Presiden AS Joe Biden menyampaikan sambutan kepada personel Angkatan Udara AS dan keluarga mereka yang ditempatkan di RAF Mildenhall, menjelang KTT G7, dekat Mildenhall, Inggris, 9 Juni 2021. [REUTERS/Kevin Lamarque]
Kerumunan orang menunggu giliran evakuasi di luar bandara Kabul, Afghanistan, 25 Agustus 2021. Dalam 12 hari terakhir, negara-negara Barat telah mengevakuasi hampir 100.000 orang dari bandara ini. Twitter/DAVID_MARTINON melalui REUTERS/File Foto
Amerika tercatat berhasil mengevakuasi 112 ribu orang dari Afghanistan sejak 14 Agustus. Namun, catatan evakuasi itu diperburuk serangan bom bunuh diri dari kelompok teroris ISIS-K. Kelompok afiliasi ISIS di Afghanistan itu meledakkan bom di tengah proses evakuasi. Sebanyak 170 orang lebih tewas dalam peristiwa itu dengan 13 di antaranya adalah tentara Amerika.
Joe Biden sudah merespon teror itu dengan melancarkan dua serangan balasan. Serangan pertama berhasil membunuh perencana dan fasiliator bom bandara Kabul. Sementara itu, serangan kedua memakan korban sipil. Sebanyak 10 warga Afghanistan yang tidak bersalah tewas dalam serangan tersebut.
Pencapaian-pencapain buruk itu tak ayal menodai catatan bagus Biden yang ia bangun sejak Pilpres Amerika tahun lalu. Survei-survei memberinya nilai merah. Sebagai contoh, survei Reuters pada 27-30 Agustus mendapati 51 persen responden tidak setuju dengan cara Biden menarik pasukan dari Afghanistan.
Di Kongres Amerika, kubu oposisi beramai-ramai mencoba membangun narasi bahwa Joe Biden kelimpungan dan salah perhitungan soal situasi di Afghanistan. Walau kebijakan penarikan pasukan ditetapkan di masa Donald Trump, Joe Biden dianggap ikut bertanggung jawab karena ia yang mengeksekusi.