Megap-megap Krisis Oksigen

Senin, 5 Juli 2021 17:16 WIB

Petugas memindahkan tabung oksigen ke atas truk di tempat pengisian oksigen Aneka Gas Industri, Cakung, Jakarta Timur, Rabu, 30 Juni 2021. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Krisis oksigen menghantui fasilitas kesehatan yang merawat pasien Covid-19. Semakin banyak daerah yang melaporkan rumah sakit di wilayahnya kekurangan oksigen.

Ketua Pelaksana Harian Tim Mitigasi Dokter Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Mahesa Paranadipa Maikel, mengatakan hal ini sebenarnya terjadi bukan hanya dalam beberapa pekan belakangan. Di Kudus, Jawa Tengah, krisis oksigen sudah dilaporkan sejak sebulan lalu, saat lonjakan kasus Covid-19 terjadi di sana.

"Jabodetabek sudah hampir 2 minggu ini mengalami krisis. Daerah lain seperti Bandung sudah melaporkan kondisi krisis oksigen," ujar Mahesa saat dihubungi, Senin, 5 Juli 2021.

Mahesa mengatakan kondisi saat ini jauh lebih buruk dibanding puncak kasus pada gelombang pertama, di bulan Desember 2020 hingga Januari 2021. Saat ini hampir 90 pasien Covid-19 di ruang isolasi butuh oksigen. Kebutuhan pasokan oksigen pun meningkat 2-3 kali lipat.

Hal ini pun didukung oleh data Ditjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian. Mereka menyebut kebutuhan oksigen medis saat ini menjadi 800 ton per hari atau naik 69,3 persen dibandingkan kondisi normal.

Advertising
Advertising

Sejumlah langkah pun mulai diambil pemerintah. Dalam pengumuman penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada 1 Juli 2021 lalu, pemerintah menyatakan konversi alokasi produksi oksigen nasional akan dialihkan agar 90 persen di antaranya dikhususkan bagi medis.

Dari data Kementerian Kesehatan, kapasitas produksi oksigen nasional seluruhnya mencapai 866 ribu ton/tahun. Namun dengan kondisi saat ini, utilitas pabrik hanya mencapai 75 persen. Sehingga yang riil diproduksi diproduksi setiap tahun adalah 640 ribu ton.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam rapat bersama Komisi 9 hari ini, mengatakan bahwa dari 640 ribu ton/tahun itu, 75 persen atau 548 ribu ton/tahun, dipakai untuk oksigen industri. Mulai dari industri baja, nikel, hingga smelter. Alokasi untuk medis, hanya 25 persen 181 ribu ton/tahun.

Meski begitu, Budi mengatakan telah berkoordinasi dengan Menteri Perindustrian untuk memastikan bahwa pemerintah akan segera mengubah alokasinya menjadi 90 persen untuk medis.

"Kita sudah koordinasi dengan Menperin agar konversi oksigen dari industri ke medis diberikan sampai 90 persen. Sekitar 575 ribu ton/tahun produksi oksigen dalam negeri akan dialokasikan ke medis," kata Budi.

Selain pasokan yang kurang, Budi juga mengakui bahwa distribusi masih menjadi masalah utama penyebab krisis oksigen. Normalnya, Budi mengatakan oksigen liquid dikirimkan via truk untuk kemudian dimasukkan ke tangki besar liquid dan kemudian didistribusikan ke jaringan oksigen.

Namun dengan banyaknya kamar darurat, kebanyakan rumah sakit lebih membutuhkan oksigen dalam tabung yang lebih mudah dipindahkan.

"Formatnya rumah sakit banyak menggunakan tabung, karena tambahan kamar-kamar darurat, sehingga tidak menggunakan oksigen yang sifatnya likuid, sehingga kita melihat ada sedikit isu distribusi," kata Budi.

Langkah lanjutan pun diambil dengan meminta Menteri Perindustrian untuk mengimpor tabung oksigen. Budi mengatakan ada dua jenis tabung yang akan didatangkan. "Impor tabung yang 6 meter kubik dan 1 meter kubik untuk memenuhi ruang-ruang darurat tambahan yang ada di rumah sakit," kata Budi.

Ketua Tim Mitigasi IDI Mohammad Adib Khumaidi mengatakan, selain urusan pasokan dan distribusi, masih ada urusan perencanaan di tingkat rumah sakit yang harus diselesaikan. Sejauh ini, Adib melihat masih banyak rumah sakit yang terkesan gagap mengantisipasi lonjakan pasien.

Adib mengatakan kebanyakan rumah sakit cenderung baru mencari pasokan baru oksigen sesaat sebelum oksigen habis. Padahal, dengan jumlah pasien yang tinggi, jadwal rutin rumah sakit untuk mengisi ulang oksigen dari lima hari sekali bisa meningkat menjadi dua hari sekali.

"Mereka harus bisa menghitung berapa kapasitas kebutuhan, dengan kondisi sekarang, dan isinya kapan. Agar terinfokan ke pihak supplier," kata Adib.

Di tengah lonjakan kasus saat ini, kebutuhan pasien terpapar Covid-19 akan oksigen sangat krusial. Apalagi saat ini, rumah sakit hanya diisi oleh pasien dengan gejala sedang hingga berat, yang sudah hampir pasti membutuhkan bantuan pernapasan. Jika kondisi ini terus dibiarkan, Adib khawatir hal ini akan sangat banyak rumah sakit yang hanya bisa menunggu pasokan oksigen datang.

Baca juga: Kemenkes Akui Ada Masalah Distribusi Pasokan Oksigen

Berita terkait

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

14 jam lalu

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

Jokowi menyebut pemerintah baru mampu mencetak 2.700 dokter spesialis per tahun. Sementara pemerintah membutuhkan 29 ribu dokter spesialis.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

19 jam lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

20 jam lalu

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Presiden Jokowi menyoroti pentingnya infrastruktur kesehatan negara dalam jangka panjang.

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

2 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

3 hari lalu

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

Seorang dokter bedah Palestina terkemuka dari Rumah Sakit al-Shifa di Gaza meninggal di penjara Israel setelah lebih dari empat bulan ditahan.

Baca Selengkapnya

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

3 hari lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

5 Hal yang Perlu Dipersiapkan untuk Pelihara Ikan di Akuarium Air Asin

6 hari lalu

5 Hal yang Perlu Dipersiapkan untuk Pelihara Ikan di Akuarium Air Asin

Akuarium air asin memerlukan salinitas, derajat keasaman, hingga perawatan tertentu agar zat kimia seperti amonia, nitrit, dan nitrat tidak masuk ke dalam airnya.

Baca Selengkapnya

Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

9 hari lalu

Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

Ada sejumlah persoalan yang membuat banyak warga Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

10 hari lalu

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

Jokowi sebelumnya kembali menyinggung banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri dalam rapat kerja Kemenkes.

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

10 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya