Pidato Jokowi: Optimisme Ekonomi Pulih dan Besarnya Beban Pengangguran
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Kamis, 3 Desember 2020 21:18 WIB
TEMPO.CO, JAKARTA - Setelah bergelut dengan pandemi yang menekan ekonomi sejak 9 bulan, Presiden Jokowi ingin menutup buku di ujung tahun dengan angka dan sinyal positif. Jokowi yakin tanda pemulihan ekonomi semakin terang. Dia menyebut ekonomi Indonesia triwulan ketiga minus 3,49 persen, membaik dari periode sebelumnya 5,32 persen.
"Sinyal positif perekonomian sudah jelas, semakin jelas. Saya meyakini kita akan bergerak lagi ke arah positif di triwulan keempat dan seterusnya," ujar Jokowi, Kamis 3 Desember 2020. Jokowi percaya perekonomian nasional telah melewati titik terendahnya, dan berada pada titik balik menuju pemulihan ekonomi.
Harapan Jokowi ini berasal dari naiknya impor bahan baku dan barang modal, surplus perdagangan hingga kinerja IHSG dan rupiah yang menguat. Namun dia tak menampik adanya ancaman yang membayangi laju pertumbuhan ekonomi. “Kita akan dihadapkan pada besarnya jumlah pengangguran akibat PHK pada masa pandemi, kita hadapi besarnya angkatan kerja yang memerlukan pekerjaan.”
Senada, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga memproyeksi kurva ekonomi mulai naik. Dia yakin ekonomi triwulan IV nanti melaju positif dan berlanjut pada tahun depan yang diprediksi tumbuh 4,8 persen.
Menurut Perry, ekonomi global telah melewati masa kritis karena dukungan stimulus fiskal dan moneter dari sejumlah negara, termasuk di Amerika Serikat dan China, serta mulai meningkatnya mobilitas manusia dan aktivitas perekonomian.
Meningkatnya aktivitas ekonomi di tengah pelonggaran pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19, membuat konsumsi tumbuh dan memberi sinyal inflasi akan meningkat. “Meningkatnya aktivitas ekonomi mendorong naiknya konsumsi relatif dibandingkan dengan November, walaupun secara tahunan masih tetap negatif,” tutur Piter Abdullah Redjalam, Direktur Riset Center of Reform on Economics.
<!--more-->
Menurut Piter, inflasi yang masih relatif rendah menandakan daya beli masyarakat masih terjaga. Di sisi lain, masih rendahnya inflasi menunjukkan permintaan yang rendah akibat pandemi. Dengan konsumsi yang terjaga dan sedikit meningkat pada akhir tahun, Piter memperkirakan, tingkat inflasi Desember akan berada di kisaran 0,2-0,3 persen secara bulanan.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional, Shinta Widjaja Kamdani, berujar bahwa momentum akhir tahun sangat potensial mendongkrak konsumsi masyarakat di pasar domestik ataupun pasar ekspor.
Namun peningkatan konsumsi akhir tahun ini akan sangat bergantung pada kondisi pandemi, karena seluruh dunia sedang dalam risiko tinggi terjadi peningkatan penyebaran wabah.
Untuk proyeksi pasar domestik, Shinta optimistis peningkatan konsumsi akan membaik. Namun ia memprediksi peningkatannya tidak akan eksponensial. Menurut Shinta, peningkatan konsumsi akhir tahun akan naik, tapi tidak cukup besar untuk menutupi atau mengkompensasi kontraksi konsumsi yang terjadi pada Ramadan atau Lebaran tahun ini.
Adapun Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengelola Perbelanjaan Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, mengatakan penjualan belum meningkat karena daya beli masyarakat belum pulih. Saat ini, kata dia, mayoritas masyarakat relatif hanya berbelanja kebutuhan pokok dan rumah tangga. "Di luar kebutuhan tersebut, penjualannya belum membaik," ujar dia.
<!--more-->
Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance, Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan penjualan retail belum akan normal karena jumlah kasus positif Covid-19 kembali naik.
Hal ini membuat masyarakat menunda bepergian ke pusat belanja. "Biasanya Natal dan tahun baru jadi momen untuk berwisata. Tapi, karena pandemi, jadi tidak optimal," kata dia.
Lesunya penjualan menyebabkan peretail menerapkan efisiensi. Salah satunya Matahari Department Store Tbk. Dalam laporannya ke Bursa Efek Indonesia pada akhir pekan lalu, emiten dengan kode saham LPPF ini menyebutkan enam gerainya akan ditutup.
Sebanyak 4 gerai berada di Pulau Jawa, 1 di Bali, dan 1 di Pulau Sulawesi. Jumlah outlet Matahari yang akan beroperasi pada akhir 2020 berkurang dari 153 menjadi 147.
Corporate Secretary & Legal Director Matahari, Miranti Hadisusilo, mengatakan tidak akan membuka gerai baru pada kuartal IV 2020 dan kuartal I 2021. Dia mengatakan, dari 147 gerai yang saat ini dipertahankan, sebanyak 23 di antaranya masuk dalam daftar pengawasan. "Toko-toko ini sedang dipantau, ditinjau, dan didiskusikan," kata dia.
Baca: Sebut Jumlah Pengangguran Tinggi Akibat PHK, Jokowi: Kita Harus Gerak Cepat
LARISSA HUDA | HENDARTYO HANGGI