Dua Mata Pedang Kenaikan Suku Bunga: Redam Inflasi dan Laju Ekonomi

Kamis, 25 Agustus 2022 15:59 WIB

Karyawan melintas di area perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Selasa, 31 Mei 2022. Bank Indonesia (BI) mengakui, tingkat inflasi pada tahun 2022 akan berada di atas batas atas kisaran sasaran BI yang sebesar 4 persen year on year (yoy). TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan kenaikan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen pada Selasa kemarin, 23 Juli 2022. Kenaikan suku bunga acuan ini menjadi yang pertama kalinya setelah 18 bulan berturut-turut tertahan di level 3,5 persen sejak 18 Februari 2021.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan kenaikan suku bunga acuan itu sebagai langkah awal untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi. Meningkatnya inflasi ini disebabkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi harga pangan bergejolak atau volatile food di saat gejolak harga energi dan pangan global terjadi.

Selain itu, kebijakan menaikkan suku bunga acuan juga ditujukan untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya. Ini kata dia akibat masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin kuat di level sebelum adanya Pandemi Covid-19.

"Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi," kata Perry saat membacakan hasil rapat dewan gubernur BI pada Selasa lalu.

Kekhawatiran terhadap semakin tingginya angka inflasi atau naiknya harga-harga barang di Indonesia semakin menjadi-jadi setelah pemerintah berencana menaikkan harga BBM bersubsidi, yaitu jenis pertalite dan solar. Kata Perry, kenaikan harga BBM non subsidi saja yang telah naik sebelumnya bisa mendongkrak angka inflasi sepanjang tahun ini menjadi 5,24 persen dengan inflasi inti sebesar 4,15 persen.

Advertising
Advertising

Padahal, BI menargetkan angka inflasi sepanjang 2022 hanya akan di level 2 - 4 persen atau yang biasa disebut Perry sebesar 3 plus minus 1 persen. Pada Januari 2022 angka realisasi inflasi pun sebetulnya hanya di level 2,18 persen, namun meningkat drastis sejak Maret 2022 di level 2,64 persen dan terus menanjak hingga di level 4,94 persen pada Juli 2022.

Kendati begitu, Perry menegaskan, BI tidak pernah merespons dampak langsung dari kebijakan rencana kenaikan BBM bersubsidi yang tengah dibahas pemerintah saat ini. Musababnya BBM masuk ke dalam golongan inflasi harga-harga yang diatur pemerintah. Tapi, kata dia, BI hanya merespons atau menghitung dampak rembetannya terhadap inflasi inti.

"Inflasi inti, inflasi fundamental, inflasi yang mencerminkan daya beli permintaan. Itu pertimbangan yang pertama kebijakan moneter Bank Indonesia," ujar Perry.

BI Rate Rem Pemulihan Ekonomi ?

Sejumlah ekonom menilai, kenaikan suku bunga acuan BI itu juga di dasari atas ekspektasi kenaikan harga BBM bersubsidi yang akan diputuskan dalam waktu dekat. Makanya, Perry memperkirakan realisasi angka inflasi inti bakal naik menjadi di level 4,15 persen dari yang realisasi hingga Juli 2022 sebesar 2,86 persen.

Berita terkait

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

13 jam lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

20 jam lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Rencana Pemberian Insentif Mobil Listrik: Masih Dibicarakan

1 hari lalu

Jokowi soal Rencana Pemberian Insentif Mobil Listrik: Masih Dibicarakan

Presiden Joko Widodo alias Jokowi buka suara soal kelanjutan rencana pemerintah memberi insentif untuk mobil hybrid.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

1 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

1 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya