Pergantian Kepemimpinan di Australia, Angin Segar untuk Indonesia?
Reporter
Tempo.co
Editor
Sita Planasari
Selasa, 24 Mei 2022 08:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Anthony Albanese dilantik sebagai pemimpin baru Australia pada Senin lalu, usai mengalahkan pemerintah konservatif pimpinan Scott Morrison dalam pemilu pekan lalu. Ini adalah kemenangan pertama bagi Partai Buruh di Australia selama hampir satu dekade.
Albanese menjanjikan para pemilih perubahan saat dia berhasil mengalahkan koalisi konservatif Liberal-Nasional yang telah berkuasa sejak 2013. Dalam pidato kemenangannya, Albanese, yang akrab disapa Albo, berjanji untuk menyatukan warga Australia yang terpecah.
“Saya ingin mencari tujuan bersama dengan mempromosikan persatuan dan optimisme, bukan ketakutan dan perpecahan,” kata Albanese dalam pidato kemenangannya, Sabtu malam.
Dengan kemenangan Albanese dan Partai Buruh, perubahan tak hanya terjadi dalam politik dalam negeri benua Kanguru.
Sebelum memberikan pidato kemenangan, Albanese mengatakan bahwa dia akan memilih Indonesia sebagai salah satu kunjungan diplomatik pertamanya jika menang pemilu. Albanese mengatakan, Indonesia akan menjadi salah satu negara adikuasa di masa depan.
Albanese menegaskan Canberra perlu membangun hubungan yang lebih dekat dengan Jakarta, sebagaimana dilansir Bloomberg, Rabu pekan lalu.
“Indonesia akan tumbuh menjadi ekonomi yang substansial di dunia. Kita hidup di wilayah di mana di masa depan kita akan memiliki China, India, dan Indonesia sebagai raksasa. Kita perlu memperkuat kemitraan ekonomi itu,” kata Albanese di National Press Club di Canberra.
Albanese menuturkan, dia ingin memperluas kemitraan “orang-ke-orang” dan membangun keterlibatan dengan Jakarta termasuk di sejumlah bidang seperti keselamatan maritim.
Dia juga mempertanyakan mengapa hubungan antara Australia dan Indonesia tidak dekat di masa pemerintahan sebelumnya. Padahal secara geografis, Australia dan Indonesia adalah tetangga dekat dan Jakarta suatu hari nanti akan menjadi negara adidaya. “Kita harus benar-benar memperkuat hubungan (dengan Indonesia),” ujar dia.
Perhatian Albanese kepada Indonesia selama ini cukup konsisten. Saat menjadi menteri di kabinet Perdana Menteri Kevin Rudd, kunjungan resmi pertamanya adalah ke Indonesia. Kemudian kunjungan resmi pertama Albanese sebagai pimpinan Partai Buruh juga ke Jakarta pada Agustus 2019.
Dalam kunjungan terakhir, dia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan membahas perlunya penguatan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA), serta simplifikasi proses visa untuk para turis Indonesia dan Australia.
<!--more-->
Saat ditanya wartawan soal isu Papua, Albanese mengatakan bahwa hak asasi manusia harus dihormati di Papua. “Kami memahami komitmen bi-partai yang telah lama ada tentang integritas territorial Indonesia, dan itu sudah dimengerti,” ujar dia.
Keinginan untuk mempererat hubungan dengan Indonesia juga diungkapkan Menteri Luar Negeri baru Penny Wong. Wong, lahir di Malaysia, adalah menteri luar negeri pertama Australia yang lahir di luar negeri.
Dalam email kepada Reuters Senin lalu, Wong menegaskan Australia akan mengambil komitmen baru di Asia Tenggara dan Pasifik.
“Kami selalu memahami pentingnya Asia Tenggara. Kami tahu bahwa meskipun kami semua sangat berbeda, negara kami menghadapi banyak tantangan bersama,” kata Wong. “Kami semua perlu bekerja sama untuk mengatasi pembentukan kembali tatanan regional, pemulihan pandemi - dan seperti yang dikatakan Presiden (Indonesia) Joko Widodo langsung kepada DPR, perubahan iklim.”
Dalam kesempatan terpisah, Wong mengatakan strategi Asia Tenggara pemerintah Partai Buruh akan mencakup peningkatan bantuan asing sebesar A$470 juta dan penunjukan utusan khusus.
Posisi baru tersebut akan menjadi tambahan bagi Duta Besar Australia untuk Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara yang sudah ada.
Sebagai pembicara virtual di Center for Strategic and International Studies pada akhir Maret lalu, Wong mengatakan semua negara di ASEAN penting, namun menggarisbawahi keutamaan Indonesia.
“Jelas banyak negara di Asia Tenggara yang ingin memperdalam hubungannya. Namun untuk para pengambil kebijakan politik luar negeri Australia, Indonesia selalu menjadi sentral,” katanya.
Wong dalam diskusi tersebut juga mengkritisi kebijakan pemerintah Morrison yang tidak kondusif dalam menguatkan hubungan bilateral.
“Sayangnya saat kita memasuki pandemi, pemerintah (Morrison) telah memotong bantuan pembangunan untuk Indonesia dalam dukungan kesehatan. Kami (Partai Buruh) akan meningkatkan bantuan tersebut, walau tak bisa seketika,” janji Wong.
Angin segar nampaknya mulai berhembus bagi Indonesia dari pemerintahan baru Australia. Berbagai pernyataan mendorong optimisme, dan banyak agenda sejalan dengan Presiden Jokowi seperti penguatan kerja sama ekonomi, turisme, dan perubahan iklim.
Baca juga: Anthony Albanese Resmi Dilantik sebagai Perdana Menteri Australia
SUMBER: REUTERS | ANTARA | AFR