Skandal Dokumen Rahasia, Biden di Kursi Panas?
Reporter
Tempo.co
Editor
Sita Planasari
Selasa, 24 Januari 2023 11:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Drama temuan dokumen rahasia milik Presiden Amerika Serikat Joe Biden terus bergulir. Akhir pekan lalu, pejabat dari Departemen Kehakiman AS mengumumkan pihaknya menemukan enam dokumen rahasia lagi selama penggeledahan rumah keluarga Joe Biden di Delaware.
Baca juga: Joe Biden Angkat Bicara soal Skandal Dokumen Rahasia, Mengaku tak Menyesal
Pengungkapan terbaru itu memberikan tamparan memalukan tambahan bagi politikus Demokrat berusia 80 tahun tersebut. Temuan ini bertepatan dengan momen dimana Biden bersiap untuk menyatakan apakah dia akan mencalonkan diri untuk periode kedua pada 2024.
Meskipun Biden bersikeras tidak melakukan kesalahan dan meremehkan situasi tersebut sebagai kesalahan yang tidak disengaja, publik Amerika Serikat rupanya cukup kesal atas skandal ini.
Jajak pendapat Reuters/Ipsos pada Kamis pekan lalu menemukan bahwa peringkat persetujuan Biden, yang telah meningkat pada akhir 2022, kembali turun menjadi hanya 40%. Ini mendekati level terendah dari kepresidenannya. Banyak politikus Demokrat khawatir Biden akan menghadapi penyelidikan hokum berdasarkan kasus tersebut.
Sementara jajak pendapat yang dilansir ABC News/ Ipsos pada akhir pekan lalu, mayoritas responden percaya bahwa Presiden Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump bertindak tidak tepat dalam menangani dokumen rahasia. Namun, menimbang tingkat keparahannya, mayoritas responden percaya bahwa tindakan Trump lebih serius.
Skandal dokumen rahasia memang bukan hanya dilakukan Biden. Mantan presiden AS sebelumnya, Donald Trump, bahkan harus menghadapi penyelidika FBI karena dengan sengaja membawa ribuan dokumen rahasia setelah ia selesai menjabat, dan disimpan di kediaman pribadinya di Mar-A-Lago, Florida.
Berdasarkan aturan undang-undang, setiap pejabat terutama presiden dan wakil presiden, dilarang menyimpan dokumen rahasia. Seluruh dokumen rahasia di masa kepemimpinan mereka harus diserahkan kepada lembaga negara, Arsip Nasional, untuk dikelola.
Inilah yang menjadi perbedaan penting dalam skandal dokumen rahasia antara Biden dan Trump. Trump menyatakan niatnya untuk mengambil dokumen penting dan sangat rahasia, menolak mengembalikannya, harus digerebek oleh FBI untuk mengamankan catatan, kemudian melawan pihak berwenang di pengadilan selama berbulan-bulan.
<!--more-->
Sementara tim Biden menyerahkan kembali dokumen rahasia tersebut secara sukarela. Dokumen-dokumen dari masanya sebagai wakil presiden pada 2017 dan ditandai sebagai rahasia pertama kali muncul di sebuah kantor lembaga think thank Penn Biden Center yang berafiliasi dengan Biden di Washington pada November tahun lalu, dan kemudian di rumahnya di Delaware pada Desember. Semuanya ada sekitar selusin dokumen.
Setelah penemuan kedua, Gedung Putih menawarkan agar Departemen Kehakiman menggeledah rumah Delaware -- pencarian dilakukan pada Jumat dan sekarang telah selesai, kata pengacara Biden Bob Bauer.
"DOJ mengambil materi yang dianggap dalam ruang lingkup penyelidikannya, termasuk enam item yang terdiri dari dokumen dengan tanda klasifikasi dan materi di sekitarnya," kata Bauer.
Pencarian berlangsung lebih dari 12 jam dan mencakup "semua ruang kerja, tempat tinggal, dan penyimpanan di rumah," kata Bauer.
"DOJ memiliki akses penuh ke rumah Presiden, termasuk catatan tulisan tangan pribadi, file, kertas, penjilid, memorabilia, daftar tugas, jadwal, dan pengingat selama beberapa dekade," katanya.
Beberapa surat kabar baru yang disita berasal dari masa Biden di Senat dan beberapa dari masa jabatannya sebagai wakil presiden, menurut Bauer.
Bauer mengatakan pengacara pribadi Biden dan penasihat Gedung Putih sebelumnya mengatur dengan Departemen Kehakiman untuk hadir selama pemeriksaan, dan mereka setuju untuk tidak mempublikasikan berita pencarian sebelumnya "sesuai dengan prosedur standarnya."
Gedung Putih mengatakan kumpulan dokumen sebelumnya diserahkan ke Departemen Kehakiman dan Arsip Nasional, yang menangani catatan kepresidenan, segera setelah ditemukan.
Pada Kamis, Biden menepis kehebohan atas penemuan dokumen rahasia lama.
Ditanya oleh wartawan selama perjalanan ke California tentang masalah ini, dia berkata: "Saya pikir Anda akan menemukan bahwa tidak ada apa-apa di sana."
"Saya tidak menyesal. Saya mengikuti apa yang dikatakan pengacara kepada saya bahwa mereka ingin saya melakukannya. Persis seperti yang kami lakukan. Tidak ada di sana."
"Kami menemukan beberapa dokumen, disimpan di tempat yang salah. Kami segera menyerahkannya ke Arsip dan Departemen Kehakiman. Kami bekerja sama sepenuhnya dan berharap untuk menyelesaikan ini dengan cepat," tambahnya.
Jaksa Agung Merrick Garland awal bulan ini menunjuk seorang penasihat khusus, mantan pengacara pemerintah Robert Hur, untuk bertindak sebagai penasihat khusus untuk penyelidikan tersebut.
Garland mengatakan "keadaan luar biasa" dalam menyelidiki seorang presiden yang menjabat mengharuskan dia untuk mengambil langkah ekstra dengan membawa jaksa dari luar.
Tetap saja, penemuan itu telah merusak citra Biden yang dianggap kompeten dan jujur setelah tahun-tahun kepresidenan Donald Trump yang penuh skandal. Insiden ini juga memicu pengawasan ketat dari media dan Partai Republik di Kongres.
Ketua Komite Pengawas DPR James Comer, politikus dari Republik, mengirim surat bulan ini untuk meminta catatan dan informasi tentang dokumen rahasia yang ditemukan di property milik Biden tersebut.
Comer, misalnya, meminta Gedung Putih memberikan dokumen yang diambil dari kantor pribadi Biden di Penn Biden Center di Washington, D.C., daftar semua orang yang memiliki akses ke sana dan informasi lainnya paling lambat pada Selasa.
Dia meminta dalam surat tindak lanjut untuk semua dokumen dan komunikasi yang terkait dengan penggeledahan rumah Biden dan lokasi lain dan catatan pengunjung rumah Biden di Wilmington sejak dia menjadi presiden pada 30 Januari (Gedung Putih mengatakan tidak ada catatan pengunjung seperti itu)
Comer juga mengirim surat pada hari Senin meminta Direktur Dinas Rahasia Kimberly Cheatle untuk semua dokumen internal, komunikasi, dan informasi yang disimpan untuk rumah Biden di Delaware.
Bahkan, beberapa legislator dari Partai Demokrat pada Minggu mengemukakan kritik terkait penanganan Presiden AS Joe Biden terhadap dokumen rahasia setelah penemuan terbaru beberapa dokumen yang bertanda rahasia.
Senator Dick Durbin dalam wawancara di acara televisi CNN “State of the Union” mengatakan Biden seharusnya “malu dengan situasi ini.” “Memalukan sekali kedua hal itu terjadi,” kata Durbin pada Minggu. “Namun, reaksi mantan presiden dan presiden yang sekarang sangat kontras,” ujarnya membela Biden.
Senator Demokrat lain, Joe Manchin, mengatakan dalam acara “Meet the Press” di stasiun televisi NBC bahwa sulit dipercaya bahwa Biden maupun Trump berada dalam situasi seperti itu. Namun, ia menegaskan bahwa penyelidikan oleh penasihat khusus harus dituntaskan sebelum terburu-buru mengambil keputusan.
“Apakah yang satu lebih merugikan? Apakah keduanya sama saja, tidak menimbulkan masalah apapun, atau apakah yang satu lebih ceroboh dan tidak bertanggung jawab daripada yang lainnya?” kata Manchin. “Saya tidak dapat menjawab pertanyaan itu, tetapi saya pikir penasihat khusus akan melakukan pekerjaan yang lebih baik daripada para politisi dan sirkus politik yang akan mengikutinya.”
Baca juga: Skandal Dokumen Rahasia Biden, Republik Desak Daftar Tamu Kediaman Presiden Diungkap
NDTV | VOA NEWS | REUTERS | ABC NEWS | NBC NEWS