Dampak Melambungnya Harga Minyak Goreng bagi Pedagang Pecel dan Warteg

Reporter

Caesar Akbar

Kamis, 25 November 2021 18:45 WIB

Ilustrasi Minyak Goreng. bimcbali.com

TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak goreng yang terus melambung membuat Fery Zona Tri pusing tujuh keliling. Pasalnya, mahalnya harga minyak itu membuat pemilik warung pecel lele dan seafood asal Brebes ini mesti merogoh kocek lebih dalam dari biasanya.

Lonjakan harga minyak goreng ibarat hantaman baru bagi para pedagang setelah sebelumnya terimbas pembatasan selama pandemi. Padahal, aktivitas para pedagang kaki lima belakangan baru mulai bergeliat kembali. "Tentunya ini memusingkan sekali," ujar dia kepada Tempo, Kamis, 25 November 2021.

Pria yang juga Ketua Paguyuban Pecel Lele Dan Seafood Brebes itu mengatakan beban kenaikan harga itu terasa sangat berat bagi anggotanya. Jika biasanya minyak goreng dibeli di kisaran Rp 12 ribu per liter, belakangan ia harus mengeluarkan Rp 22 ribu per liter di pedagang eceran.

Padahal, para pedagang pecel lele bisa menghabiskan sedikitnya tiga liter minyak goreng dalam sehari. Bahkan, untuk pedagang dengan skala yang lebih besar, minyak goreng yang digunakan bisa sebanyak sepuluh hingga dua puluh liter sehari. Fery mencatat sekurang-kurangnya biaya produksi pecel lele itu naik Rp 70 ribu per hari dari harga minyak saat ini.

Belum lagi biaya modal berdagang yang terkerek harga komoditas lain. Harga sayur mayur hingga cabai mulai merangkak.

Di sisi lain, para pedagang tidak bisa serta merta menaikkan harga dagangannya. Ketatnya persaingan pedagang pecel lele dan seafood jadi penyebabnya. Mereka pun rela keuntungannya berkurang ketimbang kehilangan pelanggan. "Nanti pelanggan malah lari."

Kepala Fery semakin pening begitu mendengar kabar harga minyak itu bisa semakin melambung pada 2022, seperti prediksi pemerintah beberapa waktu belakangan. Kalau itu terjadi, mau tidak mau para pedagang mesti mengerek naik harga dagangannya. "Kalau 2022 naik lagi, maka pedagang akan semakin pusing," ujar dia.
<!--more-->
Untuk itu, ia berharap pemerintah harus segera turun tangan mencari solusi untuk para pelaku UMKM, khususnya para pedagang kaki lima. Misalnya, dengan menjual minyak berharga murah khusus untuk pedagang.

"Kami berharap nanti curah bisa diizinkan tapi untuk pedagang kaki lima, tidak dijual langsung. Ini sudah sangat dibutuhkan untuk pengusaha warung bukan untuk dijual eceran," kata dia.

Dampak melonjaknya harga minyak goreng juga dialami para pengusaha Warung Tegal. Ketua Koordinator Komunitas Warung Tegal Nusantara (Korwantara) Mukroni mengatakan anggota komunitasnya banyak yang mengeluhkan melambungnya harga minyak goreng. Tak hanya harganya yang mahal, ia mengatakan minyak goreng curah langka di lapangan.

"Dalam kondisi sulit kok teganya pemerintah membiarkan harga minyak goreng merangkak naik, minyak goreng itu salah satu kebutuhan bahan pokok untuk warteg," ujar Mukroni.

Terhitung sudah hampir sebulan harga minyak goreng melambung. Selama periode itu, modal dagang para pengusaha warteg bisa merayap mencapai 10 persen.

Akibat kondisi tersebut, ia mendapat laporan anggotanya banyak yang mati suri alias belum mulai berdagang lagi. Untuk itu, Mukroni ingin pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan untuk bisa meredakan kenaikan harga. Mahalnya harga minyak goreng diharapkan tidak berlanjut sampai tahun depan.

Ia pun meminta pemerintah merealisasikan janji bantuan bagi para pedagang kaki lima sebesar Rp 1,2 juta. "Pemerintah harus turun tangan untuk meredakan harga minyak goreng dan kelangkaan. Karena saat ini bantuan permodalan tidak ada, BLT yang dijanjikan Rp 1,2 juta juga tidak jelas."
<!--more-->
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional atau PIHPS, harga rata-rata minyak goreng di pasar tradisional Indonesia per 25 November 2021 berkisar antara Rp 16.450 hingga Rp 24.150 per kilogram. Harga rata-rata terendah terdapat di Maluku Utara, sementara tertinggi di Gorontalo.

Sementara itu, apabila dilihat dari jenisnya, harga rata-rata minyak goreng curah di pasar tradisional di seluruh provinsi berada di kisaran Rp 17.600 per kilogram. Sementara itu harga minyak goreng kemasan bermerek 1 Rp 19.050 per kilogram dan minyak goreng kemasan bermerek 2 Rp 18.600 per kilogram.

Di Jakarta pun, harga minyak goreng terpantau dibanderol dengan harga tinggi. Di Pasar Slipi, Jakarta Barat, misalnya. Harga minyak goreng curah kini berkisar Rp 37 ribu-38 ribu per dua liter. Artinya masih sekitar Rp 19 ribuan per liter. Padahal, harga eceran tertinggi minyak goreng yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 11 ribu per liter.

Ihwal harga minyak goreng yang melambung di atas batas pemerintah, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menyebut HET itu disusun saat harga CPO di kisaran US$ 500-600 per metrik ton. Sementara, saat ini harga CPO berada di atas US$ 1.365 per metrik ton.

Karena itu, Oke menyebut perkara bahan baku menjadi pengerek harga minyak goreng saat ini. "Kenapa harga minyak goreng naik? Pertama, karena faktor bahan baku. Persoalan harga minyak goreng bukan hanya terjadi di Indonesia, ini gejolak global karena pasokan minyak nabati dunia menurun," ujar Oke dalam sebuah diskusi daring, Rabu, 24 November 2021.

Oke mengatakan melonjaknya harga minyak sawit mentah atau CPO disebabkan turunnya produksi di Malaysia sekitar 8 persen. Penurunan produksi juga diperkirakan terjadi di Indonesia. "Dari target 49 juta ton mungkin akan dihasilkan 47 juta ton," ujar dia.

Tak hanya minyak berbahan baku sawit, harga minyak kanola naik lantaran produksi di Kanada turun sekitar enam persen. Persoalan itu juga diperparah dengan adanya krisis energi di berbagai negara, misalnya Cina, India, dan Eropa.

Harga minyak nabati ini diperkirakan masih melambung hingga kuartal I 2022. Artinya, harga minyak goreng pun diperkirakan turut menyertai lonjakan harga tersebut.
<!--more-->
Penyebab kedua, ujar Oke, khusus untuk Indonesia, kebanyakan entitas produsen minyak goreng dan CPO berbeda. Artinya produsen minyak goreng tergantung pada harga CPO. Karena itu, ketika harga minyak sawit mentah melonjak, harga minyak goreng curah dan kemasan sederhana ikut meningkat tajam.

Oke mengatakan saat ini pemerintah berupaya untuk memprioritaskan ketersediaan stok dan pasokan bahan baku di dalam negeri agar tidak tersedot permintaan global. Ia memastikan pemerintah bakal menjaga ketersediaan pasokan CPO sebanyak 628 ribu ton per bulan.

"Sebanyak 628 ribu ton itu cukup untuk pasok kebutuhan 1,5 bulan. Kita coba jaga ketersediaan minyak goreng di dalam negeri kita di 1,5 bulan terus, jadi kita aman untuk ketersediaan minyak goreng," ujar dia.

Selain itu, kata Oke, produsen minyak goreng yang tergabung dalam Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) dan Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI) bekerja sama dengan pelaku usaha ritel modern mengalokasikan minyak goreng kemasan sederhana dengan harga Rp 14.000 menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Adapun volume alokasi minyak goreng murah itu mencapai 11 juta liter yang didistribusikan ke 45 ribu gerai retail modern secara nasional.

"Karena kesepakatan baru pekan lalu, prosesnya masih bertahap mulai tersedia dan kita sedang memonitor bahwa wilayah Jabodetabek sudah tersedia," ujar Oke. Ia mengatakan jumlah tersebut bisa saja bertambah dari perusahaan minyak goreng yang tidak tergabung dalam GIMNI atau pun AIMMI.

Kebijakan lainnya, adalah dengan melarang peredaran minyak goreng curah mulai 1 Januari 2022. Dengan demikian, minyak goreng yang beredar di Indonesia paling tidak adalah minyak goreng dengan kemasan sederhana. Menurut Oke, harga minyak goreng dalam kemasan relatif lebih terjaga ketimbang minyak goreng curah, lantaran bisa disimpan dalam jangka panjang.

"Kalau nantinya dengan minyak goreng harus dalam kemasan, harga akan lebih terkendali dan tidak harus selalu begitu ada kenaikan harga bahan baku langsung berdampak ke minyak goreng. Walau jangka panjangnya pasti berdampak, tapi tidak langsung," tutur Oke.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Ali Jamil mencatat stok minyak goreng yang dimiliki produsen anggota GIMNI per 18 November 2021 adalah sebesar 628.300 ton. Sementara itu, stok minyak goreng Perum BULOG sebesar 240,45 ton. Menurut Ali, pasokan ini bisa bertahan selama 1,49 bulan.

Kendati pasokan di pasar memadai, Ali berujar harga tetap naik karena harga bahan baku juga melonjak. "Selain itu, banyak produsen yang tidak terintegrasi dengan perkebunan sawit sehingga sangat mempengaruhi penentuan harga minyak goreng," ujar Ali.

Untuk menjaga pasokan tandan buah segar (TNS) sebagai bahan baku CPO, Kementan tengah mendorong peningkatan produktivitas sawit dengan
Peremajaan sawit rakyat (PSR) seluas 500 ribu hektare pada 2020-2022 di 21 provinsi, 106 kabupaten/kota sentra sawit. Selain itu, Kementan mendorong produsen benih menyediakan benih siap tanam di wilayah sentra peremajaan sawit, termasuk penambahan waralaba dan penangkar.

Untuk mengatasi harga minyak goreng yang tinggi, Ali berujar produsen yang memiliki lini industri kelapa sawit terintegrasi dari hulu sampai hilir didorong menyediakan CPO dengan harga khusus untuk diproduksi oleh industri minyak goreng dalam negeri menjadi minyak goreng kemasan sederhana. Hal itu sejalan dengan rencana implementasi kebijakan minyak goreng wajib kemasan yang akan diberlakukan tahun depan.

Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan penyaluran 11 juta liter minyak untuk kebutuhan November-Desember telah direncanakan sejak September lalu. Rinciannya, GIMNI dan AIMMI akan menyalurkan masing-masing 5,5 juta ton. Sebanyak 32 perusahaan yang tergabung dalam GIMNI, kata Sahat, sudah mulai mengedarkan minyaknya.

"Minyak ini sudah disebarkan melalui pasar modern di beberapa kota agar bisa dikontrol penyalurannya. Memang masih ada beberapa yang belum. Namun, kami sudah membuat surat kepada perusahaan agar penyalurannya bisa segera dilakukan," ujar Sahat.

Dia berujar kebutuhan minyak goreng di pasar adalah sebesar 2.151.000 ton pada 2020. Tahun ini, diperkirakan pasokan minyak goreng ada 2.214.000 ton atau sekitar 184,5 ribu ton per bulan. Angka tersebut setara dengan 212 ribu kiloliter per bulan.

"Kami sudah sudah komitmen agar pasar domestik terjamin pasokannya. Bila perlu, kami akan mengorbankan ekspornya. Namun, ketersediaan harga Rp 14.000 hanya tersedia di retail level menengah ke bawah," ujar Sahat.

Ke depannya, Sahat memperkirakan harga minyak sawit mentah masih akan merangkak naik. Harga komoditas yang saat ini di kisaran US$ 1.300 dolar per metrik ton itu diperkirakan akan melanjutkan kenaikan ke kisaran US$ 1.400 per metrik ton. Kenaikan harga produk sawit ini antara lain dipengaruhi gangguan pasokan minyak nabati akibat pembatasan mobilitas hingga gangguan cuaca.

CAESAR AKBAR | LARISSA HUDA

Baca juga: 11 Juta Liter Minyak Goreng Rp 14.000 Guyur Pasar Menjelang Natal dan Tahun Baru

Berita terkait

Ramai Kemenkop UKM Batasi Jam Operasional Warung Madura, Ini Respons Ikatan Pedagang Pasar

3 jam lalu

Ramai Kemenkop UKM Batasi Jam Operasional Warung Madura, Ini Respons Ikatan Pedagang Pasar

Ikappi menyatakan keuntungan dari warung madura itu akan berputar di daerah masing-masing dan mendorong upaya peningkatan ekonomi daerahnya.

Baca Selengkapnya

Pedagang Keluhkan Stok Gula Pasir di Pasar

2 hari lalu

Pedagang Keluhkan Stok Gula Pasir di Pasar

Stok gula pasir berkurang di pasar dan supermarket.

Baca Selengkapnya

Harga Tiket MotoGP Mandalika Didiskon 50 Persen Selama 26 April hingga 5 Mei 2024

2 hari lalu

Harga Tiket MotoGP Mandalika Didiskon 50 Persen Selama 26 April hingga 5 Mei 2024

Harga tiket ajang MotoGP di Sirkuit Pertamina Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, didiskon 50 persen selama periode early bird.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

2 hari lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Pameran Dekorasi Rumah Indonesia di Taiwan Raup Transaksi Rp 4,73 Miliar

2 hari lalu

Pameran Dekorasi Rumah Indonesia di Taiwan Raup Transaksi Rp 4,73 Miliar

Kementerian Perdagangan menggelar pameran dekorasi rumah Indonesia di Taiwan, total transaksi yang diperoleh Rp 4,73 miliar.

Baca Selengkapnya

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Lantik 6 Pejabat Eselon I dan II, Berpesan Waspadai Situasi Geopolitik Timur Tengah

2 hari lalu

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Lantik 6 Pejabat Eselon I dan II, Berpesan Waspadai Situasi Geopolitik Timur Tengah

Menteri Perdagangan melantik pejabat eselon I dan II. Dia berpesan agar siap menghadapi keadaan geopolitik Timur Tengah saat ini.

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

3 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Biaya Layanan Tokopedia, Shopee dan Lazada Naik sampai 6,5 Persen, UMKM Diminta Tak Naikkan Harga?

3 hari lalu

Biaya Layanan Tokopedia, Shopee dan Lazada Naik sampai 6,5 Persen, UMKM Diminta Tak Naikkan Harga?

Tokopedia, Shopee dan Lazada menaikkan biaya layanan hingga 6.5 persen untuk mitra penjual, pelaku UMKM diminta tidak naikkan harga.

Baca Selengkapnya

Kementerian PUPR Anggarkan Rp 200 Miliar untuk Revitalisasi Pasar Banyuwangi

4 hari lalu

Kementerian PUPR Anggarkan Rp 200 Miliar untuk Revitalisasi Pasar Banyuwangi

Kementerian PUPR mulai merevitalisasi Pasar Banyuwangi yang menjadi pusat perbelanjaan dan kawasan heritage pada pertengahan tahun 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

4 hari lalu

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sigit Sosiantomo mengatakan penetapan tarif tiket pesawat harus memperhatikan daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya