Upaya Pemerintah Cari Obat Mujarab Atasi Covid-19 di Tengah Kasus yang Meroket

Minggu, 27 Juni 2021 15:07 WIB

Anggota TNI memberikan informasi menggunakan pengeras suara saat vaksinasi COVID-19 dalam program "Serbuan Vaksinasi" di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu, 26 Juni 2021. Pemprov DKI Jakarta bekerjasama dengan TNI menggelar vaksinasi massal bagi masyarakat umum yang ber-KTP DKI Jakarta guna mendukung pemerintah pusat merealisasikan 2 juta vaksinasi di bulan Agustus untuk mencapai "herd immunity". TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Kenaikan kasus harian Covid-19 terus mencetak rekor baru hingga mencapai 21.095 per Sabtu, 25 Juni 2021. Angka ini tertinggi sejak Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengumumkan kasus infeksi pertama virus corona pada 2 Maret 2020.

Jokowi mengatakan pemerintah telah memutuskan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro masih menjadi kebijakan yang paling tepat untuk menghentikan laju penularan Covid-19. Opsi ini, kata Jokowi, diambil pemerintah setelah memperhitungkan kondisi sosial, ekonomi, politik Indonesia dan juga berkaca pengalaman negara lain.

"Kenapa pemerintah memutuskan PPKM Mikro? Karena pemerintah melihat kebijakan PPKM Mikro masih menjadi kebijakan yang paling tepat untuk konteks saat ini, untuk mengendalikan Covid-19, karena bisa berjalan tanpa mematikan ekonomi rakyat," ujar Jokowi seperti disiarkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Rabu, 23 Juni 2021.

Jokowi mengakui, memang banyak masukan untuk mengambil kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kembali hingga lockdown. Ia menghargai berbagai masukan tersebut, tapi Jokowi meyakini kasus Covid-19 bisa dikendalikan dengan PPKM Mikro jika implementasinya berjalan dengan baik di lapangan.

"PPKM Mikro dan lockdown itu memiliki esensi yang sama yaitu membatasi kegiatan masyarakat. Untuk itu, tidak perlu dipertentangkan," ujar Jokowi.

Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menyatakan setuju dengan Jokowi, apapun nama kebijakan pemerintah, esensinya harus memperketat pembatasan mobilitas masyarakat.

"Beliau sekarang sudah sadar, apapun namanya tidak penting, yang penting esensinya pembatasan. Bahkan ada yang mengusulkan lockdown, sudah dipersilakan, tapi enggak ada yang berani juga karena enggak punya uang. Jadi, (opsi) yang kita punya saat ini hanya pembatasan. Ini langkah paling realistis," ujar Pandu, Ahad, 27 Juni 2021.

Menurut Pandu, opsi lockdown tidak memungkinkan bagi negara sebesar Indonesia. Lagipula, kata dia, penyebaran Covid-19 tidak merata di seluruh Indonesia. Melainkan terpusat di sejumlah daerah, terutama Pulau Jawa. "Jadi yang dibatasi ketat ya di daerah itu. Dan terpenting, perlu konsistensi dalam implementasinya," ujar dia.

Pandu Riono juga menyarankan Presiden Jokowi memimpin langsung pengendalian pandemi Covid-19, bukan lagi harus melalui Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) yang dipimpin Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

Jokowi juga diminta meninggalkan konsep gas dan rem yang selama ini kerap menjadi jargonnya. Konsep itu, kata Pandu, bisa menimbulkan persepsi yang berbeda-beda dalam implementasinya.

"Apalagi di KPC-PEN ada Satgas ekonomi dan Satgas Penanganan Covid-19. Seakan-akan yang satu gas dan satu rem. Nah, bosnya tukang nge-gas, karena Menko Perekonomian. Makanya pengendalian pandemi berombak terus," ujarnya.

Ia mengatakan jika presiden memimpin langsung penanganan pandemi, maka akan satu komando. "Jangan terus dipertentangkan, pengendalian pandemi itu ya berarti pemulihan ekonomi," kata dia.

Selain itu, kata Pandu, vaksinasi harus digencarkan di daerah dengan kasus tinggi untuk mengurangi laju penularan dan keparahan risiko. Saat ini, pemerintah menargetkan vaksinasi 1 juta per hari pada Juli dan vaksinasi 2 juta per hari pada Agustus. Pemerintah melibatkan TNI dan Polri untuk mempercepat laju vaksinasi.

Berbeda dengan Pandu, Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman menilai, lockdown adalah opsi paling ideal. Sebab, kata dia, pelaksanaan PPKM Mikro selama ini tidak konsisten dan monitoringnya lemah. Sementara itu, ia memprediksi kasus Covid-19 akan terus naik.

"Kita akan menghadapi situasi buruk kalau strategi kita tidak berubah. Masa kritis kita sampai akhir Juli paling tidak. Namun dengan banyaknya kasus kematian, ini yang harus direspon serius. Kalau memungkinkan, lockdown memang opsi paling ideal," tuturnya.

Terlebih, ujar Dicky, adanya varian delta yang diprediksi akan memicu ledakan kasus di Indonesia. Vaksinasi juga dinilai tidak akan mampu berpacu dengan laju penularan kasus.

Data Satgas Covid-19 per 26 Juni, total kasus Covid-19 di Indonesia telah mencapai 2.093.962 kasus dengan kasus aktif sebanyak 194.776. Sementara total kasus meninggal di Indonesia mencapai 56.729 kasus. Secara persentase, positivity rate di Indonesia sudah mencapai 16,14 persen dan Case Fatality Rate 2,71 persen. Sementara itu, per 20 Juni, sebanyak 160 kasus Varian Delta telah ditemukan di 9 provinsi.

"Kalau sudah meledak begini, enggak bisa vaksinasi Covid-19 cuma 1 juta, 2 juta betul, tapi kan berat itu di tengah lonjakan kasus. Tenaga Kesehatan kita juga terbatas, itulah pentingnya antisipasi cepat sebelum situasi semakin kritis. Karena waktu itu kaitannya dengan nyawa," ujar dia.

Baca juga: Agustus, Jokowi Targetkan Jumlah Vaksinasi 2 Kali Lipat

Berita terkait

Presidential Club Bentukan Prabowo Bisa Buka Peluang Jokowi Cawe-cawe di Pemerintahan Mendatang?

2 jam lalu

Presidential Club Bentukan Prabowo Bisa Buka Peluang Jokowi Cawe-cawe di Pemerintahan Mendatang?

Adapun rencana membentuk Presidential Club diungkap oleh juru bicara Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak.

Baca Selengkapnya

Respons DPR atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

2 jam lalu

Respons DPR atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

Anggota DPR Saleh Partaonan Daulay menilai perlu usaha dan kesungguhan dari Prabowo untuk menciptakan presidential club.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Pemilik Sepatu Bata hingga Jokowi Minta Timbal Balik Ekonomi

2 jam lalu

Terkini Bisnis: Pemilik Sepatu Bata hingga Jokowi Minta Timbal Balik Ekonomi

Siapa pemilik merek sepatu Bata yang pabriknya tutup di Purwakarta?

Baca Selengkapnya

Habiburokhman Sebut Ide Prabowo Bikin Presidential Club Sudah Sejak 2014

3 jam lalu

Habiburokhman Sebut Ide Prabowo Bikin Presidential Club Sudah Sejak 2014

Prabowo disebut memiliki keinginan untuk secara rutin bertemu dengan para presiden sebelum dia.

Baca Selengkapnya

Jokowi Beri Dua Catatan di Rapat Evaluasi Mudik Lebaran 2024

3 jam lalu

Jokowi Beri Dua Catatan di Rapat Evaluasi Mudik Lebaran 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya mengatakan 242 juta masyarakat melakukan perjalanan mudik lebaran tahun ini.

Baca Selengkapnya

Dahnil Anzar Yakin Prabowo Bisa Cairkan Komunikasi Jokowi-Megawati-SBY

3 jam lalu

Dahnil Anzar Yakin Prabowo Bisa Cairkan Komunikasi Jokowi-Megawati-SBY

Dahnil menilai Prabowo punya kemampuan untuk menghubungkan mereka.

Baca Selengkapnya

Jokowi dan Gibran Kompak Bilang Begini soal Wacana Presidential Club Usulan Prabowo

4 jam lalu

Jokowi dan Gibran Kompak Bilang Begini soal Wacana Presidential Club Usulan Prabowo

Wacana presidential club yang sebelumnya disampaikan Juru Bicara Prabowo mendapat respond dari Jokowi dan Gibran.

Baca Selengkapnya

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

4 jam lalu

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

Jokowi menyebut pemerintah baru mampu mencetak 2.700 dokter spesialis per tahun. Sementara pemerintah membutuhkan 29 ribu dokter spesialis.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Harus Ada Timbal Balik Ekonomi dari Program Pemerintah

7 jam lalu

Jokowi: Harus Ada Timbal Balik Ekonomi dari Program Pemerintah

Presiden Joko Widodo atau Jokowi berharap Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025 sesuai dengan program pembangunan yang telah direncanakan

Baca Selengkapnya

Jokowi Curhat Alat Kesehatan di Daerah Tersedia, tapi Minim Dokter Spesialis

7 jam lalu

Jokowi Curhat Alat Kesehatan di Daerah Tersedia, tapi Minim Dokter Spesialis

Presiden Jokowi menyayangkan daerah kepulauan maupun daerah terpencil dia tak menemukan tenaga dokter spesialis.

Baca Selengkapnya