Perempuan, Garda Terdepan dalam Demo Iran

Reporter

Tempo.co

Selasa, 27 September 2022 14:02 WIB

Demonstran memotong rambut mereka selama protes setelah kematian Mahsa Amini, di depan Gerbang Brandenburg di Berlin, Jerman, 23 September 2022. Aksi protes atas tewasnya perempuan Iran dalam penangkapan polisi moral di negaranya menyebar ke sejumlah negara. REUTERS/Christian Mang

TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan, baik tua maupun muda, dan dari segala kelas sosial, menjadi garda terdepan dalam demo Iran yang telah berlangsung selama 11 hari terakhir.

Unjuk rasa yang kini meluas di 85 kota dan 14 provinsi di seluruh Iran itu dipicu oleh kematian Mahsa Amini, seorang perempuan Kurdi berusia 22 tahun yang tewas di tangan polisi moral karena tak mengenakan hijab.

Kemarahan para perempuan Iran dituangkan dalam teriakan lantang: perempuan, hidup dan kebebasan. Tak hanya itu. Mereka membuka jilbab mereka dan membakarnya. Ada pula yang memotong rambut dan menggunduli kepalanya di depan umum, sebuah aksi yang dianggap melanggar moral di Iran.

Ribuan orang pun ditahan dalam unjuk rasa di berbagai wilayah Iran, termasuk di Kurdistan, kampung halaman Amini. Bahkan, puluhan nyawa terampas dalam demo besar-besaran sejak tiga tahun terakhir. Salah satu korban tewas adalah Hadis Najafi.

Perempuan berusia 20 tahun itu tewas diberondong enam peluru saat sedang melakukan aksi protes tanpa jilbab. Menurut laporan Newsweek pada Senin lalu, Najafi yang beraksi dengan rambut pirang terurai, dilaporkan telah dibunuh oleh pasukan keamanan Iran selama demonstrasi di kota Karaj, dekat Teheran.

Advertising
Advertising

Rambut pirang Najafi muncul berbagai video pendek yang menjadi viral di media sosial. Beberapa video menunjukkan dia menghadapi pasukan polisi Iran tanpa mengenakan jilbab.

Penggunaan jilbab di depan umum telah menjadi kewajiban bagi perempuan di negara ini—terlepas dari keyakinan atau kebangsaan mereka—sejak 1983. Atau, empat tahun setelah revolusi 1979.

Tapi Najafi, seperti banyak wanita Iran lainnya dalam beberapa hari terakhir, menghadapi petugas polisi dengan rambut terbuka, dan tertangkap kamera mengikat rambutnya dengan karet gelang. Mereka membuat pernyataan besar menentang undang-undang yang sama yang menyebabkan kematian Amini.

Amini ditangkap pada 13 September lalu saat sedang berlibur dengan keluarganya ke Teheran, Ia ditangkap karena hijab yang dipakainya dianggap tak ideal. Di Iran memang terdapat peraturan berpakaian ketat untuk wanita, salah satunya harus mengenakan hijab saat berada di ruang publik.

Setelah ditangkap polisi moral, Amini ditahan. Ketika berada dalam tahanan, dia diduga mengalami penyiksaan. PBB mengaku menerima laporan bahwa Amini dipukuli di bagian kepala menggunakan pentungan. Selain itu, kepala Amini pun disebut dibenturkan ke kendaraan.

<!--more-->

Setelah ditangkap dan ditahan, Amini tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit. Kepolisian Teheran mengklaim, saat berada di tahanan, Amini mendadak mengalami masalah jantung. Menurut keterangan keluarga, Amini dalam keadaan sehat sebelum ditangkap dan tidak pernah mengeluhkan sakit jantung.

Amini dirawat dalam keadaan koma selama tiga hari dan akhirnya mengembuskan napas terakhirnya pada 16 September lalu. Kematian Amini dan dugaan penyiksaan yang dialaminya seketika memicu kemarahan publik. Warga Iran turun ke jalan dan menggelar demonstrasi untuk memprotes tindakan aparat terhadap Amini.

Fakta bahwa kematian Amini juga dapat terjadi pada setiap perempuan Iran, membuat ini menjadi masalah politik untuk semua orang Iran. Gambar para perempuan lansia yang meneriakkan slogan atau membela pengunjuk rasa dari serangan aparat telah dibagikan berkali-kali di media sosial dalam beberapa hari terakhir.

Termasuk video seorang perempuan tua di kota Rasht melepas jilbabnya dan meneriakkan: “Matilah Khamenei,” merujuk pada Pemimpin Tertinggi Spiritual Iran Ayatullah Ali Khamenei.

Selain kemarahan atas kematian Amini dan tuntutan penghapusan wajib hijab, pengunjuk rasa juga meneriaki Ali Khamenei, “pemimpin tertinggi” Iran, serta terhadap penindasan dan pelanggaran hak asasi manusia, dan pendirian politik negara itu. "Matilah Republik Islam" dan "Matilah diktator" terdengar di sebagian besar pertemuan.

Pemerintah Iran membalas amarah warga dengan kekerasan. Pasukan keamanan telah menggunakan meriam air dan menembakkan peluru langsung ke kerumunan pengunjuk rasa, menurut kelompok hak asasi manusia dan video yang dibagikan secara online.

Sementara para pengunjuk rasa membalas dengan melemparkan batu dan membakar mobil polisi dan gedung-gedung publik.

Media pemerintah mengutip pejabat yang mengatakan bahwa jumlah tahanan di atas 1.200 orang, termasuk sekitar 450 orang di Provinsi Mazandaran utara.

Presiden Iran Ebrahim Raisi pekan lalu mengatakan bahwa negara itu harus "menangani dengan tegas mereka yang menentang keamanan dan ketenangan negara," dan kepala peradilannya yang kuat telah berjanji untuk bertindak "tanpa keringanan hukuman" dalam tindakan keras itu.

Pada 26 September, Kementerian Luar Negeri Iran menolak kritik Uni Eropa. "Ini adalah intervensi dalam urusan internal Iran dan dukungan untuk para perusuh," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Naser Kanaani.

<!--more-->

Tumpukan rambut terlihat setelah para demonstran memotong rambut mereka selama protes menyusul kematian Mahsa Amini, di depan Gerbang Brandenburg di Berlin, Jerman, 23 September 2022. REUTERS/Christian Mang

Kepala peradilan Iran di ibukota, Teheran, mengatakan bahwa pengadilan khusus akan dibentuk untuk mengadili para demonstran. Kantor berita Tasnim mengutip Ali Alghasi Mehr yang menjanjikan hukuman berat terhadap "para pemimpin pembuat onar yang disewa dari luar negeri."

Mehr mengatakan terdakwa seperti itu akan diperlakukan seperti pemerkosa dan penjahat serius lainnya, yang dapat menghadapi hukuman mati di bawah sistem peradilan yang terkenal rahasia di Iran.

Pemerintah juga menangkap para aktivis, tokoh politik oposisi hingga jurnalis karena terlibat dalam unjuk rasa. Komite Perlindungan Jurnalis CPJ) yang berbasis di Washington mencatat 20 wartawan telah dipenjara sejak protes meletus 16 September lalu.

Di antara 20 jurnalis yang ditahan, menurut CPJ, adalah jurnalis foto Yalda Moaiery, yang memenangkan pengakuan internasional untuk foto ikonik protes 2019, dan reporter Nilufar Hamedi -- yang mengungkap kasus Amini dengan pergi ke rumah sakit tempat dia dirawat saat koma.

Suami Hamedi menulis di Twitter bahwa Hamedi telah mengatakan dalam telepon dari penjara bahwa dia berada di sel isolasi, dan tidak mengetahui tuduhan terhadapnya.

Sedangkan Moaiery ditahan di penjara wanita Qarchak yang terkenal di luar Teheran, di mana dia mengatakan kepada situs berita Iran Wire bahwa "kami tidak aman di sini" dan "situasinya sangat buruk".

Penangkapan itu dilakukan di atas pembatasan internet yang ketat dan pemblokiran situs-situs termasuk Instagram dan WhatsApp, yang menurut para aktivis bertujuan untuk mencegah rincian protes mencapai dunia luar.

"Dengan menargetkan wartawan di tengah banyak kekerasan setelah membatasi akses ke WhatsApp dan Instagram, pihak berwenang Iran mengirimkan pesan yang jelas bahwa tidak boleh ada liputan protes," kata Reporters Without Borders dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: 76 Demonstran Tewas, Iran Siapkan Pengadilan Khusus untuk Pengunjuk Rasa

FRANCE24 | NEWSWEEK | IRAN WIRE | REUTERS

Berita terkait

Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

1 hari lalu

Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

Mahkamah Agung Indonesia saat ini memiliki representasi perempuan tertinggi di antara lembaga penegak hukum di Indonesia.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

1 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

Indonesia - Iran Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian

2 hari lalu

Indonesia - Iran Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian

Iran akan mendorong pertukaran ekspor impor pada subsektor hortikultura khususnya yang berkaitan dengan buah-buahan

Baca Selengkapnya

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

3 hari lalu

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

Refleksi terhadap dinamika peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam memperingati Hari Kartini.

Baca Selengkapnya

Iran akan Bebaskan Awak Kapal Portugal yang Disita di Selat Hormuz

4 hari lalu

Iran akan Bebaskan Awak Kapal Portugal yang Disita di Selat Hormuz

Iran mengatakan akan membebaskan awak kapal berbendera Portugal yang disita pasukannya bulan ini.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

4 hari lalu

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 27 April 2024 diawali oleh berita soal lima sumber kekayaan negara Iran, yang sedang menghadapi ketegangan dengan Israel

Baca Selengkapnya

Influencer TikTok Perempuan Irak Ditembak Mati

4 hari lalu

Influencer TikTok Perempuan Irak Ditembak Mati

Seorang pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor menembak mati seorang influencer media sosial perempuan terkenal Irak

Baca Selengkapnya

5 Sumber Kekayaan Negara Iran, Ada Gas Alam Hingga Saffron

5 hari lalu

5 Sumber Kekayaan Negara Iran, Ada Gas Alam Hingga Saffron

Iran dikenal memiliki sumber daya alam dan potensi kekayaan yang tinggi. Termasuk saffron, apakah itu?

Baca Selengkapnya

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

5 hari lalu

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

Keahlian perempuan memberikan keuntungan sendiri khususnya di unit bisnis garmen J99 Corp.

Baca Selengkapnya

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

6 hari lalu

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

ActionAid mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak perempuan.

Baca Selengkapnya