Upaya Pemungkas Selamatkan Bumi Lewat KTT COP26

Reporter

Tempo.co

Selasa, 2 November 2021 10:00 WIB

Demonstran melakukan aksi teatrikal saat berunjuk rasa untuk memprotes pertemuan KTT G20 di Roma, Italia, 30 Oktober 2021. Selain itu, mereka juga memprotes perubahan iklim. REUTERS/Yara Nardi

TEMPO.CO, Jakarta - Hari pertama konferensi iklim PBB KTT COP26 diwarnai dengan seruan agar negara kaya menepati janji bantuan keuangan mereka untuk mengatasi krisis iklim, sementara pencemar besar India dan Brasil membuat komitmen baru untuk mengurangi emisi.

Para pemimpin dunia, pakar lingkungan, dan aktivis semuanya memohon tindakan tegas untuk menghentikan pemanasan global yang mengancam masa depan planet ini pada awal pertemuan dua minggu COP26 di Glasgow, Skotlandia, Senin, Reuters melaporkan, 2 November 2021.

Tugas yang dihadapi para negosiator menjadi lebih berat dengan kegagalan G20 menyetujui komitmen baru untuk mengatasi perubahan iklim pada akhir pekan.

Kelompok G20 bertanggung jawab atas sekitar 80% gas rumah kaca global dan proporsi serupa karbon dioksida, gas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil yang merupakan penyebab utama kenaikan suhu global yang memicu meningkatnya intensitas gelombang panas, kekeringan, banjir dan badai.

"Hewan-hewan menghilang, sungai-sungai mati dan tanaman kami tidak berbunga seperti sebelumnya. Bumi berbicara. Dia memberi tahu kami bahwa kami tidak punya waktu lagi," kata Txai Surui, seorang pemimpin pemuda adat berusia 24 tahun dari hutan Amazon, mengatakan pada upacara pembukaan COP26 di Glasgow.

Advertising
Advertising

Setelah tertunda selama satu tahun karena pandemi Covid-19, COP26 mengejar target untuk membatasi pemanasan global pada 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.

Untuk melakukan itu, COP26 perlu mengamankan janji yang lebih ambisius untuk mengurangi emisi, mengunci miliaran dolar AS dalam pembiayaan iklim untuk negara-negara berkembang, dan menyelesaikan aturan untuk menerapkan Perjanjian Iklim Paris 2015 yang ditandatangani oleh hampir 200 negara.

Janji yang dibuat sejauh ini akan memungkinkan suhu permukaan rata-rata planet naik 2,7 derajat Celsius abad ini, yang menurut PBB akan menambah kerusakan yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Presiden Jokowi memberikan sambutan pada Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) di Glasgow, Skotlandia, Inggris, Senin, 1 November 2021. REUTERS/Yves Herman/Pool

Lebih dari 100 pemimpin global pada Senin malam berjanji untuk menghentikan dan membalikkan deforestasi dan degradasi lahan pada akhir dekade ini, didukung oleh dana publik dan swasta senilai US$19 miliar (Rp271 triliun) untuk diinvestasikan dalam melindungi dan memulihkan hutan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengingatkan para delegasi bahwa enam tahun terpanas dalam catatan telah terjadi sejak 2015.

Pembicara lain, termasuk aktivis dari negara-negara miskin yang paling terpukul oleh perubahan iklim, memiliki pesan yang menantang.

"Pemuda Pasifik telah berkumpul di belakang seruan 'Kami tidak tenggelam, kami berjuang'," kata Brianna Fruean dari negara bagian Pulau Polinesia Samoa, yang akan mengalami risiko kenaikan permukaan laut. "Ini adalah seruan prajurit kami kepada dunia."

Pada tahun 2009, negara-negara maju yang paling bertanggung jawab atas pemanasan global berjanji untuk menyediakan US$100 miliar (Rp1.425 triliun) per tahun pada 2020 untuk membantu negara-negara berkembang menghadapi konsekuensinya.

Komitmen tersebut masih belum terpenuhi, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan dan keengganan di antara beberapa negara berkembang untuk mempercepat pengurangan emisi mereka.

Pemimpin negara-negara berkembang seperti Kenya, Bangladesh, Barbados dan Malawi mendesak negara-negara kaya karena gagal memenuhi janji mereka.

"Uang yang dijanjikan kepada negara-negara kurang berkembang oleh negara-negara maju ... bukanlah sumbangan, tetapi biaya pembersihan," kata Presiden Malawi Lazarus McCarthy Chakwera.

"Baik Afrika pada umumnya, maupun Malawi pada khususnya, akan menerima jawaban 'tidak'. Tidak lagi."

Dalam pidato KTT COP26, Presiden Joko Widodo memaparkan komitmen Indonesia dalam perubahan iklim.

"Perubahan iklim adalah ancaman besar bagi kemakmuran dan pembangunan global. Solidaritas, kemitraan, kerjasama, kolaborasi global, merupakan kunci. Dengan potensi alam yang begitu besar, Indonesia terus bekontribusi dalam penanganan perubahan iklim. Laju deforestasi turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir. Kebakaran hutan juga turun 82 persen di tahun 2020," kata Presiden Jokowi dalam pidato 4 menit.

Indonesia, katanya, juga telah memulai rehabilitasi hutan mangrove seluas 600 ribu hektare di 2024, terluas di dunia. Indonesia juga telah merehabilitasi 3 juta lahan kritis antara tahun 2010 sampai 2019. Sektor yang semula menyumbang 60 persen emisi Indonesia akan mencapai carbon net sink, selambatnya tahun 2030.

Namun, Direktur Eksekutif Forest Watch Indonesia (FWI) Mufti Barri membantah klaim Presiden Joko Widodo ihwal penurunan deforestasi di Indonesia. Dia mengatakan deforestasi di Indonesia justru meningkat dari yang sebelumnya 1,1 juta hektare/tahun pada 2009-2013 menjadi 1,47 juta hektare/tahun pada 2013-2017.

Pada kesempatan ini, Presiden Jokowi juga mempertanyakan kontribusi negara maju untuk perubahan iklim, menekankan pendanaan iklim dari negara maju merupakan pengubah permainan dalam mengatasi pemanasan global.

Presiden Xi Jinping dari Cina, sejauh ini merupakan penghasil gas rumah kaca terbesar, mengatakan dalam sebuah pernyataan tertulis bahwa negara-negara maju seharusnya tidak hanya berbuat lebih banyak tetapi juga mendukung negara-negara berkembang untuk berbuat lebih baik.

Ketidakhadiran Xi Jinping, bersama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, salah satu dari tiga produsen minyak terbesar dunia bersama dengan Amerika Serikat dan Arab Saudi, dapat menghambat kemajuan.

Aktivis Greta Thunberg mengimbau jutaan pendukungnya untuk menandatangani surat terbuka yang menuduh para pemimpin berkhianat.

"Ini bukan latihan. Ini kode merah untuk Bumi," bunyinya.

"Jutaan orang akan menderita saat planet kita hancur- masa depan yang mengerikan yang akan diciptakan, atau dihindari, oleh keputusan yang Anda buat. Anda memiliki kekuatan untuk memutuskan," katanya.

Sementara itu, India dan Brasil, dua pencemar terbesar, keduanya menggunakan forum COP26 tersebut untuk memberikan janji pemotongan emisi baru.

"Kami akan bertindak secara bertanggung jawab dan mencari solusi nyata untuk transisi yang mendesak," kata Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang telah memimpin lebih dari dua tahun deforestasi.

Brasil mengatakan akan memangkas emisi gas rumah kaca sebesar 50% pada tahun 2030, dibandingkan dengan janji sebelumnya sebesar 43% pada periode itu.

Namun, pemotongan dihitung terhadap tingkat emisi pada tahun 2005, adalah patokan target yang direvisi dan dipangkas pada tahun lalu, sehingga lebih mudah untuk memenuhi target Brasil.

Perdana Menteri Narendra Modi menetapkan 2070 sebagai target bagi India untuk mencapai emisi karbon nol bersih, jauh lebih lambat dari yang ditetapkan oleh pencemar lain dan dua puluh tahun di luar rekomendasi global PBB.

Sementara itu G20 telah gagal berkomitmen pada target 2050 untuk menghentikan emisi karbon bersih, merusak salah satu tujuan utama COP26, pada pertemuan akhir pekan di Roma.

Perselisihan di antara beberapa penghasil emisi terbesar di dunia tentang bagaimana mengurangi batu bara, minyak dan gas akan membuat kemajuan sulit di Glasgow, seperti juga kegagalan negara maju untuk menepati janji.

Negara-negara maju mengonfirmasi minggu lalu bahwa mereka akan terlambat tiga tahun dalam memenuhi janji pendanaan iklim senilai US$100 miliar, yang menurut banyak negara berpenghasilan rendah dan aktivis tidak cukup.

Presiden AS Joe Biden mengatakan orang kaya harus berbuat lebih banyak, sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron juga meminta semua negara maju untuk memberikan bagian pendanaan yang adil.

Joe Biden mengumumkan pada September AS akan menggandakan pendanaan iklimnya menjadi US$11,4 miliar (Rp162 triliun) per tahun, tetapi beberapa pemikir dan aktivis iklim mengatakan ini masih jauh dari apa yang seharusnya menjadi kontribusinya.

Para pemimpin dunia mengakhiri hari pertama KTT COP26 pada resepsi yang diselenggarakan oleh Pangeran Charles dan anggota keluarga kerajaan Inggris lainnya.

Baca juga: Para Pemimpin G20 Belum Berkomitmen Konkret Batasi Pemanasan Global

TEMPO

Berita terkait

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

9 jam lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

22 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

2 hari lalu

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

Salah satu Rukun Tetangga (RT) di wilayah Jakarta Timur kini tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Baca Selengkapnya

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

3 hari lalu

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

PT Pertamina International Shipping mencatat data dekarbonisasi PIS turun signifikan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

7 hari lalu

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

KLHK memasukkan sektor kelautan ke dalam dokumen Second NDC Indonesia. Potensi mangrove dan padang lamun ditonjolkan.

Baca Selengkapnya

Sambut Hari Bumi, PGE Laporkan Pengurangan Emisi CO2

7 hari lalu

Sambut Hari Bumi, PGE Laporkan Pengurangan Emisi CO2

PGE berkomitmen dalam penghematan konsumsi energi dan pengendalian jumlah limbah.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

8 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

11 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

12 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

12 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya