Pakta AUKUS Membuat Uni Eropa Meradang, Australia Diminta Jelaskan Tindakannya
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Selasa, 21 September 2021 20:32 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Lahirnya pakta pertahanan AUKUS antara Australia, Amerika Serikat dan Inggris membuat hubungan dengan Uni Eropa menegang. Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen, menuntut Australia menjelaskan pembentukan pakta AUKUS yang berujung pada batalnya pesanan kapal selam ke Prancis.
"Salah satu negara anggota kami telah diperlakukan dengan cara yang tidak dapat diterima, jadi kami perlu tahu apa yang terjadi dan mengapa," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam wawancara dengan CNN.
Pembelaan terhadap Prancis juga datang dari Jerman. Amerika Serikat disebut bakal kehilangan kepercayaan dari sekutu Uni Eropa karena perjanjian trilateral AUKUS merugikan Prancis.
Pekan lalu, Australia menyatakan akan membatalkan kesepakatan awal 2016 dengan Naval Group Prancis untuk membangun armada kapal selam konvensional. Sebaliknya Australia akan membangun delapan kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi AS dan Inggris setelah mencapai kemitraan keamanan trilateral AUKUS.
Prancis menyebut Amerika dan Australia menusuknya dari belakang. Nilai kontrak yang dibatalkan Australia dengan Prancis senilai US$ 40 miliar atau setara Rp 570 triliun.
Australia berdalih tawaran Amerika Serikat untuk mengakses teknologi nuklir AS membangun kapal selam bertenaga nuklir terlalu bagus untuk ditolak. Sedangkan kapal selam buatan Prancis menggunakan sistem konvensional bertenaga diesel-listrik.
<!--more-->
Australia akan menjadi negara kedua setelah Inggris pada 1958 yang diberikan teknologi semacam itu. Teknologi ini yang memungkinkan Australia membantu AS mencegah supremasi militer Cina di Asia-Pasifik.
Menteri Urusan Eropa Prancis Clement Beaune menggambarkan hubungan dengan Australia berada di titik tersulit. "Kami tidak bisa bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Kami perlu melihat semua opsi," katanya di Brussels.
Sebagai protes, Prancis telah menarik duta besarnya dari Amerika Serikat dan Australia pekan lalu. Cina juga mengecam aliansi keamanan Indo-Pasifik baru itu dan memperingatkan perlombaan senjata yang intensif di wilayah tersebut.
Australia sudah menyatakan kapal selam itu tidak membawa senjata nuklir. Sebaliknya, menurut Duta Besar Australia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Will Nankervis, pembangunan armada kapal selam bertenaga nuklir dengan memanfaatkan keahlian AS dan Inggris sangat penting untuk meningkatkan kemampuan angkatan lautnya.
“Walaupun akan bertenaga nuklir, kapal selam ini tidak akan membawa senjata nuklir. Australia tidak sedang dan tidak akan mencari senjata semacam itu. Kami juga tidak berusaha membangun kemampuan nuklir sipil,” kata Nankervis dalam pernyataan tertulisnya, Selasa.
Meski tidak membawa senjata nuklir, kehadiran kapal selam itu ditentang oleh banyak pihak. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan kepada PM Australia Scott Morrison, bahwa kapal-kapal itu tidak akan diterima di perairan negaranya. Kawasan perairan Selandia Baru telah menjadi zona bebas nuklir sejak 1984.
Baca: Prancis Ditikung Pakta AUKUS, Emmanuel Macron Telepon Modi Bahas Indo-Pasifik
CNN | GUARDIAN | REUTERS