Bila PPKM Tak Diperpanjang, Indonesia Harus Bagaimana?

Reporter

Egi Adyatama

Editor

Amirullah

Minggu, 1 Agustus 2021 18:44 WIB

Suasana pusat perbelanjaan yang sepi pengunjung saat diberlakukannya PPKM level 4 di Jakarta, Senin, 26 Juli 2021. Sejak diberlakukannya PPKM Darurat dan level 4 pada 3 Juli 2021, seluruh pusat perbelanjaan di Jawa-Bali ditutup hingga 2 Agustus 2021 mendatang. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 akan berakhir pada 2 Agustus 2021 besok. Hingga saat ini, pemerintah masih belum memastikan apakah regulasi penanggulangan penyebaran Covid-19 itu akan diperpanjang atau tidak.

PPKM Level 4 merupakan kelanjutan dari PPKM Darurat yang sebelumnya telah berjalan 3 pekan sejak 3 Juli 2021. Niatnya, aturan ini menekan tingkat mobilitas masyarakat, agar risiko paparan tidak lagi bertambah besar.

Namun, hingga dua kali perpanjangan, nyatanya sejumlah indikator penanganan pandemi Covid-19 tidak secara signifikan membaik. Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi, justru menyebut dalam sepekan terakhir angka mobilitas kembali meningkat, setelah sebelumnya mulai turun.

"Penegakan aturan PPKM level 3 dan 4 tetap harus dilakukan secara tegas. Bagi yang melanggar dikenakan sanksi," kata Jodi saat dihubungi Tempo, Sabtu, 31 Juli 2021.

Jodi mengatakan pemerintah terus menggencarkan penyaluran bantuan sosial untuk membantu masyarakat miskin, pekerja harian, dan PKL yang terkena dampak dari PPKM. Diharapkan, hal ini dapat menahan mereka lebih banyak beraktivitas.

Advertising
Advertising

Pemerintah Daerah juga telah diinstruksikan agar segera me-refocusing anggaran penanganan Covid-19, dengan memfokuskan pada pemberian bansos kepada masyarakat dan peningkatan kapasitas kesehatan untuk penanganan Covid-19.

Meski begitu, Jodi juga tak bisa memastikan dengan kondisi begini, apakah PPKM Level 4 akan kembali diperpanjang. Keputusan ini, kata dia, akan tergantung pada sejumlah indikator, yakni laju penularan (kasus konfirmasi, perawatan di RS, kematian); indikator respon kesehatan (testing - positivity rate, tracing - kontak erat pada kasus konfirmasi, dan treatment - BOR); dan kondisi sosio-ekonomi masyarakat.

"Tergantung kondisi masing-masing daerah. Pemerintah kan hanya mengacu pada standar WHO," kata Jodi.

Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman menilai penerapan PPKM Darurat sejak 3 Juli lalu memang belum efektif mengendalikan pandemi. Pasalnya, sejumlah indikator utama seperti positivity rate hingga angka kematian, masih terhitung tinggi.

Dicky mendasarkan argumennya dari data yang dirilis oleh Our World in Data hingga 30 Juli 2021. Dari data itu, tercatat bahwa kasus terkonfirmasi per 1 juta dari 3 Juli, Indonesia ada di angka 85,07 per 1 juta, dan pada 30 Juli 151,4 per 1 juta.

Untuk angka kematian per 1 juta, per 3 Juli tercatat sebesar 1,72 per 1 juta. Sedangkan pada 30 Juli itu 6,12 per 1 juta. Untuk case fatality rate juga meningkat dari 3,44 persen pada 3 Juli menjadi 3,5 persen pada 30 Juli.

Tes yang dilakukan untuk menemukan 1 kasus terkonfirmasi juga mengalami sedikit penurunan dari 3 Juli itu 4,1 tes untuk 1 kasus terkonfirmasi, menjadi 3,8 per 1 kasus di 30 Juli. Sedangkan untuk positivity rate, tercatat dari 24,1 pada 3 Juli, meningkat menjadi 26,5 persen pada 30 Juli.

"Semua masih jauh di atas 5 persen. Yang artinya pandemi belum terkendali dengan baik," kata Dicky saat dihubungi, Sabtu, 31 Juli 2021.

Meski begitu, Dicky mengatakan tak semua merupakan kabar buruk. Angka vaksinasi meningkat cukup signifikan hingga 2 persen. Selain itu, tingkat keterisian rumah sakit juga menurun.

"Harus dipahami memang situasinya sudah berat dan kompleks. Sehingga wajar kalau belum bisa (signifikan). Padahal PPKM Darurat sudah jauh diperkuat, tapi masalahnya sudah jauh lebih besar juga," kata Dicky.

Karena itu, menjelang masa akhir PPKM pada 2 Agustus mendatang, masih banyak yang harus dibenahi pemerintah dalam mengendalikan pandemi ini. Masyarakat, ujar Dicky, harus lebih disiplin dalam menjalankan protokol kesehatannya.

"Untuk itu kalau menurut saya keputusan diteruskan tidaknya diputuskan pada kesiapan dari sisi pemerintah dan masyarakat," kata Dicky.

Senada dengan Dicky, Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono mengatakan bahwa saat ini, yang jadi kunci pengendalian pandemi ini ada di disiplin protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), serta penguatan 3T (testing, tracing, dan treatment) oleh pemerintah.

Dalam mengubah perilaku masyarakat untuk lebih disiplin, Pandu mengatakan pemerintah harus lebih serius dalam mensosialisasikan 3M. Ia mempertanyakan pola sosialisasi pemerintah selama ini, yang ia nilai belum efektif.

"Harus ada pesan yang disampaikan. Terjadi perubahan perilaku 3M, itu baru berdampak. Kalau cuma konferensi pers, yang tahu cuma yang baca dan nonton media," kata Pandu.

Pandu juga melihat penerapan 3T oleh pemerintah masih sangat lemah, terutama pelacakan (tracing). Dari satu orang konfirmasi positif, Indonesia hanya dapat melacak kurang dari 5 orang suspek. Padahal target dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saja, mencapai 20-30 orang suspect dari 1 orang konfirmasi positif.

"Padahal kalau kita bisa menemukan orang yang suspek, itu artinya orang itu harus diisolasi. Dengan adanya isolasi itu, maka kita melakukan PPKM terbatas, hanya lokal pada orang yang dianggap suspek. Kalau sekarang kan nasional, semua harus tinggal di rumah," kata Pandu.

Dengan adanya perubahan perilaku di masyarakat yang lebih menerapkan 3M dan penguatan 3T, Pandu mengatakan diperpanjang atau tidaknya PPKM Level 4 tidak akan jadi masalah. Ditambah dengan vaksinasi yang terus menerus, maka ia meyakini hal itu akan dapat membuat pandemi di Indonesia lebih bisa dikendalikan.

"Dia akan menggantikan pengetatan. Pengetatan sudah dilonggarkan, masyarakat sudah bisa beraktivitas, tetapi penularan akan ditekan dengan 3M, 3T, dan vaksinasi," kata Pandu.

Berita terkait

Dharma Pongrekun Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Pernah Disorot Soal Covid-19 sebagai Rekayasa

9 jam lalu

Dharma Pongrekun Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Pernah Disorot Soal Covid-19 sebagai Rekayasa

Pernyataan Dharma Pongrekun pernah kontroversi saat pandemi Covid-19 karena menurutnya hasil konspirasi dan rekayasa. Kini, ia maju Pilkada DKI.

Baca Selengkapnya

Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

1 hari lalu

Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

Doomscrolling mengacu pada kebiasaan terus-menerus menelusuri berita buruk atau negatif di media sosial atau internet, sering untuk waktu yang lama.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Belum Bahas Kelanjutan Program Bansos Beras 10 Kg, Airlangga: Harga Beras Mulai Turun

4 hari lalu

Pemerintah Belum Bahas Kelanjutan Program Bansos Beras 10 Kg, Airlangga: Harga Beras Mulai Turun

Jokowi memberi sinyal bahwa bansos beras akan dilanjutkan hingga akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Alasan Sosiolog Unair Sebut Penarikan Vaksin AstraZeneca Bisa Memicu Kecemasan Publik

4 hari lalu

Alasan Sosiolog Unair Sebut Penarikan Vaksin AstraZeneca Bisa Memicu Kecemasan Publik

Peneliti Unair menilai penarikan vaksin AstraZeneca dari pasar akan memicu pro dan kontra. Masyarakat bisa ragu terhadap program vaksinasi nasional.

Baca Selengkapnya

Pos Indonesia Bagikan Bansos Sembako dan PKH Tahap 2 di Bali

5 hari lalu

Pos Indonesia Bagikan Bansos Sembako dan PKH Tahap 2 di Bali

Sebanyak 44.400 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dijadwalkan menerima bansos sembako dan PKH di Bali.

Baca Selengkapnya

Bahas Tugas KPK di Depan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, Nawawi Pomolango Singgung Program Makan Siang Gratis

5 hari lalu

Bahas Tugas KPK di Depan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, Nawawi Pomolango Singgung Program Makan Siang Gratis

Pimpinan KPK Nawawi Pomolango menyinggung program makan siang gratis yang digadang-gadang presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Baca Selengkapnya

Hari Ketiga di Sultra, Jokowi akan Resmikan Bendungan hingga Bagikan Bansos

5 hari lalu

Hari Ketiga di Sultra, Jokowi akan Resmikan Bendungan hingga Bagikan Bansos

Ini agenda kunjungan kerja hari terakhir Jokowi di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Baca Selengkapnya

Mensos Risma Sebut Pengusulan Data Penerima Bansos Kini Harus Melalui Musyawarah Desa

10 hari lalu

Mensos Risma Sebut Pengusulan Data Penerima Bansos Kini Harus Melalui Musyawarah Desa

Risma mengaku usulan mekanisme bansos ini usai mendengar kabar pengusulan bantuan sosial diputuskan oleh satu orang

Baca Selengkapnya

Penyebab Meningitis pada Anak Sering Sulit Didiagnosis

11 hari lalu

Penyebab Meningitis pada Anak Sering Sulit Didiagnosis

Meningitis sering sulit didiagnosis dan bisa berkembang sangat pesat. Kalau anak-anak tidak tertolong dalam waktu 24 jam bisa meninggal

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pakar Sebut Perlunya Kajian Kejadian TTS Akibat Vaksinasi

11 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pakar Sebut Perlunya Kajian Kejadian TTS Akibat Vaksinasi

Pakar menyarankan agar vaksinasi tetap dijalankan namun dengan menggunakan jenis lain jika masyarakat ragu pada vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya