Tersulut Mulut Biden, Perang Rusia Ukraina Dikhawatirkan Sulit Berakhir
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Selasa, 29 Maret 2022 20:26 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan Presiden AS Joe Biden tentang Vladimir Putin, pemimpin Rusia di Warsawa, Polandia, memantik beragam reaksi. Ucapan Biden itu dikhawatirkan bakal memperkeruh perang Rusia Ukraina yang telah berlangsung sebulan lebih.
Konglomerat aluminium Rusia Oleg Deripaska mengatakan bahwa pidato Biden di Warsawa menunjukkan bahwa mobilisasi ideologis neraka sedang berlangsung dan dapat mengantarkan konflik panjang di Ukraina. Deripaska, pendiri raksasa aluminium Rusia Rusal yang sebelumnya menyerukan perdamaian, mengatakan konflik di Ukraina adalah kegilaan yang akan membuat malu generasi mendatang.
Menurut dia, AS maupun Rusia telah mempertajam retorika mereka. Dia mengatakan konflik Rusia Ukraina yang diharapkan bisa segera selesai, bakal bertahan lebih lama akibat ucapan Biden.
“Sekarang semacam mobilisasi ideologi neraka sedang berlangsung dari semua sisi,” kata Deripaska di Telegram. "Orang-orang ini bersiap untuk bertarung selama beberapa tahun lagi."
"Semua pihak tampaknya secara sembrono bersiap untuk perang jangka panjang yang akan memiliki konsekuensi tragis bagi seluruh dunia," ujarnya.
Di akhir pidatonya di Warsawa, Polandia akhir pekan lalu, Biden menyebut Putin sebagai "tukang daging" ketika ia membangkitkan kenangan buruk Polandia empat dekade di bawah Tirai Besi Sovyet. Biden mengatakan, demokrasi dunia harus segera melawan Rusia yang otokratis sebagai ancaman terhadap keamanan dan kebebasan global.
"Demi Tuhan, orang ini (Putin) tidak bisa tetap berkuasa," kata Biden di depan warga di Warsawa setelah mengutuk perang selama sebulan di Ukraina.
<!--more-->
Ia menyebut perang melawan Putin sebagai "pertempuran baru untuk kebebasan." Biden mengatakan keinginan Putin untuk "kekuatan absolut" adalah kegagalan strategis bagi Rusia dan tantangan langsung bagi perdamaian Eropa yang sebagian besar telah berlaku sejak Perang Dunia Kedua.
"Barat sekarang lebih kuat, lebih bersatu dari sebelumnya," kata Biden. "Pertempuran ini juga tidak akan dimenangkan dalam beberapa hari atau bulan. Kita perlu menguatkan diri untuk pertarungan panjang di depan."
Pidato itu muncul setelah tiga hari pertemuan di Eropa dengan G7, Dewan Eropa dan sekutu NATO. Pertemuan itu berlangsung pada saat yang sama ketika roket menghujani kota Lviv di Ukraina barat, hanya 60 kilometer dari Polandia.
Mantan Diplomat Amerika Serikat, Richard Haass, mengkritik komentar Biden soal kekuasaan Putin di Rusia. Eks politisi Partai Republik itu menilai, pernyataan Biden makin membuat situasi semakin lebih berbahaya.
"Komentar itu membuat situasi sulit menjadi lebih sulit dan lebih berbahaya," kata Haass dalam unggahan Twitter yang dibuat pada hari Minggu, 27 Maret 2022.
Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengingatkan agar ketegangan dalam konflik Ukraina, yang menyebar dalam perang kata-kata, harus dihindari. “Saya secara pribadi tidak akan menggunakan kata-kata seperti itu,” kata Macron, Sabtu, 26 Maret 2022 mengomentari pernyataan Biden.
Aliansi NATO juga ikut berkomentar. Perubahan rezim di Rusia bukanlah tujuan NATO, terlepas dari invasi Moskow ke Ukraina. Hal ini diungkapkan Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Ahad lalu, sehari setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden mencap Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai "tukang jagal yang tidak bisa tetap berkuasa".
“Itu bukan tujuan NATO, bukan pula tujuan presiden AS,” kata Scholz kepada saluran televisi pemerintah Jerman, ARD.
<!--more-->
"Saya memiliki kesempatan untuk berbicara panjang lebar dengan Presiden Biden di Gedung Putih dan kami juga telah mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan ini," ujar Scholz.
Kantor Kepresidenan Rusia telah bereaksi keras terhadap pernyataan Biden. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan itu adalah penghinaan pribadi dan tidak bisa diterima. "Bukan Preisden AS yang memutuskan siapa yang akan menjadi presiden Federasi Rusia," ujarnya.
Pemerintah Amerika Serikat secara resmi segera mengkoreksi bahwa ucapan Biden. Pernyataan itu bukan berarti menyerukan agar rezim di Rusia sekarang diganti.
Sumber di Gedung Putih mengatakan Presiden Biden sudah kebablasan saat dia mengucapkan kalimat yang kontroversial itu.
Biden kembali mengomentari pernyataannya itu kepada wartawan di Gedung Putih, setelah ia kembali dari Warsawa, Senin, 28 Maret 2022. Dia mengatakan tidak peduli pada apa yang dipikirkan Putin tentang komentarnya.
Dia juga yakin Putin tidak akan melakukan apa-apa. “Mengingat perilakunya baru-baru ini, orang harus mengerti dia akan melakukan apa yang dia pikir harus dia lakukan, titik,” kata Biden. "Dia tidak terpengaruh oleh orang lain, termasuk penasihatnya sendiri," ujarnya.
REUTERS | CNN | SPUTNIK | NDTV