Satgas Madago Raya Akhiri Perlawanan Pimpinan MIT Ali Kalora
Reporter
Andita Rahma
Editor
Aditya Budiman
Minggu, 19 September 2021 14:12 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Satuan Tugas Madago Raya mengakhiri perlawanan pimpinan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Ali Kalora. Jumat, 18 September 2021 menjadi hari terakhir Ali bersama satu anggota MIT lainnya, Jaka Ramadhan.
Satgas Madago Raya yang mengetahui keberadaan kelompok teror Poso ini melakukan pengepungan di Desa Astina, Kecamatan Torue, Kabupaten Parimo, Sulawesi Tengah. Baku tembak pun tak bisa dihindari. Ali Kalora dan Jaka tak berkutik dan tewas dalam peristiwa tersebut.
Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Inspektur Jenderal Rudi Sufahriadi menceritakan petugas bergegas menuju lokasi setelah menerima informasi keberadaan Ali Kalora dan Jaka Ramadhan dari tim intelijen. Rupanya, Ali dan Jaka sudah terpisah dari empat anggota MIT lainnya selama beberapa bulan.
"Kedua DPO yang tewas adalah pimpinan MIT yaitu Ali Kalora beserta pengawalnya asal Banten, Jaka Ramadhan. Mereka berdua dikepung," ujar Rudi melalui konferensi pers daring pada Ahad, 19 September 2021. Jenazah Ali dan Jaka kini tengah berada di Rumah Sakit Bhayangkara Polri untuk diidentifikasi.
Dari baku tembak tersebut, polisi menyita 46 barang bukti, di antaranya satu pucuk senjata jenis M16 dan sembilan butir peluru tajam. Ada juga dua jenis bom, yakni bom sumbu dan bom tarik. Rudi mengatakan salah satu bom sempat meledak ketika kontak tembak terjadi. Namun, tak ada korban jiwa dari anggota kepolisian.
"Meledak di Jaka Ramadhan. Ada bekas bomnya meledak. Entah dia ingin melempar atau ingin bunuh diri," ucap Rudi.
Tewasnya Ali Kalora diperkirakan akan mempersempit ruang gerak kelompok Mujahidin Indonesia Timur. Apalagi, Rudi memastikan jika tak akan ada pengganti Ali Kalora. "Tidak ada penggantinya," kata dia.
Selain itu, Rusdi memastikan Satgas Madago Raya akan terus memburu empat anggota Mujahidin Indonesia Timur lainnya. Mereka adalah Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Mukhlas, Suhardin alias Hasan Pranata, Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang. "Kami akan cari yang empat sampai dapat," kata Rudi.
<!--more-->
Jejak Ali Kalora dalam sejumlah aksi teror sudah tercatat cukup lama. Menukil dari laporan Majalah Tempo Juli 2016, nama dia kerap diwaspadai sebagai calon pentolan MIT. Kepala Kepolisian RI (Kapolri) saat itu, Jenderal Tito Karnavian, mengatakan Ali memimpin 15 pengikut Santoso dan masih berkeliaran di Gunung Biru, Poso.
Ia berhasil lepas dari penangkapan karena memisahkan diri dari rombongan Santoso dan Basri. Karena menjadi orang kepercayaan Santoso, Ali diizinkan membawa istrinya, Tini Susanti Kaduka alias Umi Farel, bergerilya. "Kalau dibiarkan akan berkembang," ujar Tito dalam laporan Majalah Tempo tersebut.
Ali adalah penerus MIT setelah Basri alias Bagong, ditangkap oleh tim Operasi Tinombala pada September 2016. Basri adalah penerus Santoso, yang dianggap punya keahlian yang sama dengan Santoso dalam perang gerilya karena pernah sama-sama dilatih Daeng Koro.
Meski begitu, Tito saat itu mengatakan Ali masih ada satu kelas di bawah Basri. Namun, mantan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan bahwa Ali adalah pengikut loyal Basri.
Ali Kalora Dia juga ikut perang kota bersama polisi pada 2007 dan salah satu nama yang masuk daftar 29 orang yang saat itu dicari polisi bersama Basri. "Sejak 2005, dia anak buah Basri," ujar Badrodin juga dalam laporan Majalah Tempo Juli 2016.
Baca juga: Ali Kalora Tewas, Kapolda Sulteng Sebut Tak Ada Pengganti Pemimpin MIT
ANDITA RAHMA