Moncer Saham Energi di Tengah Paceklik Ekonomi

Rabu, 5 Oktober 2022 08:58 WIB

Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis, 28 April 2022. Tercatat, 317 saham menguat, 200 saham melemah dan 163 saham bergerak stagnan pada akhir sesi I perdagangan. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) 'kebakaran' saat Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi di Indonesia sebesar 1,17 persen secara bulanan atau 5,95 persen secara tahunan, dua hari lalu. Indeks langsung amblek 1,08 poin atau 0,44 persen ke posisi 7.009,72 pada perdagangan Senin sore, 3 Oktober.

Pada saat yang sama, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 5,1 poin setara dengan 0,5 persen ke posisi 1.006,37. Berbagai indeks sektoral layu akibat kondisi itu dan ancaman resesi ekonomi global pada 2023. Kalangan analis saham menganggap anjloknya Bursa Efek Indonesia (BEI) itu dipengaruhi tekanan inflasi.

"Dipengaruhi oleh rilis tingkat inflasi tahunan pada September yang kembali mengalami peningkatan menjadi 5,95 persen," kata Tim riset Pilarmas Investindo Sekuritas pada hari yang sama.

Namun, pelemahan IHSG ini tak terus berlangsung lama. Minat investor untuk menanamkan modalnya di pasar saham masih kencang. Tak butuh waktu berlarut-larut, indeks langsung bangkit lagi. Pada penutupan perdagangan Selasa, 4 Oktober, IHSG telah kembali ke zona hijau ke level 7.072,26 atau menguat 0,89 persen dari penutupan hari sebelumnya 7.009,72.

Tim riset PT Samuel Sekuritas Indonesia mencatat, saat IHSG kemarin menguat dan kembali ke zona hijau, lajunya ditopang oleh peningkatan indeks sektor energi (IDXENERGY) yang menutup sesi pertama saat itu dengan penguatan tertinggi, yakni naik 2,05 persen. Posisi kedua diisi indeks sektor industri (IDXINDUST) tumbuh 1,54 persen, duikuti indeks sektor transportasi (IDXTRANS) naik 1,41 persen.

Advertising
Advertising

"Hanya dua indeks sectoral yang menutup sesi pertama hari Ini di zona merah, yaitu indeks sektor kesehatan (IDXHEALTH) turun 0,22 persen) dan indeks sektor teknologi (IDXTECHNO) turun 0,11 persen," kata Tim riset Samuel Sekuritas.

Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengatakan indeks sektor energi menjadi primadona pada saat masa-masa tingginya inflasi dan ancaman resesi global. Sebab, kebutuhan energi saat ini sangat tinggi. Apalagi, sejumlah negara mengalami krisis energi akibat dampak perang Rusia dan Ukraina.

Akibatnya, kata Ivan, saham-saham sektor energi itu menjadi terlihat menarik di kalangan investor dan memiliki prospek menjadi sektor penahan tekanan pada indeks. "Mengingat kebutuhan energi yang saat ini tinggi dan tercermin pada harga komoditas batubara yang masih tinggi, gas alam serta minyak mentah yang mulai menunjukkan indikasi rebound," kata dia.

Dengan moncernya saham sektor energi tersebut, Ivan menganggap tren pelemahan IHSG sendiri kemungkinan dapat berakhir pada Oktober ini, jika levelnya tidak tembus ke bawah 6.800. Pada masa-masa kuartal III 2022 ini emiten-emiten saham akan merilis laporan keuangannya, sehingga dapat membangkitkan minat investor untuk investasi.

"Harapannya secara teknikal terlihat ada indikasi meredanya tekanan jual ketika laporan keuangan kuartal III nanti mulai dirilis dan terjadi akumulasi pada emiten-eniten yang menunjukkan ketahanan dari sisi kinerjanya," ujar Ivan.

Berikutnya, potensi keuntungan investasi di sektor energi...

<!--more-->

Perencana keuangan sekaligus Presiden International Association of Registered Financial Consultants (IARFC) Indonesia, Aidil Akbar Madjid, menambahkan, potensi keuntungan berinevstasi di sektor energi di tengah masa-masa seperti wajar saja akan diraih karena memang siklusnya sedang tinggi-tingginya.

Bagi masyarakat yang ingin fokus menanamkan dananya di pasar saham untuk jangka menengah, khususnya sektor energi, dia mengatakan saat ini memang momentum yang pas. Alasannya, produk-produk energi saat kini dipengaruhi tensi geopolitik hingga sanksi dan embargo pasokan gas oleh Rusia ke Uni Eropa.

"Energi itu kan baru-baru aja naik, baru 1-2 tahun, kalau kita perhatikan energi 10 tahun lalu ngedrop cukup panjang siklusnya, 5-8 tahun loh kalau dia siklusnya energi. Jadi kalau sekarang eneegi lagi naik ya hal yang sangat wajar," ujar Aidil.

Di tengah tren pelemahan dan potensi bangkitnya IHSG, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sebetulnya masih mencatatkan aliran modal asing yang masuk ke pasar saham Indonesia sebesar Rp 237 miliar. Sejak awal tahun hingga 30 September 2022, akumulasi aliran modal yang masuk tercatat Rp 69,47 triliun karena mereka masih beli bersih.

"Sepanjang tahun 2022 investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp 69,472 triliun," ucap Pelaksana harian Sekertaris Perusahaan BEI, I Gusti Agung Alit.

Adapun kokohnya saham-saham emiten yang membentuk IHSG, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mencatat hingga 30 September 2022, penghimpunan dana di pasar modal masih tinggi, yaitu sebesar Rp 175,34 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 48 emiten. Di pipeline atau yang masuk dalam antrean untuk melantai di BEImasih terdapat 90 rencana Penawaran Umum dengan nilai sebesar Rp 61,31 triliun.

Anggota Dewan Komisioner OJK merangkap Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi, mengatakan dengan jumlah penggalangan dana yang berhasil diraih hingga akhir Septmeber 2022 itu, sampai akhir tahun potensi dana yang berhasil diraih para emiten yang melantai di BEI akan mencapai Rp 182,5 triliun.
"Saat ini rising fund sudah hampir mencapai target di 2022, sudah Rp 175,34 triliun. Nah untuk sampai akhir tahun kita naikkan target kita menjadi Rp 182,5 triliun untuk rising fundnya, jadi ada revisi target fund rise," ujarnya.

Kinerja IHSG yang stabil ini juga, kata Inarno, ditopang oleh kinerja emiten yang meningkat. Dari 722 emiten listing saham yang telah menyampaikan Laporan Keuangan Tengah Tahunan 2022, sejumlah 479 emiten atau 66,34 persennya menunjukkan performa kinerja. Pertumbuhan pendapatan tercatat sebesar 22,97 persen secara tahunan dan peningkatan laba sebesar 74 persen secara tahunan.

Berikutnya, tantangan menjaga kelangsungan investasi....

<!--more-->

Inarno melanjutkan, di tengah kondisi perekonomian yang saat ini masih dibayangi berbagai tekanan, seperti inflasi dan ketidakpastia pasar keuangan global, dunia usaha dituntut menjaga stabilitas dan going concern kegiatan usahanya. Selain harus berinovasi dalam menghadapi persaingan, Inarno mengatakan penguatan struktur permodalaan menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga kelangsungan usaha perusahaan.

“Di tengah likuiditas perbankan yang cenderung makin ketat dalam beberapa tahun terakhir, pasar modal telah menjadi alternatif sumber pendanana yang cukup menarik bagi perusahana untuk meningkat struktur permodalannya,” ujar Inarno.

Pasar modal, kata Inarno, merupakan sumber pendanaan dan investasi yang aman dan terpercaya. Namun di tengah banyaknya tawaran investasi yang beredar di tengah masyarakat, terutama melalui dunia digital, OJK mengingatkan masyarakat berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi.

“Terus waspadai segala bentuk investasi bodong atau ilegal yang sering merayu. Mohon pahami dan pelajari segala bentuk produk dan izin pihak yang menawarkan,” tutur Inarno.

OJK, Inarno melanjutkan, juga mengingatkan masyarakat untuk tidak berinvestasi menggunakan sumber dana di luar kebutuhan pokok maupun dana cadangan. Termasuk dana pinjaman. “Apalagi pinjaman online ilegal,” kata dia.


ARRIJAL RACHMAN | RIRI RAHAYU

Baca Juga: IHSG Dibuka Menghijau, Samuel Sekuritas Cermati 4 Saham Ini

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

15 jam lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

22 jam lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

1 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

1 hari lalu

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

Saham Freeport akhirnya 61 persen dikuasai Indonesia, berikut kronologi dari jatuh ke Bakrie sampai skandal Papa Minta Saham Setya Novanto.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

1 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

2 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

2 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

4 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya