Musim PHK di Tengah Harapan Ekonomi Tumbuh Positif
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Martha Warta Silaban
Kamis, 27 Mei 2021 19:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Ancaman pemutusan hubungan kerja atau PHK bagi industri yang bergerak di sektor retail belum berakhir. Baru-baru ini, 3.000 karyawan Giant menghadapi risiko pemecatan setelah PT Hero Supermarket Tbk berencana menutup 80 gerainya di seluruh Indonesia.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan perusahaan-perusahaan retail menghadapi tantangan seiring dengan tumbuhnya e-commerce. Berdasarkan data Sirclo, terdapat sebanyak 12 juta pengguna e-commerce baru selama pandemi Covid-19.
“Mereka menghadapi persaingan tajam dengan e-commerce,” kata Iskandar saat dihubungi Tempo pada Kamis, 27 Mei 2021.
Fenomena maraknya penutupan gerai retail yang menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran terjadi sejak 2020. Pada akhir tahun lalu, perusahaan retail yang bergerak di bidang fashion, seperti Sogo, Seibu, sampai Lafayette melakukan efisiensi pegawai.
Sogo, misalnya, dikabarkan melakukan PHK hingga 2.500 karyawan. Kondisi ini terjadi lantaran likuiditas perusahaan terus tergerus di tengah maraknya tren masyarakat berbelanja secara daring dan menurunnya jumlah pengunjung pusat perbelanjaan. Sementara itu, beban operasional seperti sewa masih harus ditanggung perusahaan.
Selain perusahaan di bawah naungan MAP, PT Matahari Departemen Store juga mengalihkan beberapa gerainya dari offline menjadi online. Situasi yang sama pun dihadapi Ramayana—pusat perbelanjaan pakain yang pernah berjaya pada awal 2000-an. Selama pandemi, gerai ini juga tak kuasa mempertahankan belasan tokonya di berbagai kota di Indonesia yang berakibat pada bertambahnya jumlah karyawan yang terkena PHK.
Menurut Iskandar, menjelang akhir semester I 2021, sejatinya sejumlah sektor ekonomi telah melaju ke jalur positif. Sektor kesehatan, informasi dan komunikasi, serta pertanian mencatatkan pertumbuhan tertinggi.
Sektor manufaktur juga perlahan mulai pulih dengan adanya relaksasi pajak penjualan atas barang mewah atau PPnBM oleh pemerintah. “Kalau lihat leading indicators di bawah ini penjualan kendaraan bermotor meningkat 227 persen di April, PMI manufaktur meningkat pesat menjadi 54,6, ekspor meningkat, dan neraca perdagangan surplus n uang beredar meningkat menjadi 11,4 persen pada April,” ujar Iskandar.
Indikator ini akan menjadi pijakan kuat bagi pertumbuhan ekonomi pada akhir kuartal II nanti. Di pengujung Juni, Iskandar memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai lebih dari 7 persen secara year one year.<!--more-->
Tingginya proyeksi pertumbuhan itu, tutur dia, dihitung dari basis data PDB pada triwulan II tahun lalu yang sangat rendah. Di kuartal II 2020, Indonesia mengalami tekanan kontraksi hingga -5,3 persen. Situasi ini menyebabkan PDB harga konstan hanya mencapai Rp 2,580 triliun. Bila dibandingkan dengan triwulan I 2021, PDB harga konstan sudah tumbuh 4 persen menjadi Rp 2.700 triliun.
Kendati begitu, bukan berarti indikator ekonomi yang merangkak positif diikuti dengan membaiknya semua sektor. Iskandar tak menampik beberapa sektor masih akan menghadapi tantangan. Sektor-sektor yang aktivitasnya dibatasi, seperti industri pariwisata, hotel, restoran, dan transportasi, akan pulih paling akhir.
Tsunami pengurangan karyawan tak hanya terjadi di sektor retail. Belakangan perusahaan yang bergerak di industri penerbangan membuka opsi untuk mengurangi jumlah pegawainya. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, misalnya, telah menawarkan opsi bagi karyawan yang ingin mengambil pensiun dini.
Ini adalah kali kedua Garuda Indonesia menawarkan opsi pensiun dini untuk karyawan. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan kebijakan tersebut diambil sebagai langkah perseroan bertahan di tengah ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.
"Ini merupakan langkah berat yang harus ditempuh Perusahaan. Namun opsi ini harus kami ambil untuk bertahan di tengah ketidakpastian situasi pemulihan kinerja industri penerbangan yang belum menunjukkan titik terangnya di masa pandemi Covid-19,” ujar Irfan
Penawaran pensiun dini oleh perusahaan pelat merah masih dalam tahap awal. Pensiun dini dapat diambil oleh karyawan yang memenuhi kriteria dan persyaratan.
Perusahaan yang pernah menjalin kerja sama operasi dengan Garuda, Sriwijaya Air Group, juga menghadapi kondisi serupa. Akibat keuangan yang berdarah-darah, maskapai milik keluarga Chandra Lie ini menawarkan pilihan pengunduran diri atau resign untuk karyawan.
Tawaran resign ini tertuang dalam memo perusahaan bernomor 139/INT/SJNAM/V/2021 tertarikh 21 Mei 2021. “Kami sampaikan benar bahwa memo tersebut merupakan kebijakan resmi yang diambil oleh manajemen Sriwijaya Air Group,” tutur keterangan perusahaan melalui Corporate Communication Sriwijaya Air Group, 25 mei lalu.
Perusahaan beralasan kebijakan itu memberikan kepastian bagi karyawan yang sebelumnya dirumahkan lantaran pandemi Covid-19. Kebijakan merumahkan karyawan telah dilakukan sejak 25 September 2021.<!--more-->
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance atau Indef Tauhid Ahmad mengatakan perusahaan-perusahaan yang mengandalkan pergerakan masyarakat umumnya hanya mampu bertahan hingga 1 tahun pasca-diterjang krisis pagebluk. Meski ada industri yang mampu bertahan karena transformasi, kondisi itu tak berlaku seragam untuk semua sektor.
“Bagi retail yang bergerak di penjualan sandang, itu pasti kena. Lalu sektor yang bergerak di jasa, seperti penerbangan, pariwisata, itu langsung drop. Mereka sangat sensitif terhadap isu Covid-19,” ujar Tauhid.
Tauhid menduga sektor-sektor ini baru bisa kembali tumbuh pada 2022. Itu pun, kata dia, bila penanganan Covid-19 benar-benar berjalan efektif.
Di tengah kondisi yang berat, ia menyatakan perusahaan mau tak mau harus melakukan efisiensi atau restrukturisasi bisnis. Di sektor penerbangan, selain mengurangi karyawan, ia mencontohkan efisiensi bisa dilakukan dengan memangkas rute atau memotong gaji direksi.
Di samping itu, perusahaan harus menambah pinjaman untuk menopang biaya operasional. Opsi penyelamatan ini bagi maskapai Garuda sebagai perusahaan pelat merah dipandang lebih mudah lantaran ada sinergi antar-BUMN. Garuda dapat bekerja sama dengan bank-bank yang tergabung dalam himbara.
Untuk menekan lebarnya angka kemiskinan karena maraknya PHK, Tauhid menyatakan pemerintah harus bergerak cepat. Salah satunya dengan menambah peluang investasi agar lapangan kerja baru kembali terbuka.
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai harus ada penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengejar pertumbuhan di tengah kondisi perekonomian yang telah masuk ke jalur positif. Hero Group, misalnya. Ia menyebut perusahaan bisa mengembangkan lini usaha lainnya, seperti IKEA, setelah menutup puluhan gerai Giant.
“Mereka tahu kalau kita memasuki gaya hidup digital. Era super market sudah lewat, digantikan oleh mini market dan belanja online. Apa yang dilakukan oleh Giant akan diikuti supermarket lainnya,” ujar Piter.
Baca Juga: Daftar Nama Retail yang Tutup Selama Pandemi Covid-19