Pandemi Covid-19 Belum Selesai, Hepatitis Akut Misterius Mengintai

Jumat, 6 Mei 2022 06:29 WIB

Ilustrasi hepatitis. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah meminta masyarakat waspada setelah tiga anak meninggal di RSCM karena diduga mengidap hepatitis akut misterius. Penyakit yang belum diketahui asal usulnya itu menyebabkan tiga anak di bawah usia 12 tahun tersebut meninggal dalam kurun waktu dua minggu terakhir hingga 31 April 2022.

Ketiga pasien anak yang diduga mengidap penyakit misterius itu adalah rujukan dari rumah sakit di Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Gejalanya mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang, dan penurunan kesadaran.

Kementerian Kesehatan masih melakukan investigasi terhadap kasus ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap. Dinas kesehatan Provinsi DKI Jakarta juga sedang melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, satu pasien anak di Jakarta yang dilaporkan meninggal diduga akibat hepatitis akut bergejala berat belum menerima vaksin Covid-19 maupun hepatitis.

"Investigasi kontak terhadap tiga kasus ini yang kita ketahui pasien tiba di rumah sakit sudah dalam kondisi stadium lanjut. Hanya memberikan waktu sedikit rumah sakit berikan tindakan pertolongan," kata Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis siang, 5 Mei 2022.

Pasien termuda, baru berusia dua tahun. Dia belum memperoleh vaksinasi Covid-19 atau hepatitis A-E. Pasien yang berusia 8 tahun sudah memperoleh vaksinasi Covid-19 dosis pertama, sedangkan pasien yang berumur 11 tahun telah memperoleh vaksinasi lengkap dua dosis.

Ilustrasi hepatitis. Shutterstock

Kementerian Kesehatan memastikan ketiga pasien negatif Covid-19. Hal ini berdasarkan pemeriksaan medis di rumah sakit.

Kini Kementerian Kesehatan bersama Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta telah melakukan investigasi kontak untuk mengetahui faktor risiko yang ada pada pasien.

"Dari data yang ada, satu kasus pernah memiliki penyakit lainnya sebelum pasien didiagnosa diduga mengalami hepatitis akut ini," katanya.

Ketiga pasien itu juga tidak memiliki riwayat penyakit bawaan hepatitis dari keluarga. "Dari ketiga anak tersebut tidak ada yang memiliki riwayat dengan gejala penyakit yang sama," katanya.

Keluhan utama yang dialami pasien sebelum dibawa ke rumah sakit, berasal dari saluran cerna seperti mual, muntah dan diare yang hebat.

Nadia, yang juga Sekretaris Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes, mengatakan kejadian itu belum digolongkan sebagai kasus hepatitis akut berat sebab masih ada fase lanjutan investigasi. Pemeriksaan laboratorium, terutama pemeriksaan Adenovirus dan Hepatitis E ini membutuhkan waktu 10-14 hari.

"Kami belum golongkan dalam hepatitis akut bergejala berat, tetapi baru masuk pada kriteria pending klasifikasi karena masih ada pemeriksaan laboratorium," katanya.

Masyarakat diimbau untuk menerapkan langkah pencegahan selama masa investigasi. "Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan.”

Jakarta diminta gerak cepat

Wakil Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta Anggara Wicitra Sastroamidjojo meminta Pemprov DKI Jakarta bergerak cepat menghadapi beredarnya penyakit hepatitis akut misterius.

“Kami harus menyalakan alarm kewaspadaan lagi karena WHO pun sudah menetapkan meningkatnya kasus hepatitis akut ini sebagai kejadian luar biasa (KLB). Belajar dari pengalaman, jangan lagi meremehkan penyakit yang baru menyebar, apalagi kali ini sasarannya anak-anak,” kata Anggara di Jakarta, Rabu lalu.

Ketua Fraksi PSI ini mengatakan peran Dinas Kesehatan DKI Jakarta sangat penting dalam mengantisipasi lonjakan kasus ini, terlebih Surat Edaran nomor HK.02.02/C/2515/2022, Kementerian Kesehatan juga meminta peran aktif Pemerintah Daerah.

"Dinkes DKI Jakarta harus segera berkoordinasi intens dengan Kemenkes untuk melakukan investigasi dan tracing agar dapat menemukan titik penyebaran awalnya," kata Anggara.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta memastikan akan melakukan pemantauan intensif terhadap pasien hepatitis, termasuk menetapkan tahapan atau prosedur yang perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan agar pasien dapat mendapatkan tindakan medis yang tepat. Selama belum ada hasil valid atas kasus tersebut, Dinas Kesehatan mengingatkan warga agar mengonsumsi makanan bersih dan sehat.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia, mengatakan dugaan awal infeksi hepatitis menyebar secara oral melalui jalur pencernaan.

"Kemungkinan penularannya jalurnya pakal oral. Berarti dari rute jalur saluran cerna seperti pola penularan kayak diare, tifus. Itu sementara diduga," kata Dwi.

Pencegahan infeksi hepatitis bisa dilakukan dengan dengan memilih makanan yang sehat dan aman, serta tidak tercemar atau terkontaminasi bakteri. Untuk itu, Dwi meminta warga tetap waspada terhadap makanan yang dikonsumsi dan menyarankan agar masyarakat memilih makanan yang sehat dan tidak lupa mencuci tangan sebelum makan.

Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan, penyakit hepatitis misterius ini belum tentu mewabah di dunia meski berstatus kejadian luar biasa (KLB).

"Hepatitis akut berat masuk dalam Disease Outbreak News (DONs) WHO 15 April 2022, yang berbagai berita menyebutnya sebagai kejadian luar biasa (KLB) oleh WHO," katanya.

Ia mengatakan penyakit yang belum diketahui penyebabnya itu dilaporkan otoritas terkait di Amerika Serikat menjangkiti lebih dari 200 pasien di 20 negara di dunia hingga 3 Mei 2022. Hepatitis akut misterius itu kali pertama dilaporkan pada 15 April 2022 dari Inggris, yang kemudian dimasukkan oleh WHO dalam daftar DONs.

"Perlu kita ketahui bahwa kalau memang ada kasus penyakit apapun di dunia yang tidak seperti biasa, maka akan dimasukkan dalam Disease Outbreak News (DONs)," paparnya.

DONs merupakan prosedur rutin di WHO untuk menyajikan informasi ke dunia tentang kejadian kesehatan masyarakat yang penting atau yang berpotensi menjadi hal yang penting. Sepanjang April 2022, ada 10 penyakit DONs WHO, yaitu hepatitis akut misterius dengan laporan pertama 15 April di Inggris dan Irlandia serta 23 April di berbagai negara, lalu ebola di Kongo, Japanese encevalitis di Australia, Salmoneum thypimurium di berbagai negara, kolera di Malawi, malaria di Somalia, demam kuning di Uganda, vaccine derived polio virus (VDPV) tipe 3 di Israel dan MERS CoV di Arab Saudi.

Bersiap dengan skenario terburuk

Pakar epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, tidak dapat memastikan seberapa besar hepatitis akut misterius ini mewabah di tanah air sebab belum ada data solid dan valid tentang mekanisme penularannya. Namun ia mengatakan, dalam prinsip epidemiologi, skenario terburuk harus dipakai untuk mencegah wabah.

“Dengan cara melakukan pencegahan melalui pendekatan yang sudah kita pahami. Misalnya, melalui imunisasi atau kebersihan makanan atau kebersihan anak, termasuk orang sekitar yang menyuapi anak,” kata Dicky saat dihubungi Tempo, Kamis, 5 Mei 2022.

Dicky menampik isu hepatitis akut misterius dipicu vaksin Covid-19 karena argumen semacam ini tidak didasarkan fakta ilmiah. “Jadi sejauh ini tidak ada fakta atau argumen ilmiah yang menguatkan bahwa ini disebabkan oleh vaksin," kata Dicky.

Berdasarkan hipotesis ilmiah yang dikeluarkan peneliti-peneliti global, hepatitis akut ini cenderung memang dampak lanjutan dari infeksi pandemi Covid-19, yang dari awal juga terdeteksi turut menyerang hati atau hepa pasiennya.

"Jadi saya sendiri tidak melihat kecenderungan ini akibat vaksin, enggak, itu teori yang sangat lemah dan cenderung salah. Tapi mitigasinya tetap mencegah infeksi antara lain ya vaksin sebagai proteksi," tutur Dicky.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi, Hanifah Oswari, mengungkapkan virus-virus yang diduga menjadi penyebab munculnya penyakit hepatitis akut. Meski begitu, dia mengingatkan, etiologi virus ini masih belum diketahui konkretnya, sehingga masih menjadi misteri.

"Sampai saat ini meskipun belum diketahui penyebabnya, tapi ada beberapa virus yang berperan," kata dia saat konferensi pers secara daring di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Kamis, 5 Mei 2022.

Hanifah mengatakan, ada dua virus yang diduga berada di balik penyakit yang telah ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai Kejadian Luar Biasa ini, yaitu Adenovirus tipe 41, SARS-CoV-2 atau Covid-19, Cytomegalovirus atau CMV, serta Virus Epstein-Barr atau EBV.

Pencegahan penyebaran Hepatitis Akut

Hanifah melanjutkan, penyebaran penyakit hepatitis akut yang masih misterius dan menyerang anak-anak di bawah usia 16 tahun ini bisa dicegah. Di antaranya dengan menutup jalan masuk virus ini yang melalui saluran cerna dan pernafasan.

Pencegahan dari saluran nafas, kata dia, bisa dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang selama ini digunakan untuk mencegah penularan Covid-19, misalnya menggunakan masker, menjaga jarak, serta tidak bersentuhan dengan orang lain.

Sedangkan pencegahan dari saluran cerna, menurut Hanifah, bisa dilakukan dengan mencuci tangan sebelum makan dan minum, memastikan makanan dan minuman yang akan dikonsumsi matang, serta tidak menggunakan alat-alat bersama dengan orang-orang lain.

Hepatitis adalah peradangan hati dan dapat disebabkan oleh infeksi, gangguan autoimun, atau efek samping suatu pengobatan. Berbagai gejala hepatitis akut ini termasuk mual, muntah, sakit perut, urine berwarna gelap, perubahan warna kuning pada kulit dan/atau mata, demam, dan kelelahan.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada 169 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui asalnya di 11 negara wilayah di Eropa dan Amerika per 21 April 2022.

Rinciannya, sebanyak 114 kasus hepatitis akut dilaporkan dari Inggris. Berikutnya, Spanyol dan Israel melaporkan masing-masing 13 kasus dan 12 kasus hepatitis akut. Amerika Serikat tercatat memiliki sembilan kasus hepatitis akut. Diikuti oleh Denmark, Irlandia, dan Belanda dengan kasus hepatitis akut masing-masing sebanyak enam kasus, lima kasus, dan empat kasus.

EKA YUDHA SAPUTRA | DEWI NURITA | ARRIJAL RACHMAN

Baca juga: Dinkes Depok Bersiap Antisipasi Penyebaran Hepatitis Akut

Berita terkait

Dharma Pongrekun Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Pernah Disorot Soal Covid-19 sebagai Rekayasa

2 jam lalu

Dharma Pongrekun Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Pernah Disorot Soal Covid-19 sebagai Rekayasa

Pernyataan Dharma Pongrekun pernah kontroversi saat pandemi Covid-19 karena menurutnya hasil konspirasi dan rekayasa. Kini, ia maju Pilkada DKI.

Baca Selengkapnya

Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

1 hari lalu

Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

Doomscrolling mengacu pada kebiasaan terus-menerus menelusuri berita buruk atau negatif di media sosial atau internet, sering untuk waktu yang lama.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

30 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

Petugas Damkar Meninggal Usai Padamkan Api Gedung YLBHI Punya Riwayat Penyakit Dalam

39 hari lalu

Petugas Damkar Meninggal Usai Padamkan Api Gedung YLBHI Punya Riwayat Penyakit Dalam

Kadis Gulkarma DKI Jakarta Satriadi Gunawan, menceritakan kronologi tewasnya petugas pemadam kebakaran di YLBHI, Samsul Triatmoko.

Baca Selengkapnya

KAI Sebut Pengguna Commuter Line Mudik Lebaran Ini Tertinggi Pasca Pandemi Covid-19

40 hari lalu

KAI Sebut Pengguna Commuter Line Mudik Lebaran Ini Tertinggi Pasca Pandemi Covid-19

Pergerakan pengguna Commuter Line Jabodetabek juga masih terpantau di stasiun-stasiun yang terletak di kawasan pusat perbelanjaan atau sentra bisnis.

Baca Selengkapnya

Anggota Damkar yang Gugur Usai Padamkan Api di Gedung YLBHI Sempat Pingsan saat Bertugas

41 hari lalu

Anggota Damkar yang Gugur Usai Padamkan Api di Gedung YLBHI Sempat Pingsan saat Bertugas

Kondisi korban kebakaran YLBHI terungkap pada Senin pagi. Akun @humasjakfire menyebut korban adalah anggota Sudin Gulkarmat, Samsul Triatmoko.

Baca Selengkapnya

CEO Boeing Dave Calhoun Bersiap Mundur, Melawan Badai Sepanjang Kepemimpinannya

52 hari lalu

CEO Boeing Dave Calhoun Bersiap Mundur, Melawan Badai Sepanjang Kepemimpinannya

CEO Boeing Dave Calhoun memutuskan mengundurkan diri pada akhir tahun ini. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Dugaan Korupsi Anggaran Covid-19, Kejaksaan Tahan Kadis Kesehatan Sumatera Utara

14 Maret 2024

Dugaan Korupsi Anggaran Covid-19, Kejaksaan Tahan Kadis Kesehatan Sumatera Utara

Kedua tersangka bisa dijerat dengan hukuman mati karena dugaan korupsi pengadaan barang saat situasi bencana pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Mengenang Perjuangan Tenaga Medis Saat Pagebluk Pandemi Covid-19

13 Maret 2024

Mengenang Perjuangan Tenaga Medis Saat Pagebluk Pandemi Covid-19

Setidaknya ada 731 tenaga medis meninggal saat bertugas pandemi Covid-19, sekitar 4 tahun lalu.

Baca Selengkapnya

4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

13 Maret 2024

4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

Di Jakarta, setidaknya ada dua TPU yang jadi tempat permakaman korban saat pandemi Covid-19, yakni TPU Tegal Alur dan Pondok Ranggon.

Baca Selengkapnya