Menelisik Tinggi Harga Beras di Tengah Panen Raya dan Banjir Impor
Reporter
Riani Sanusi Putri
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 11 Januari 2023 21:16 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kabar panen raya di Tanah Air mulai berdatangan di awal tahun ini. Panen raya perdana berlangsung di Desa Ciptamarga, Kecamatan Jayakerta, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Kementerian Pertanian mencatat hasil produksi padi di desa tersebut mencapai 8 ton per hektare dari luas lahan sekitar 2.000 hektare. Produksi beras di Karawang pun dinilai menjadi penentu keberhasilan produksi nasional.
Kemudian panen raya juga berlangsung di Desa Margagiri, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pendeglang, Banten. Banten sendiri menduduki peringkat ke delapan penghasil beras terbesar secara nasional. Panen raya di Kecamatan Pagelaran juga merupakan yang perdana di seluruh sentra beras Banten dengan rata-rata produksi 6 ton dari total lahan seluas 1.718 hektare.
Baca: Kepala Bapanas: Kami Tutup Keran Impor Beras saat Panen Raya
"Panen ini menunjukan kepada seluruh Indonesia bahwa bulan Februari kita memiliki 1,4 juta hektare atau kalau jadi beras sekitar 4,3 juta ton," ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam keterangannya, Selasa, 10 Januari 2023.
Stok melimpah, harga beras tetap naik
Namun nampaknya stok yang mulai melimpah belum berhasil meredam kenaikan harga beras. Berdasarkan pantauan Tempo, per 10 Januari 2023, harga beras secara nasional berdasarkan Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok, Kementerian Perdagangan melonjak 2,73 persen dibandingkan bulan lalu menjadi Ro 11.300 per kilogram.
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional per 11 Januari 2023 juga mencatat harga beras medium tembus Rp 12.750 per kilogram. Sementara harga beras kualitas super I mencapai Rp 14.100 per kilogram. Kemudian beras kualitas bawah I sebesar Rp 11.600 per kilogram.
Data PIHPS juga menunjukan harga beras di sejumlah wilayah menembus angka Rp 16.000 per kilogramnya. Harga beras di Kalimantan Tengah adalah yang tertinggi, yaitu sebesar Rp. 16.700 per kilogram. Kemudian di Sumatera Barat sebesar Rp 15.100, Kalimantan Selatan sebesar Rp 15.000, serta di Kalimantan Utara dan Jakarta Rp 14.200 per kilogram.
Ketua Departemen Kajian Strategis Nasional DPP Serikat Petani Indonesia (SPI) Mujahid Widian menilai faktor cuaca buruk pada November hingga Desember 2022 lalu sangat mempengaruhi produksi pertanian saat ini sehingga hasil panen menipis.
Selain itu, Mujahid menuturkan persaingan Bulog dan perusahaan swasta dalam menyerap pasokan juga menjadi penyebab kenaikan harga gabah dan beras di level konsumen. Di Tuban misalnya, SPI mencatat harga gabah kering panen atau GKP berada di kisaran Rp 6.100 per kilogram dan harga beras mencapai Rp 11.000 per kilogram.
Tingginya harga beras juga tercatat dalam laporan Bank Dunia berjudul Indonesia Economic Prospect (IEP) December 2022. Bank Dunia menyebut harga beras di Indonesia 28 persen lebih tinggi dibandingkan dengan harga beras di Filipina. Bahkan, harga beras di Indonesia disebut dua kali lipat lebih tinggi dari harga beras di Vietnam, Kamboja, dan Myanmar.
Selanjutnya: Bahkan Bank Indonesia (BI) pun menyatakan...
<!--more-->
Bahkan Bank Indonesia (BI) pun menyatakan tingginya harga beras menjadi salah satu komoditas utama penyumbang inflasi pada Januari 2023 sampai dengan minggu pertama sebesar beras 0,03 persen secara month to month (mtm).
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi akhirnya buka suara soal harga beras yang masih tinggi meski panen raya yang sudah mulai berlangsung. Menurutnya, panen yang saat ini berlangsung baru terjadi sporadis di beberapa titik. Jumlah hasil produksi juga belum melebihi kebutuhan, sehingga ia menilai panen raya belum terjadi.
Berdasarkan hasil analisis Badan Pusat Statistik (BPS), panen raya baru akan berlangsung sekitar Februari hingga Maret mendatang. Pada saat panen raya berlangsung, Arief pun memprediksi harga beras akan jatuh di bawah Rp 9.450 per kilogramnya.
Penyebab beras impor tak lantas redam harga
Lebih jauh, Arief menjelaskan keterlambatan impor merupakan salah satu penyebab harga beras tak kunjung turun sejak akhir tahun 2022. Berdasarkan catatan Bapanas, hingga Desember 2022 Bulog baru mengimpor beras sebanyak 62 ribu ton dari target sebanyak 500 ribu ton.
Seperti diketahui, sebelumnya Bulog telah ditugaskan melakukan impor lantaran stok cadangan beras pemerintah atau CBP kian tiris. CBP merupakan instrumen pemerintah untuk mengintervensi harga di pasaran ketika terjadi kenaikan maupun saat harga jatuh.
Bulog akan membanjiri CBP ke pedagang dengan harga Rp 8.300 sampai Rp 8.900 per kilogram. Sehingga harga beras di level konsumen dapat turun menjadi Rp 9.450 per kilogram
Direktur Supply Chain Pelayanan Publik Perum Bulog, Mokhamad Suyamto menjelaskan sebanyak 200 ribu ton dari kuota 500 ribu ton jumlah beras impor sudah keluar dari negara asal dan sedang proses pembongkaran di beberapa pelabuhan di Indonesia. Tetapi, proses impor terkendala karena faktor ombak dan curah hujan yang tinggi. Alhasil, kata dia, sebagian kapal beras impor tersebut belum berlabuh.
Suyamto juga menyatakan Bulog sudah menyalurkan beras Operasi Pasar sebanyak 220 ribu ton per tanggal 30 Desember 2022. Menurutnya, angka tersebut paling tinggi jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.
“Kami melakukan pemantauan secara terus menerus di tengah situasi sekarang dan kami akan terus membanjiri pasar dengan kekuatan stok CBP yang saat ini Bulog kuasai," kata Suyamto dalam keterangannya pada Jumat, 30 Desember 2022.
Selanjutnya: Namun Arief menilai pendistribusian CBP ...
<!--more-->
Namun Arief menilai pendistribusian CBP saat ini juga belum optimal. Ia mengaku sudah mengirimkan surat perintah penyaluran cadangan beras pemerintah (CBP) pada Bulog sejak Desember. Namun penyalurannya, kata dia, masih dalam jumlah yang kecil. "Baru nyipratin, bukan guyur. Ini musti cepet masif digelontorkan," kata dia.
Menurutnya, distribusi terhambat hampir di semua wilayah di Indonesia, termasuk di Jakarta. Misalnya, permintaan dari Pasar Induk Cipinang sebetulnya mencapai 3.000 ton, namun Bulog baru memasok sekitar 1.000 ton.
Karena itu, Bulog didesak untuk mengejar keterlambatan impor sebanyak 200 ribu ton hingga pekan kedua Januari ini. Adapun saat ini jumlah CBP yang berada di gudang Bulog hanya tersisa 330.000 ton. Angka tersebut jauh di batas aman stok CBP, yaitu 1,2 juta ton.
Tetapi Arief memperingatkan keran impor beras harus langsung ditutup pada saat panen raya terjadi agar tak mengganggu harga beras hasil panen petani dalam negeri. "Begitu panen raya, keran impor Bulog kita tutup," ujarnya.
Bulog ditargetkan menyerap beras dari dalam negeri untuk CBP tahun ini sebesar 2,4 juta ton dengan penyaluran mencapai 1,2 juta ton. Bapanas juga meluncurkan petunjuk pelaksanaan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Beras di tingkat konsumen 2023.
Bulog didesak optimalkan serap hasil panen petani
Melalui SPHP beras ini, Bulog akan menyerap hasil panen petani sepanjang tahun dari Januari sampai Desember 2023. Intensitas pelaksanaannya per bulan, mengacu pada perkembangan rata-rata harga beras secara nasional yang dihimpun dari laporan perangkat daerah.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan juga mengaku telah memperingatkan Bulog untuk segera menyelesaikan impor beras. Zulkifli meminta impor beras berhenti sampai Januari 2023 agar tidak mengganggu harga beras hasil panen petani. "Saya bilang sampai Januari, di bulan Februari dan Maret jangan impor lagi karena mau panen," kata saat ditemui Tempo di kantornya pada 6 Januari lalu.
Sementara itu, anggota DPR RI, Slamet meminta agar pemerintah melalui Bulog memaksimalkan penyerapan beras dari petani untuk kebutuhan CBP. Anggota DPR RI Dapil Jawa Barat IV itu berharap Bulog bisa membeli hasil panen petani dengan harga yang layak, khususnya pada musim panen raya, sehingga tidak ada alasan lagi kekurangan stok di akhir tahun nanti.
"Dengan kondisi harga beras yang masih tinggi padahal sudah dilakukan impor beras, maka pemerintah harus berani melakukan audit stok gudang dari perusahaan-perusahaan besar untuk mencegah terjadinya penimbunan dan mempengaruhi harga beras nasional,” kata Slamet dalam Rapat Paripurna DPR ke-14 masa persidangan III tahun sidang 2022-2023, Selasa 10 Januari 2023.
Baca juga: Harga Beras Naik Meski Sudah Impor, Bapanas Paksa Bulog Keluarkan Cadangan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini