Musim Dingin Kripto dan Optimisme di Pasar Indonesia

Kamis, 6 Oktober 2022 15:34 WIB

Ilustrasi aset kripto. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta -Aset koin kripto sedang mengalami musim dingin—sebutan untuk jatuhnya harga koin kripto. Berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) pada Agustus 2022 transaksi kripto sebanyak Rp 16,9 triliun merosot drastis dari nilai transaksi Agustus 2021 yang mencapai Rp 99,91 triliun.

Nilai transaksi Januari-Agustus 2022 juga turun 56,33 persen jika dibandingkan dengan periode Januari-Agustus tahun lalu yang mencapai Rp 570,79 triliun. Namun, Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti, Tirta Karma Senjaya menilai pasar kripto dalam negeri aman, meski transaksi sedang menurun tapi pasar masih kondusif.

“Karena nasabah atau investornya ada di platform resmi crypto trading yang terdaftar di Bappebti. Jadi sudah jelas terukur kapasitas orangnya dan keberadaannya,” ujar dia kepada Tempo pada Rabu malam, 5 Oktober 2022.

Walaupun bergejolak cenderung turun, kata Tirta, banyak pengamat kripto yang menyampaikan bahwa aset yang kapitalisasi pasar besar masih akan bertahan. Sedangkan di pasar kripto dalam negeri masih kondusif, karena aset kripto yang diperdagangkan hanya yang terdaftar di Bappebti atau sudah lulus penilaian.

“Jadi bisa dibilang meski pasarnya lesu sama dengan pasar globalnya dan menurun daripada tahun lalu, tapi transaksi masih tetap ada dan nasabah terus bertambah,” tutur Tirta.

Advertising
Advertising

Tirta meyakini optimisme pasar bahwa nilai aset kripto akan pulih dalam beberapa tahun mendatang. Karenanya, periode ini bisa menjadi kesempatan bagi para pemangku kepentingan untuk memperbaiki herbagai hal dalam industri kripto.

“Pelaku perdagangan dapat meningkatkan atau memperbaiki fitur-fitur di platformnya,” kata Tirta. Sementara itu, pemerintah membenahi sisi regulasi untuk menyambut pulihnya pasar di masa mendatang.

Selanjutnya baca Penyebab Musim Dingin Kripto<!--more-->

Penyebab Musim Dingin Kripto

Menurut Bappebti musim dingin kripto disebabkan karena pelemahan ekonomi global; kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, The Fed; dan perang Rusia-Ukraina. Juga cryptowinter yang berdampak pada pasar investasi baik saham, futures komoditi, selain itu kripto dan perusahaan startup juga banyak yang collaps.

Selain itu, pelemahan harga kripto terutama yang kapitalisasi besar seperti Bitcoin, Etherium, USDT Tether, berdampak pada penurunan altcoin lainnya. “Itu membuat investor menahan untuk lebih banyak bertransaksi dan pasar lebih sepi daripada periode sebelumnya,” ucap Tirta.

Hal senada juga disampaikan Pendiri Good Games Guild Aditya Kinarang. Dia melihat pasar kripto sekarang kembali memasuki fase bearish. Indikasinya adalah jatuhnya berbagai harga koin kripto, termasuk yang sempat terjadi pada Stablecoin Terra USD atau UST pada Mei lalu. Padahal, stablecoin dirancang agar nilainya tetap stabil sesuai dengan nilai mata uang acuannya.

Kondisi pasar kripto semakin tertekan seiring dengan terjadinya perang hingga melonjaknya inflasi di berbagai negara. "Inflasi itu kan membuat The Fed menaikkan suku bunga yg berimbas banyak investor memindahkan atau mengonversi aset-asetnya menjadi dolar Amerika," tutur Aditya pada 26 September 2022.

Adapun terjadinya perang dianggap membuat masyarakat lebih memilih memegang uang tunai ketimbang aset lain seperti kripto, karena situasi yang tidak pasti. Terlebih, banyak investor kripto berasal dari Eropa. “Saya masih akan melihat perkembangan situasi ke depannya sebelum membeli lagi aset kripto,” kata dia.

Cerita Investor di Musim Dingin Kripto

Bagi Aditya musim dingin kripto menjadi momentum untuk mengubah kembali komposisi aset investasinya. Aditya sebelumnya menaruh 95 persen dana investasi di aset kripto. Seiring lesunya industri ini, ia memilih untuk memindahkan duitnya ke bentuk investasi lainnya.

"Sekarang masih pegang tapi kecil, hanya sekitar 10 persen dari aset total. Aku mostly sudah exit," ujar Adtya. Ia mengatakan strategi investasinya kini menjadi lebih konservatif dengan mengurangi aset-aset berisiko tinggi.

Strategi itu adalah hasil dari pengalamannya menghadapi dua kali musim kering kripto sebelumnya. Selain tahun ini, fenomena anjloknya harga aset kripto pernah terjadi pada 2014 dan 2018. Menurut dia, dari pengalaman itu ia menyadari bahwa investor kripto harus bisa membaca arah pasar, kapan akan jatuh dan kapan akan pulih.

"Selain itu, investor juga tidak boleh takut mengambl untung dan tidak boleh serakah," ujar Aditya. Salah satu keputusan yang ia ambil dalam menghadapi musim dingin kripto kali ini adalah menjual perusahaan platform jual beli aset kripto yang didirikannya, Biido.

Aditya mengatakan masih akan melihat perkembangan situasi ke depannya sebelum membeli lagi aset kripto. Musababnya, tidak menutup kemungkinan harga koin-koin kripto turun lebih dalam lagi ke depannya. "Biasanya masih bakal turun, sabar," ujar dia. "Nanti saya akan masuk lagi kalau ada tanda-tanda market membaik."

Senior Research Associate Indonesia Financial Group (IFG) Progress, Ibrahim Kholilul Rohman, melihat para investor kripto di Indonesia sangat realistis dan cenderung keluar-masuk di berbagai aset investasi. Karena itu, ketika Bitcoin sebagai jangkar bagi aset kripto global harganya turun tajam, mereka pun memilih untuk menarik diri dari pasar koin digital.

Namun begitu mulai ada pemulihan, ia melihat para investor itu akan masuk kembali ke aset kripto. "Sebenarnya akan ikut tren dunia saja. Dengan sekarang kripto mulai rebound harganya, saya pikir masyarakat juga akan kembali lagi. Mungkin enggak akan sebesar saat pandemi, tapi tinggal menunggu saja," ujarnya.

Selanjutnya Baca Siapa Mau Beli saat Musim Dingin Kripto<!--more-->

Siapa Mau beli saat Musim Dingin Kripto

Praktisi investasi Desmond Wira menyebut musim dingin kripto terjadi secara global, termasuk di Indonesia. Hal ini terlihat dari sepinya aktivitas di pasar kripto. “Siapa yang mau beli kripto kalau kondisinya seperti ini. Setiap kali beli, harganya cenderung turun,” kata dia.

Menurut Desmond, sebagian besar investor kripto saat ini sedang menunggu. Mereka yang masih memegang aset cenderung tidak menjual koinnya. Sedangkan calon pembeli masih mengamati pergerakan di depan. Bahkan menurutnya, masa kelam ini tidak hanya terasa di koin kripto, tapi juga di pasar non-fungible token (NFT).

Desmond mengatakan kripto kemungkinan bisa bergeliat kembali ketika suku bunga tinggi sudah reda. Namun, bisa juga terus menurun karena kripto bukan aset untuk investasi, tapi hanya untuk spekulasi. “Kalau aset lain seperti saham, saya percaya bisa pulih karena ada aset riilnya,” ujar Desmond.

Harga koin kripto memang terpantau terus merosot dari waktu ke waktu. Menyitir data dari coinmarketcap.com, Bitcoin dan Ethereum harganya anjlok signifikan apabila dibandingkan setahun sebelumnya.

Pada Minggu, 25 September 2022 harga Bitcoin tercatat berada di level US$ 19.066 per koin, atau turun 55,37 persen dari harga setahun sebelumnya US$ 42.717 per koin. Namun, pada Kamis, 6 Oktober 2022 harga Bitcoin tercatat berada di level US$ 20.300 per koin, atau naik 4,3 persen dari harga pekan lalu.

Sedangkan harga Ethereum juga anjlok sekitar 54,89 persen dari US$ 2.926 per koin pada 25 September 2021 menjadi US$ 1.320 pada tanggal yang sama tahun ini. Dan per hari ini harga Ethereum naik 2,66 persen menjadi US$ 1.373 daripada harga minggu lalu.

Dampak Musim Dingin Kripto

Sejumlah perusahaan perdagangan di dalam dan luar negeri turut terdampak kelesuan aset kripto ini. Perusahaan pemberi pinjaman kripto Celsius Network dan perusahaan penyedia data kripto Compute North Holding, misalnya, kini sedang dalam proses kebangkrutan di Pengadilan Kepailitan di Amerika Serikat.

Di dalam negeri, Tokocrypto mengumumkan pemberhentian 45 karyawannya. Langkah itu dilakukan seiring dengan rencana perusahaan memfokuskan bisnis ke lini usaha utamanya sebagai platform pertukaran aset kripto. Sementara itu, lini usaha lain seperti T-Hub dan TokoMall akan menjadi entitas berbeda.

Di tengah gejolak industri kripto, Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti, Tirta Karma Senjaya meyakini optimisme pasar bahwa nilai aset ini akan pulih dalam beberapa tahun mendatang tetap besar. Karena itu, ia mengatakan periode ini bisa menjadi kesempatan bagi pemangku kepentingan untuk memperbaiki berbagai hal dalam industri kripto.

Misalnya, pelaku perdagangan dapat meningkatkan atau memperbaiki fitur-fitur di platformnya, sementara pemerintah membenahi sisi regulasi untuk menyambut pulihnya pasar di masa mendatang. "Tanggungjawab pemerintah memberikan regulasi yang mengamankan bagi konsumen dan kondusif bagi pelaku, sedangkan pasar tergantung global," ujar Tirta.

Direktur Riset Center of Reform on Economics, Piter Abdullah, sepakat bahwa pergerakan aset kripto sangat dipengaruhi tren global. Namun, ia menekankan bahwa jatuhnya harga kripto bukan hanya disebabkan faktor tunggal seperti pengetatan likuiditas.

"Banyak faktor lain yang menyebebkan kejatuhan aset kripto, misalnya karena tidak memiliki underlying value, sehingga ketika masyarakat kehilangan kepercayaan maka nilainya akan jatuh tanpa ada yang bisa menahan," ujar Piter. "Karena itu lah aset kripto disebut sangat berisiko."

KHORY ALFARIZI | CAESAR AKBAR | KODRAT SETIAWAN | VINDRY FLORENTIN

Baca Juga: Alasan Bappebti Sebut Kripto Masih Prospektif Meski Transaksi Anjlok 56,35 Persen

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

IHSG Berpotensi Mendatar, Pasar Wait and See Data Inflasi AS

4 jam lalu

IHSG Berpotensi Mendatar, Pasar Wait and See Data Inflasi AS

IHSG pada Rabu berpotensi bergerak mendatar seiring pelaku pasar sedang bersikap wait and see terhadap data inflasi Amerika Serikat (AS)

Baca Selengkapnya

Kementerian ESDM Buka Lelang 5 Wilayah Kerja Migas pada 2024

21 jam lalu

Kementerian ESDM Buka Lelang 5 Wilayah Kerja Migas pada 2024

Kementerian ESDM membuka penawaran sebanyak lima wilayah kerja minyak dan gas (migas) pada lelang Wilayah Kerja (WK) Migas Tahap I Tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Analis Perkirakan Harga Emas Terus Naik, Investor Diminta Tahan Dulu

3 hari lalu

Analis Perkirakan Harga Emas Terus Naik, Investor Diminta Tahan Dulu

Analis komoditas dan mata uang Lukman Leong mengatakan kenaikan harga emas Antam mengikuti tren harga emas dunia.

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Periksa Tujuh Saksi soal Dugaan Bendesa Adat Peras Investor

6 hari lalu

Kejati Bali Periksa Tujuh Saksi soal Dugaan Bendesa Adat Peras Investor

Seorang Bendesa Adat di Bali ditangkap Kejaksaan atas dugaan pemerasan terhadap investor

Baca Selengkapnya

Startup Runchise Kumpulkan Modal Segar Rp 16 Miliar, Akan Digunakan untuk Apa Saja?

7 hari lalu

Startup Runchise Kumpulkan Modal Segar Rp 16 Miliar, Akan Digunakan untuk Apa Saja?

Startup manajemen restoran dan waralaba kuliner dalam negeri, Runchise, memperoleh pendanaan segar sebesar US$1 juta atau sekitar Rp 16 miliar.

Baca Selengkapnya

IPA Convex ke-48 Dihelat Pekan Depan, Ingin Menarik Kembali Investasi Migas ke Indonesia

8 hari lalu

IPA Convex ke-48 Dihelat Pekan Depan, Ingin Menarik Kembali Investasi Migas ke Indonesia

IPA Convex ke-48 bertema Gaining Momentum to Advice Sustainable Energy Security in Indonesia and The Region.

Baca Selengkapnya

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

8 hari lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

Usai Bendesa Adat Tersangka Pemerasan, Kejati Bali Buka Peluang Koordinasi dengan Majelis Desa Adat

9 hari lalu

Usai Bendesa Adat Tersangka Pemerasan, Kejati Bali Buka Peluang Koordinasi dengan Majelis Desa Adat

Kejati Bali membuka peluang berkoordinasi dengan Majelis Desa Adat Bali usai menetapkan Bendesa Adat Berawa sebatersangka pemerasan investor.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

12 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

13 hari lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya