Belum Genap Setahun AHY Memimpin, Partai Demokrat Didera Prahara

Minggu, 7 Februari 2021 15:57 WIB

Logo Te.co Blank

TEMPO.CO, Jakarta - Belum genap setahun menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY sudah dua kali digoyang isu kudeta. Manuver kudeta secara bergantian dilakukan sejumlah kader senior partai berlambang bintang mercy itu yang tak puas dengan kepemimpinan AHY yang terpilih lewat Kongres V Demokrat pada 15 Maret 2020. Kasus teranyar, Partai Demokrat menuding adanya keterlibatan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dalam upaya kudeta itu.

Dugaan keterlibatan Moeldoko inilah yang membuat Demokrat memutuskan menggelar konferensi pers pada Senin, 1 Februari 2021. AHY menyatakan ada upaya pengambilalihan partai yang dimotori oleh lima orang, yang terdiri dari satu kader aktif, satu kader yang sudah enam tahun tak aktif, satu kader yang sudah mengundurkan diri, satu mantan kader yang dipecat karena korupsi, dan seorang di lingkaran Presiden Joko Widodo.

"Yang nonkader partai adalah seorang pejabat tinggi pemerintahan, yang sekali lagi, sedang kami mintakan konfirmasi dan klarifikasi kepada Presiden Joko Widodo," kata AHY dalam konferensi pers tersebut.

Klarifikasi kepada Presiden Jokowi itu dilayangkan lewat surat. Sekretaris Jenderal Demokrat Teuku Riefky Harsya mengatakan, dalam surat itu AHY meminta penjelasan mengenai disebutnya nama Presiden, sejumlah menteri, dan pejabat setingkat menteri dalam gerakan pengambilalihan Demokrat.

Riefky mengatakan partainya tak pernah menuduh para pejabat pemerintah terlibat dalam upaya kudeta itu. Namun, Riefky berujar, nama-nama pejabat pemerintahan itu disebut oleh Moeldoko dan pelaku gerakan lain berdasarkan kesaksian pengurus daerah Demokrat yang bertemu mereka.


Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memberikan keterangan dalam konferensi pers di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Senin, 1 Februari 2021. AHY mengaku sudah melayangkan surat kepada Presiden Jokowi untuk mendapat konfirmasi dan klarifikasi terkait kebenaran informasi yang diterimanya. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Advertising
Advertising

Menurut Riefky, dalam layang itu AHY juga menyampaikan keyakinannya bahwa Presiden Jokowi, menteri, dan pejabat setingkat menteri yang diduga disebut-sebut oleh Moeldoko dan pelaku gerakan lain tak mengetahui masalah ini. "Ketum AHY juga menyampaikan bahwa pejabat-pejabat itu sangat mungkin dicatut namanya dan bahkan sebuah pembusukan politik," kata dia.

Sejumlah pengurus Demokrat mengatakan keputusan konferensi pers itu diambil lantaran partai tak ingin kecolongan seperti sejumlah partai yang terpecah dan mengalami dualisme. Pengalaman Partai Berkarya yang diambil alih dari Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto) oleh kubu Muchdi Pr menjadi contoh teranyar.

Baca: Jokowi Tak Balas Surat AHY, tapi Tegur Moeldoko Secara Internal

Meski begitu, Demokrat tak pelak diterpa dengan isu soliditas internal. Moeldoko, misalnya, termasuk yang mengatakan masalah Demokrat adalah persoalan rumah tangga partai tersebut. Mantan Panglima TNI era Susilo Bambang Yudhoyono ini mengakui sempat bertemu beberapa kader Demokrat, tetapi mengklaim hanya untuk mengobrol dan minum kopi.

Moeldoko juga tak membantah atau membenarkan saat ditanya apakah yang menemuinya Jhoni Allen Marbun, anggota DPR dari Demokrat dan Muhammad Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Demokrat sekaligus mantan terpidana kasus korupsi. Kedua nama itu disebut-sebut merupakan aktor kudeta.

"Saya tidak peduli itu siapa, wong saya tuh hanya dateng aja ngobrol," kata Moeldoko pada Rabu, 3 Februari 2021. "Ini berlebihan, jangan begitu lah. Biasa lah itu, internal partai politik. Aku orang luar, enggak ada urusannya di dalam."

Menteri Sekretaris Negara Pratikno juga menyebut masalah Demokrat sebagai persoalan internal. Maka, kata Pratikno, Presiden Jokowi tak perlu menanggapi surat dari Agus Harimurti Yudhoyono. "Kami sudah menerima surat itu dan kami rasa kami tidak perlu menjawab surat tersebut karena itu perihal dinamika internal partai," kata Pratikno, Kamis, 4 Februari 2021.

Politikus Demokrat Rachland Nashidik mengakui, memang ada segelintir kader Demokrat yang tak puas dengan kepemimpinan AHY. Dia menilai dinamika semacam itu wajar ada di partai politik mana pun. Namun kata Rachland, yang menjadi persoalan kemudian adalah dugaan keterlibatan Moeldoko dalam gerakan kudeta partai. "Pak Moeldoko itu orang Istana, anak buah Presiden Jokowi, bukan internal Partai Demokrat," kata Rachland.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, upaya kudeta partai merupakan hal lumrah dalam partai politik. Masalah muncul ketika upaya kudeta itu melibatkan pihak luar bahkan kekuasaan. Adi menilai wajar jika Demokrat melakukan perlawanan politik.

"Suara-suara tolak AHY ketua umum kan dari dulu, tapi itu dianggap angin lalu, bukan siapa-siapa dan kekuatannya tidak signifikan. Tapi kalau ada elite negara tentu jadi masalah bagi Demokrat," kata Adi.

Selanjutnya: Sederet ketidakpuasan kader dan bekas kader Demokrat memicu KLB...

Berita terkait

Emil Dardak Disebut Berpeluang Dampingi Khofifah di Pilkada Jawa Timur 2024, Berikut Profilnya

3 jam lalu

Emil Dardak Disebut Berpeluang Dampingi Khofifah di Pilkada Jawa Timur 2024, Berikut Profilnya

Emil Dardak berpeluang kuat kembali menjadi pendamping Khofifah di Pilkada Jawa Timur. Berikut rekam jejaknya.

Baca Selengkapnya

Kata Politikus PAN, Demokrat, dan PDIP soal Cawagub Pendamping Khofifah

3 jam lalu

Kata Politikus PAN, Demokrat, dan PDIP soal Cawagub Pendamping Khofifah

Politikus sejumlah partai politik angkat bicara soal cawagub pendamping Khofifah di Pilkada Jawa Timur. Siapa orangnya?

Baca Selengkapnya

Demokrat Siapkan Tiga Nama Kader Senior Maju di Pilkada Jakarta

22 jam lalu

Demokrat Siapkan Tiga Nama Kader Senior Maju di Pilkada Jakarta

Demokrat siapkan tiga nama kader senionya maju di Pilkada Jakarta.

Baca Selengkapnya

Jajaki Koalisi dengan Partai Lain, Demokrat Incar Kursi Calon Wakil di Pilkada Jakarta

22 jam lalu

Jajaki Koalisi dengan Partai Lain, Demokrat Incar Kursi Calon Wakil di Pilkada Jakarta

Partai Demokrat bakal mengusung sejumlah kader muda di Pilkada Jakarta. Mengincar kursi Wakil Gubernur

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Redistribusi Tanah Rampung Tahun Depan: Presiden Baru Hanya Urus Sedikit

1 hari lalu

Jokowi Sebut Redistribusi Tanah Rampung Tahun Depan: Presiden Baru Hanya Urus Sedikit

Jokowi mengatakan selama 10 tahun dia menjabat sebagai presiden urusan konflik tanah selalu menjadi keluhan utama warga.

Baca Selengkapnya

Warga Desa Temurejo Tagih Sertifikat Tanah ke Jokowi: Mohon Diselesaikan Sebelum Turun Jabatan

1 hari lalu

Warga Desa Temurejo Tagih Sertifikat Tanah ke Jokowi: Mohon Diselesaikan Sebelum Turun Jabatan

Presiden Jokowi ditagih sertifikat tanah oleh warga dalam kunjungan kerja ke Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

2 hari lalu

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Kongres AS dilaporkan memperingatkan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas surat perintah penangkapan bagi pejabat Israel

Baca Selengkapnya

Usai Nobar di Banyuwangi, Menteri AHY Ajak Terus Dukung dan Doakan Timnas U-23 Indonesia agar Lolos ke Olimpiade 2024

2 hari lalu

Usai Nobar di Banyuwangi, Menteri AHY Ajak Terus Dukung dan Doakan Timnas U-23 Indonesia agar Lolos ke Olimpiade 2024

Usai nobar di Banyuwangi, AHY mengajak masyarakat untuk terus mendukung dan mendoakan Timnas U-23 Indonesia agar bisa lolos ke Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Kecuali Partai Gelora, Gerindra-Golkar-PAN-Demokrat Buka Peluang PKS Gabung ke Prabowo

2 hari lalu

Kecuali Partai Gelora, Gerindra-Golkar-PAN-Demokrat Buka Peluang PKS Gabung ke Prabowo

Sejumlah partai politik yang tergabung dalam KIM membuka peluang PKS untuk bergabung ke Prabowo, kecuali Gelora. Apa alasan Gelora menolak PKS?

Baca Selengkapnya

Demokrat soal Peluang PKS Gabung ke Kubu Prabowo: Enggak Masalah Buat Kami

3 hari lalu

Demokrat soal Peluang PKS Gabung ke Kubu Prabowo: Enggak Masalah Buat Kami

Demokrat tidak keberatan jika nantinya PKS benar akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya