Bahan Pangan Serba Naik, Musibah Besar Masyarakat Kecil

Rabu, 29 Desember 2021 18:09 WIB

Aktivitas perdagangan bahan pokok di Pasar Tebet, Jakarta, Jumat, 17 Desember 2021. Cabai rawit merah mengalami kenaikan yang cukup besar jika dibandingkan dengan komoditas lain yang naik sebesar 2,61 persen atau Rp 2.200 menjadi Rp 86.500. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Naiknya harga pangan membuat Jumiyati berhenti berjualan dari pada menanggung rugi. Hampir sepekan, dia menutup lapak dagangan nasi uduk di depan rumahnya di Ciputat, Tangerang Selatan. Keputusan itu ditempuh oleh perempuan 56 tahun ini lantaran harga barang modal dagangannya serba melonjak menjelang pergantian tahun.

Setidaknya ada tiga komponen modal berdagang nasi uduk yang belakangan ini melambung harganya, yakni minyak goreng, telur ayam, hingga cabai rawit merah. “Biasanya saya beli cabai dua kilo untuk seminggu tapi sekarang naik ya saya irit jadi satu kilo seminggu untuk dikonsumsi sendiri,” kata Jumiyati kala berbelanja di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu, 29 Desember 2021.

Harga tiga komoditas yang disebut Jumiyati itu memang melonjak signifikan. Seorang pedagang cabai di Pasar Ciputat, Rahayu, mengatakan harga cabai rawit merah melompat hampir dua kali lipat dari kisaran Rp 35-40 ribu ke kisaran Rp 105-110 ribu per kilogram. Menurut Rahayu, lonjakan harga komoditas itu mulai terasa menjelang Natal lalu, yaitu sekitar tanggal 20 Desember 2021.

Alih-alih membuat pedagang tersenyum di akhir tahun ini, Rahayu mengatakan melambungnya harga cabai rawit merah justru membikin omzet turun. “Kerugian bisa mencapai 50 hingga 70 persen,” kata Rahayu.

Meruginya pedagang cabai itu disebabkan para pembeli memilih mengerem pembelian komoditas pedas tersebut selama harganya masih tinggi. Hal tersebut dirasakan oleh pedagang cabai lainnya, Suwarti. Ia mengatakan pada situasi normal bisa menjual dua hingga empat kilogram setiap harinya.

Advertising
Advertising

“Sekarang dua hingga empat kilogram bisa terjual dua sampai tiga hari,” ujar Suwarti.

Selain cabai, Tempo mendapati harga telur naik dari biasanya Rp 18-20 ribu per kilogram menjadi menembus Rp 32 ribu per kilogram. Sementara itu, harga minyak juga meningkat drastis. Harga minyak curah yang biasanya dibanderol Rp 10 ribu per liter, kini dijual Rp 20 ribu per liter.

Sementara itu, harga minyak goreng dalam kemasan naik dari semula Rp 15 ribu per liter menjadi Rp 20 ribu per liter. Padahal, harga eceran tertinggi dari minyak goreng dipatok Rp 11 ribu per liter.

Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia atau Ikappi menyayangkan lonjakan tinggi harga komoditas pokok tersebut. Ikappi menyebut kenaikan itu tidak wajar dan baru pertama kali ini terjadi.

<!--more-->

"Tiga catatan ini membuat kami memberikan rapor merah kepada Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian, kami berharap agar kita bersama-sama menjaga agar harga pangan tidak tinggi dan masyarakat atau konsumen tidak kesulitan mendapatkan pangan," tutur Sekretaris Jenderal Ikappi Reynaldi Sarijowan dalam keterangan tertulis, Senin, 27 Desember 2021.

Kenaikan harga tiga komoditas itu, menurut dia, cukup mengagetkan masyarakat, khususnya ibu-ibu rumah tangga. Fenomena itu juga dinilai membuat masyarakat kesulitan dalam menghadapi perpindahan tahun ini. "Jujur kami tidak menduga bahwa kenaikan harga pangan yang relatif panjang dan tinggi ini terjadi di akhir tahun 2021."

Ihwal melambungnya barang-barang kebutuhan pokok itu, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani meminta pemerintah segera mengatasi persoalan tersebut. Pasalnya perkara mahalnya harga kebutuhan pokok akan membuat masyarakat semakin sulit.

“Pemerintah perlu segera mengendalikan harga bahan pangan pokok di akhir tahun ini. Beberapa bahan pangan pokok seperti minyak goreng, cabai, bawang dan telur ayam harganya sangat tinggi melebihi akhir tahun sebelumnya,” kata Puan.

Politikus PDIP itu menuturkan, masyarakat berpenghasilan kecil akan sangat terdampak dengan kenaikan harga bahan kebutuhan pokok. "Ibu-ibu rumah tangga sudah banyak mengeluh, harga cabai rawit merah di sejumlah daerah sudah ada yang mencapai Rp 140.000 per kilogram. Ini sudah melebihi harga daging,” ucapnya.

Permasalahan naiknya harga-harga bahan pangan di akhir tahun, kata Puan, juga harus diselesaikan untuk waktu-waktu ke depan. Ia mengatakan fenomena ini selalu berulang dan perlu upaya penyelesaian yang komprehensif. Perlu adanya sinergi kebijakan antar sektor baik dari sisi hulu maupun hilir, dari sektor produksi dan perdagangan.

Direktur Center of Economic and Law Studies atau Celios, Bhima Yudhistira, menyarankan pemerintah segera mengatasi perkara mahalnya harga bahan pangan itu.

Pasalnya, lonjakan harga kebutuhan pokok akan menahan laju pemulihan konsumsi rumah tangga, khususnya kelompok menengah dan bawah. "Semakin rendah golongan konsumsi masyarakat, pengeluaran bahan makanan semakin besar," ujar Bhima.

Berdasar data Badan Pusat Statistik, kata dia, komposisi garis kemiskinan dari bahan makanan mencapai 73 persen. "Jadi, sedikit saja harga minyak goreng dan cabai naik, yang rentan miskin paling terpukul."

Situasi masyarakat menengah dan bawah itu berbeda dengan golongan atas yang masih punya simpanan, sehingga naiknya harga kebutuhan pokok masih bisa ditolerir. Terlebih, tutur Bhima, upah minimum hanya naik rata-rata di kisaran 1 persen tahun 2022. Hal ini diperkirakan membuat banyak pekerja yang daya belinya merosot.

Selain menahan laju pemulihan ekonomi, inflasi yang terlalu tinggi juga berisiko mempercepat naiknya suku bunga acuan bank. "Kalau bunga pinjaman lebih mahal maka efeknya pengusaha yang akan kena getahnya, mau ekspansi tapi bunga mahal," ujar Bhima.

<!--more-->

Menanggapi persoalan itu, Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kementerian Perdagangan Isy Karim menyatakan pemicu kenaikan harga bahan pangan itu tak cuma lantaran pasokan. Untuk minyak goreng, misalnya, lonjakan harga dipicu merangkaknya harga minyak mentah dunia. Adapun dari sisi pasokan, ia meyakini bahwa tidak ada persoalan.

Untuk itu, pemerintah mencoba mengatasi lonjakan harga minyak goreng dengan beberapa cara, antara lain dengan menggelontorkan 11 juta liter minyak goreng dalam kemasan sederhana di pasar retail modern. Pemerintah juga tengah mengkaji rencana subsidi.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan sedang mendekati sejumlah produsen minyak goreng untuk memasok kebutuhan operasi pasar.

Produk tersebut akan dijual dengan harga lebih murah pada tahun depan sehingga diharapkan dapat menstabilkan harga. Tantangannya, beberapa produsen minyak yang dihubungi sudah tidak lagi memiliki stok lantaran habis untuk diekspor.

Untuk perkara cabai, Kementerian Pertanian mengatakan melonjaknya harga disebabkan oleh pasokan yang lebih sedikit dari permintaan. Ia mengatakan hujan menjadi tantangan produksi saat ini.

"Jadi seperti dilihat sekarang kan lagi banyak hujan dan hampir seluruh lokasi sentra di Tanah Air lagi hujan bahkan banjir, sehingga menyebabkan beberapa tanaman rusak," ujar Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian Tommy Nugraha kepada Tempo, Rabu, 29 Desember 2021.

Di sisi lain, ia mengatakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat kini sudah melonggar, sehingga masyarakat sudah mulai kembali pergi ke rumah makan, restoran, hotel, dan tempat wisata. Akibatnya, permintaan cabai rawit pun meningkat."Ketika permintaan banyak, barang sedikit, maka otomatis harga meningkat," ujar Tommy.

Persoalan itu juga ditambah dengan tersendatnya transportasi akibat kendala cuaca yang menyebabkan pengiriman ke pasar-pasar tersendat. Sehingga, pasokan yang masuk belum memenuhi harapan.

"Kalau pertanyaannya kapan harga akan normal, sekarang kami sudah mau memulai lagi penanaman off season. Sehingga diharapkan untuk daerah tinggi yang tidak terkena banjir kita tingkatkan luas tanamnya untuk mencapai kebutuhan produksi," ujar Tommy.

Adapun untuk telur, Kepala Pusat Distribusi dan Akses Pangan Kementerian Pertanian Risfaheri mengklaim baru melihat tren kenaikan harga pada sepekan terakhir yang bisa menyentuh Rp 40 ribu per kilohram. Tim Kementerian pun sedang terjun ke lapangan untuk mencari pemicunya.

"Informasi dari lapangan, ada bantuan sosial dalam bentuk telur yang dirapel tiga bulan dan direalisasi pada akhir tahun ini. ujarnya, Jika ada permintaan ekstrem, pemerintah akan berupaya mendistribusikan pasokan dari wilayah yang lebih rendah permintaannya.

CAESAR AKBAR | SYAHARANI PUTRI | VINDRY FLORENTIN

BACA: Minta Harga Pangan Segera Dikendalikan, Puan Maharani: Ibu-ibu Sudah Mengeluh

Berita terkait

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

7 hari lalu

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

PT Pupuk Indonesia mengumumkan pupuk subsidi sudah bisa ditebus di kios pupuk lengkap resmi wilayah masing-masing.

Baca Selengkapnya

Di Forum APEC, ID FOOD Ungkap Peningkatan Akses Perempuan di Sektor Pangan Melalui Digitalisasi

9 hari lalu

Di Forum APEC, ID FOOD Ungkap Peningkatan Akses Perempuan di Sektor Pangan Melalui Digitalisasi

APEC Workshop ini diikuti oleh para delegasi negara di kawasan Asia Pacifik.

Baca Selengkapnya

Harga Daging dan Cabai Turun di Akhir Libur Lebaran 2024

13 hari lalu

Harga Daging dan Cabai Turun di Akhir Libur Lebaran 2024

Harga komoditas pangan seperti daging, telur, cabai, dan garam turun pada Senin, 15 April 2024.

Baca Selengkapnya

ID FOOD Beberkan Cadangan Pangan Pemerintah: Stok Aman selama Libur Lebaran

16 hari lalu

ID FOOD Beberkan Cadangan Pangan Pemerintah: Stok Aman selama Libur Lebaran

Holding BUMN Pangan ID FOOD memastikan ketersediaan pasokan pangan selama libur Lebaran.

Baca Selengkapnya

Tomat Rp 40 Ribu, Ini Tanggapan Menteri Zulhas

18 hari lalu

Tomat Rp 40 Ribu, Ini Tanggapan Menteri Zulhas

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas menanggapi soal harga tomat yang mencapai Rp 40.000 per kilogram

Baca Selengkapnya

PLN dan BNI Gelar Paket Sembako Murah untuk Ojol dan Masyarakat Umum

20 hari lalu

PLN dan BNI Gelar Paket Sembako Murah untuk Ojol dan Masyarakat Umum

PLN dan BNI menghadirkan 1.500 paket sembako harga murah Rp 59 ribu untuk pengemudi Ojol dan masyarakat umum.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

21 hari lalu

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

AP II mencatat jumlah penumpang pesawat angkutan Lebaran 2024 di 20 bandara yang dikelola perusahaan meningkat sekitar 15 persen.

Baca Selengkapnya

Menjelang Lebaran, Harga Daging dan Cabai Kian Melonjak

21 hari lalu

Menjelang Lebaran, Harga Daging dan Cabai Kian Melonjak

Menjelang Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran 2024, sejumlah harga bahan pokok kian melonjak. Per 7 April 2024, Panel Harga Pangan dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat mencatat harga daging sapi, daging ayam, cabai, bawang merah, dan bawang putih masih naik.

Baca Selengkapnya

Analis: Potensi Inflasi Masih Berlanjut, Nilai Tukar Rupiah Diperkirakan Makin Anjlok

24 hari lalu

Analis: Potensi Inflasi Masih Berlanjut, Nilai Tukar Rupiah Diperkirakan Makin Anjlok

Analis Ibrahim Assuaibi memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini makin merosot menyentuh level Rp 15.910 sampai Rp 15.960.

Baca Selengkapnya

Permintaan Ekspor Komoditas Durian Tinggi di China

25 hari lalu

Permintaan Ekspor Komoditas Durian Tinggi di China

Ekspor komoditas buah durian masih di bawah nanas dan pisang.

Baca Selengkapnya