Saat Krisis Energi Membayangi Musim Dingin di Eropa
Reporter
Daniel Ahmad
Editor
Dewi Rina Cahyani
Selasa, 30 Agustus 2022 18:25 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Musim dingin di Eropa yang tiba beberapa bulan lagi, dibayang-bayangi oleh krisis energi. Gas hingga batu bara menjadi barang langka. Harga energi pun melambung tinggi sehingga menghabiskan kocek warga Eropa.
Di Polandia, puluhan mobil dan truk mengantre berhari-hari demi mendapatkan batu bara. Antrean mengular di tambang batu bara di Lubelski Wegiel, Bogdanka di Polandia.
Harga batu bara di Polandia naik karena suplai yang tersendat. Sebabnya Polandia dan Uni Eropa memberlakukan embargo terhadap batu bara Rusia menyusul invasi Moskow ke Ukraina pada Februari.
Produksi batu bara di Polandia sekitar 50 juta ton setiap tahun. Batu bara impor yang sebagian besar dari Rusia, merupakan bahan pokok rumah tangga karena harganya yang kompetitif. Batu bara Rusia yang dijual dalam jumlah besar lebih cocok untuk digunakan di rumah.
Selain batu bara, harga listrik di Eropa juga terus mencetak rekor. Kekhawatiran meningkat terhadap akses ke listrik dan pemanas saat cuaca mulai mendingin.
Untuk pertama kalinya, standar tarif listrik megawatt per jam di Jerman menembus 1.000 euro (Rp 14,8 juta) untuk tahun depan sebelum kembali turun menjadi 840 euro (Rp 12,5 juta) pada Senin lalu. Harga tersebut dianggap sebagai patokan bagi Eropa.
"Ini tidak normal sama sekali. Ini sangat fluktuatif. Harga-harga ini mencapai level yang kami pikir tidak akan pernah kami lihat," kata Fabian Rønningen, analis senior di Rystad Energy, dikutip dari CNN, Selasa, 30 Agustus 2022.
Harga melonjak setelah...
<!--more-->
Harga melonjak setelah Gazprom menutup pipa gas Nord Stream 1
Harga itu telah melonjak sejak Gazprom Rusia mengumumkan bahwa akan menutup pipa gas Nord Stream 1 selama tiga hari mulai Rabu ini untuk pemeliharaan. Keputusan itu membuat kekhawatiran bahwa Moskow akan mematikan gas ke Eropa sepenuhnya.
Prancis yang pembangkit nuklirnya menyuplai 70 persen kebutuhuan negara itu, juga tengah berjuang dengan produksi yang rendah. Keadaan tersebut membuat harga energi di Prancis melambung.
Pada Senin lalu, Republik Ceko juga mengumumkan akan mengadakan pertemuan darurat para menteri energi Eropa di Brussel minggu depan untuk mencari solusi krisis ini.
Namun, menurut Rønningen, ketidakpastian suplai energi tetap ada. "Mungkin kita akan mengalami musim dingin di mana kita harus menemukan solusi," kata CEO Shell Ben van Beurden pada konferensi pers di Norwegia, Senin, 29 Agustus 2022.
Uniper, importir gas alam terbesar di Jerman, mengatakan akan membutuhkan lebih banyak bantuan dari pemerintah. Pihaknya meminta tambahan 4 miliar euro atau sekitar Rp 59 triliun. Perusahaan mengatakan kekurangan uang tunai karena minimnya ekspor Rusia memaksanya membayar harga pasar yang sangat tinggi untuk mengisi kesenjangan pasokan.
Sektor bisnis khawatir mereka harus menghentikan operasi secara berkala selama musim dingin jika pasokan listrik terbatas. Sementara rumah tangga berjuang membayar tagihan pemanas yang melonjak. Dampaknya bisa memicu resesi yang dalam.
Mandi di kantor agar bisa makan
Seperti keluarga di Jerman yang paling terpukul oleh melonjaknya harga gas. Salah satunya dialami Ercan Erden. Pria berusia 58 tahun ini tinggal di Kota Nidda, timur laut Frankfurt, sebagai operator mesin di sebuah pabrik air mineral. Dia terpaksa mandi di tempat kerja agar bisa makan.
<!--more-->
Sementara Dawn White, warga Inggris yang menderita gagal ginjal, mengatakan khawatir biaya energi yang melonjak akan membahayakan hidupnya. Dia tidak akan lagi mampu membayar perawatan yang menyelamatkan hidupnya. "Tanpa mesin (dialisis) lima kali seminggu selama 20 jam, saya akan mati," ujar White, 59 tahun, yang tinggal di tenggara Inggris, kepada Reuters.
Seyda Bal, di Istanbul, Turki mengatakan dia membatasi penggunaan oven hingga tiga kali sebulan untuk menghemat energi. Perempuan berusia 27 tahun itu juga mengatakan bahwa suaminya pulang-pergi ke tempat kerja dengan bus untuk menghemat bahan bakar, meskipun butuh waktu tiga kali lebih lama.
Sementara di Kota Grimsby, Inggris timur, Philip Keetley tidak menyalakan kipas angin di rumah saat Inggris mencatat rekor gelombang panas musim panas ini. Melihat rekening banknya menunjukkan bahwa dia tidak mampu. "Biaya hidup telah meningkat. Saya harus memilih antara menyalakan pendingin atau makan," tutur Keetley.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyalahkan Rusia atas meroketnya krisis energi di Eropa. Dia menuding Rusia sengaja melakukan tindak terorisme ekonomi terhadap Eropa yang merupakan importir terbesar gas Rusia.
"Rusia menggunakan teror ekonomi. Ini memberikan tekanan pada krisis harga, dengan kemiskinan, untuk melemahkan Eropa," kata Zelensky dalam konferensi industri energi di kota Stavanger, Norwegia, dikutip dari Reuters, Selasa, 30 Agustus 2022.
Baca: Eropa Krisis Energi, Rusia Malah Bakar Gas Alam Rp148 Miliar Per Hari
REUTERS | CNN