Gertakan Erdogan dan Hubungan Turki- AS yang Terus Memanas

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Selasa, 26 Oktober 2021 19:20 WIB

Presiden Turki Tayyip Erdogan berpidato di depan anggota Partai AK yang berkuasa selama pertemuan di parlemen di Ankara, Turki, 23 Desember 2020. [Kantor Pers Kepresidenan / Selebaran melalui REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Tensi hubungan Turki dan negara-negara Barat sempat naik menyusul pernyataan bersama 10 duta besar berisi tuntutan agar filantropis Osman Kavala, yang ditahan 4 dengan tuduhan mendanai demo dan percobaan kudeta, dibebaskan. Alasannya, penahanan itu melanggar HAM.

Kemenlu Turki langsung memanggil dubes Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Kanada, Denmark, Belanda, Norwegia, Swedia, Finlandia, dan Selandia Baru, Selasa, 19 Oktober 2021, sehari setelah pernyataan bersama itu. Mereka dipandang telah mencampuri urusan dalam negeri Turki.

Presiden Turki, Tayyip Erdogan, melihat tindakan Kemenlu itu kurang tegas. Ia pun memerintahkan Kemenlu untuk mengusir 10 dubes itu, Jumat pekan lalu. Namun kemarahannya mereda setelah para dubes menyatakan mematuhi konvensi diplomatik tentang non-intervensi.

"Tujuan kami bukan untuk menciptakan krisis, itu adalah untuk melindungi hak, hukum, kehormatan, dan kedaulatan negara kami," kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi setelah memimpin rapat kabinet, Senin, 25 Oktober 2021.

"Dengan pernyataan baru yang dibuat oleh kedutaan yang sama hari ini, sebuah langkah mundur diambil dari fitnah terhadap negara dan bangsa kita ini. Saya percaya para duta besar ini ... akan lebih berhati-hati dalam pernyataan mereka mengenai hak kedaulatan Turki."

Advertising
Advertising

Jika pengusiran benar terjadi, dampaknya bisa sangat buruk terutama untuk Turki. Negara Barat tentu tak akan diam saja. Padahal baru sampai ancaman saja, pada Senin, 25 Oktober 2021, lira mencapai titik terendah baru sepanjang masa di awal perdagangan Asia.

Nilai tukarnya melemah 1,6% menjadi 9,75 per dolar AS dalam sebuah langkah yang dikaitkan oleh para bankir dengan komentar Erdogan. Lira Turki telah kehilangan hampir seperempat dari nilainya sepanjang tahun ini.

Kemal Kilicdaroglu, pemimpin oposisi utama CHP, mengatakan "Erdogan dengan cepat menyeret negara ke jurang".

"Alasan dari langkah-langkah ini bukan untuk melindungi kepentingan nasional tetapi untuk menciptakan alasan buatan atas kehancuran ekonomi," katanya di Twitter.

Negara Barat terlihat dingin menanggapi ancaman Erdogan yang akan mengusir dubes mereka itu. Ini bukan kali pertama Erdogan menantang Barat, khususnya Amerika Serikat. Ketika permintaannya untuk bisa memiliki jet tempur F-35 ditolak Gedung Putih, Erdogan belanja rudal S-400 dari Rusia yang nyata-nyata merupakan ancaman pesawat siluman AS itu.

Alasan Erdogan saat membeli rudal Rusia itu adalah sebagai anggota NATO, mereka tidak mendapat pasokan mesin pertahanan yang memadai. Kini ia menggoda AS lagi dengan menyatakan akan menambah S-400 lagi di tengah permintaannya untuk mendapatkan F-16.

Gaya Erdogan menaikkan posisi tawar juga digunakan dalam krisis diplomatik ini. Apalagi hubungan Washington dan Ankara tidak terlalu mulus dalam lima tahun terakhir, di antaranya karena ketidaksepakatan tentang kebijakan terhadap Suriah, hubungan yang lebih dekat antara Ankara dengan Moskow, ambisi angkatan laut Turki di Mediterania timur, tuduhan AS terhadap bank milik negara Turki, dan pandangan terhadap hak dan kebebasan di Turki.

AS tampaknya juga tidak mau kehilangan muka. Departemen Luar Negeri AS mengatakan pernyataan Senin di Twitter itu "untuk menggarisbawahi bahwa pernyataan yang kami keluarkan pada 18 Oktober konsisten dengan Pasal 41", meski mereka mengaku akan melanjutkan dialog dengan Turki.

"Kami teguh dalam komitmen kami untuk mempromosikan supremasi hukum, untuk mempromosikan penghormatan terhadap hak asasi manusia secara global," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price seperti dikutip Reuters.

Jadi hubungan Ankara dan Washington tampaknya akan terus “panas”.

Berita terkait

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

48 menit lalu

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

Rusia melonggarkan aturan permohonan WNA menjadi warga Rusia dengan membolehkan pemohon perempuan menggunakan jilbab atau kerudung di foto paspor

Baca Selengkapnya

Perayaan 75 Tahun Hubungan Diplomatik, Amerika dan Indonesia Bikin Acara Diplomats Go to Campus

1 jam lalu

Perayaan 75 Tahun Hubungan Diplomatik, Amerika dan Indonesia Bikin Acara Diplomats Go to Campus

Dalam rangka perayaan 75 tahun hubungan diplomatik AS-Indonesia diselenggarakan acara perdana "Diplomats Go to Campus" di Surabaya dan Malang

Baca Selengkapnya

Diperingati Setiap 30 April, Begini Sejarah Lahirnya Musik Jazz

3 jam lalu

Diperingati Setiap 30 April, Begini Sejarah Lahirnya Musik Jazz

Tanggal 30 April diperingati sebagai Hari Jazz Sedunia. Bagaimana kisah musik Jazz sebagai perlawanan?

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

7 jam lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

8 jam lalu

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Kongres AS dilaporkan memperingatkan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas surat perintah penangkapan bagi pejabat Israel

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

10 jam lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

AS Tetapkan 5 Unit Keamanan Israel Lakukan Pelanggaran HAM sebelum Perang Gaza

11 jam lalu

AS Tetapkan 5 Unit Keamanan Israel Lakukan Pelanggaran HAM sebelum Perang Gaza

Deplu Amerika Serikat telah menetapkan 5 unit keamanan Israel melakukan pelanggaran berat HAM sebelum pecah perang di Gaza

Baca Selengkapnya

Negara Bagian AS Bolehkan Guru Pegang Senjata Api, Bagaimana Aturan Soal Senpi di Indonesia?

12 jam lalu

Negara Bagian AS Bolehkan Guru Pegang Senjata Api, Bagaimana Aturan Soal Senpi di Indonesia?

Tingginya angka kepemilikan senjata api di AS sudah sampai di level yang mengkhawatirkan. Bagaimana kondisi di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Tennessee AS Bolehkan Guru Membawa Senjata Api ke Sekolah, Ini Aturannya

12 jam lalu

Tennessee AS Bolehkan Guru Membawa Senjata Api ke Sekolah, Ini Aturannya

Guru dan staf pengajar di Tennessee, Amerika Serikat dibolehkan bawa senjata api ke sekolah dan kampus. Begini aturannya.

Baca Selengkapnya

Ketua NATO Janjikan Aliran Senjata ke Ukraina akan Meningkat

22 jam lalu

Ketua NATO Janjikan Aliran Senjata ke Ukraina akan Meningkat

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menjanjikan aliran senjata dan amunisi yang meningkat kepada Ukraina.

Baca Selengkapnya