Tugu Sepeda di Sudirman, Ikon Baru Jakarta yang Menuai Kritik Emil Salim
Reporter
Adam Prireza
Editor
Clara Maria Tjandra Dewi H.
Sabtu, 10 April 2021 17:09 WIB
Menurut dia, seharusnya tugu dibangun untuk mengenang dan menghormati baik itu sosok maupun peristiwa legendaris. "Apa yang legendaris dari sepeda? Malah justru selalu minta diprioritaskan dan mengambil anggaran dari APBD. Bukan meringankan malah membebani," kata dia lewat pesan pendek pada Jumat, 9 April 2021.
Gilbert menilai Pemprov DKI Jakarta tak mengerti ihwal skala prioritas dalam kebijakan. Ia juga mengkritisi sikap pemerintah daerah yang membela tugu tersebut dari berbagai kritikan. "Ini akan menjadi catatan buat kita dan masyarakat. Kalau buat legacy adalah dengan kebijakan yang pro rakyat seperti dilakukan para gubernur sebelumnya," ujar Gilbert.
Guru Besar Emeritus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Emil Salim juga mempertanyakan alasan pemerintah DKI tidak menggunakan anggaran tugu sepeda untuk keperluan yang lebih bermanfaat. "Mengapa uang tidak utamakan pendidikan ketimbang patung?" tanya dia dalam cuitannya di akun Twitter @emilsalim2010, Kamis malam, 8 April 2021.
Emil Salim berpendapat seharusnya pembuatan tugu sepeda ini tak memerlukan anggaran pemerintah daerah. Dia kemudian menyinggung sepeda adalah barang komersial. Bahkan, ada importir dan pengusaha bengkel yang berkecimpung di bisnis sepeda.
"Ketika Wagub DKI Jakarta sediakan Rp 800 juta bangun 'patung sepeda' guna membantu para pemahat, kita bertanya bukankah 'sepeda' barang komersial yang ada importir dan pengusaha bengkel dan lain-lain, sehingga tak perlu anggaran daerah?" cuit ekonom senior ini.
Riza Patria pun merespons kritik tersebut. Menurut dia, setiap rencana anggaran sudah dialokasikan untuk kegiatan tertentu. "Semua kan ada alokasinya, pendidikan, sosial, kesehatan, olahraga, agama, semua dialokasikan. Tentu alokasinya sangat proporsional," kata Wagub DKI.