melonjak, tapi akan ada penurunan derajat kesehatan.

Selanjutnya: “Karena katakanlah setidaknya sepersepuluh ..."

<!--more-->

“Karena katakanlah setidaknya sepersepuluh dari penduduknya yang mengalami infeksi itu akan mengalami long Covid-19 dan itu menjadi beban pemerintah dan masyarakat itu sendiri karena bolak-balik kerumah sakit,” ucap Dicky.

Sementara itu, Epidemiolog dan peneliti keamanan kesehatan global dari Griffith University menanggapi soal aktivitas wisatawan Cina yang sudah diperbolehkan masuk ke Indonesia. Menurut dia, hal itu tentu ada manfaat dan mudharatnya. “Jadi itu harus disadari bahwa itu fakta, itu realitas,” tutur dia.

Ia menyebutkan tetap perlu adanya antisipasi risiko, misalnya, dengan memastikan wisatawan yang datang ke Indonesia sudah melakukan vaksinasi booster dan tidak memiliki gejala. Jika ada gejala seperti demam, batuk, dan pilek, wisatawan harus dites lebih dulu di bandara tempat mendarat. Jika terbukti positif, turis harus diisolasi.

“Jadi tesnya enggak perlu dari Cina atau Amerika Serikat, tapi ketika dia di bandara terdeteksi. Jadi skrining di bandara harus tetap. Di destinasi wisata itu juga dipastikan bahwa pelaku usaha sudah mendapat vaksinasi booster, masker punt tetap wajib dipakai,” kata dia.

Dorongan belanja wisata kian besar

Pencabutan PPKM juga diyakini bakal mendongrak belanja masyarakat yang lebih besar. Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menyebutkan, hal itu terlihat dari bagaimana belanja yang sifatnya rekreasional seperti pergi ke pusat perbelanjaan atau mal, hingga ke taman hiburan, belakangan kembali bergeliat.

Dengan fenomena ini, ia optimistis pertumbuhan konsumsi rumah tangga terjadi sepanjang tahun. Setidaknya konsumsi masih bisa terjaga dikisaran 4,5 persen. “Dengan stabilnya pertumbuhan konsumsi, maka tekanan eksternal akibat resesi global bisa dimitigasi dampaknya ke pertumbuhan ekonomi domestik,” kata dia.

Selain itu, Bhima berujar, masyarakat juga sudah mulai menganggap Covid-19 sebagai penyakit biasa. Hal itu juga didukung dengan populasi masyarakat yang sudah divaksin booster semakin banyak. “Meski tetap harus waspada juga,” tutur Bhima.

Hal senada disampaikan oleh Direktur Segara Institut Pieter Abdullah Redjalam. Ia yakin bahwa perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh di kisaran 5 persen pada tahun ini. Proyeksi tersebut sudah mempertimbangkan pandemi yang mereda, dicabutnya PPKM, dan kondisi global yang suram.

Dia menjelaskan bahwa pelambatan ekonomi atau bahkan resesi yang melanda global memang diperkirakan tidak banyak berdampak ke Indonesia. Menurut dia, ekonomi Indonesia lebih ditentukan oleh permintaan domestik khususnya konsumsi rumah tangga yang justru diyakini bangkit karena meredanya pandemi.

“Jadi dicabutnya PPKM dan kemudian adanya imlek sudah diperhitungkan dalam proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5 persen. Tidak mengubah menaikkan atau menurunkan proyeksi sebelumnya,” kata Pieter.

Sementara pelaku wisata PHRI dan Asita sama-sama berharap pariwisata Indonesia kembali pulih setelah dua tahun diterjang pandemi. “Karena dua tahun sebelumnya luar biasa dampaknya. Karena tamu enggak ada, tapi cost biaya tetap ada, dan terjadi peningkatan di rate-nya,” ujar Wakil Ketua Umum Bidang Hotel PHRI, Iswandi.

Sementara Wakil Ketua Asita Budijanto berharap pariwisata Indonesia bisa diminati lebih banyak orang baik domestik maupun luar negeri. “Mudah-mudahan ancaman resesi bisa kita abaikan ya, karena kan sudah ditepis bahwa pertumbuhan ekonomi kita tetap positif di tahun ini,” tuturnya.

MOH KHORY ALFARIZI | RIRI RAHAYU | AMELIA RAHIMA SARI | ANTARA

Baca juga: Bidik Turis Cina, Sandiaga Bakal Tambah Direct Flight ke Beijing, Shanghai, dan Guangzhou

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

14 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

20 jam lalu

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

Proyek pembangunan bandara AH Nasution ini mulai dibangun pada 2020 dengan anggaran sebesar Rp 434,5 miliar.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Ajak Turis Wisata Pagi dan Sore

1 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Ajak Turis Wisata Pagi dan Sore

Cuaca yang terik membuat warga Thailand, terutama warga lanjut usia, enggan bepergian.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

2 hari lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

2 hari lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

2 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

2 hari lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya