Misteri Pembakar Halte Transjakarta
Reporter
M Julnis Firmansyah
Editor
Juli Hantoro
Jumat, 30 Oktober 2020 17:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sore yang kelam itu masih terekam jelas di ingatan Direktur Utama Transjakarta Sardjono Jhony Tjitrokusumo. Jhony menyaksikan bagaimana halte Transjakarta Tosari di Jakarta Pusat dibakar sekelompok orang di tengah massa demonstrasi menolak Omnibus Law pada 8 Oktober 2020 lalu.
Jhony yang berada di sekitar halte itu melihat orang-orang tersebut membawa bensin dan dengan sengaja membakar tempat tunggu bus yang baru saja selesai dibangun beberapa bulan lalu itu.
Sekolompok orang tersebut mulai menyiramkan bensin ke Halte Tosari sekitar pukul 18.20 dan fasilitas publik itu mulai terbakar pada 18.33. "Saya melihat sendiri detik-detik pembakarannya."
Jhony mengaku tak bisa berbuat apa pun melihat salah satu fasilitas Transjakarta itu ludes dilalap api. Ia mengatakan saat itu tak ada pengamanan di halte tersebut.
<!--more-->
Demo menolak omnibus law UU Cipta Kerja yang digelar berbagai elemen buruh dan mahasiswa itu berakhir petaka bagi fasilitas publik. Jhony mencatat 46 halte bus Transjakarta rusak. Sebanyak 17 diantaranya mengalami rusak berat. Adapun kerugian mencapai Rp 65 miliar.
Seperti seragam, pembakaran halte bus Transjakarta itu pun dicatat Jhony dilakukan dalam rentang waktu yang tidak berjauhan. Menurut Jhony pembakaran halte dilakukan pertama kali di halte Sarinah sekitar pukul 16.20 WIB. Kemudian halte Bundaran HI sekitar pukul 17.00. Kemudian halte Tosari yang tak jauh dari halte Bundaran HI pada pukul 18.33.
Pembakaran juga dilakukan di beberapa pos polisi hingga salah satu bioskop tertua Grand Theatre di Senen, Jakarta Pusat.
Jhony menuntut polisi mengungkap pelaku perusakan dan pembakaran halte Transjakarta. "Video yang diduga merusak sudah banyak beredar. Orang juga sudah banyak yang melihat video itu," ujar Jhony.
Menurut Jhony, massa yang membakar halte tersebut terlihat bukan dari kelompok massa yang ikut unjuk rasa.
"Mereka tidak ada (jaket) almamater. Datang bawa bensin dan menyiram langsung ke halte," ujarnya.
Tempo yang menelusuri rekaman 13 kamera pengintai atau CCTV di sekitar lokasi kejadian juga mendapati fakta bahwa para pelaku tampak bukan dari massa yang melakukan demo menolak omnibus law.
Dari video berdurasi 9 jam 58 menit, ditemukan fakta bahwa para pelaku memiliki ciri-ciri khusus yang sama. Seperti di antaranya pemuda berusia 20 tahunan, mengenakan atasan hitam, dan bersarung tangan sebelah.
Para perusuh dan pelaku pembakaran itu pun juga sempat terekam oleh siaran langsung reporter Tempo di lapangan. Mereka terlihat bergerombol di dekat halte Transjakarta Bundaran HI sebelum terbakar.
Dari hasil perbandingan rekaman tersebut dengan foto 4 pelaku yang pernah dihadirkan polisi, Tempo tidak menemukan adanya kemiripan dari ciri-ciri fisik mereka.
<!--more-->
Meski demikian Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Nana Sudjana memastikan telah menangkap para pelaku perusakan dan pembakaran halte Transjakarta dan fasilitas publik lainnya.
Dalam sebuah konferensi pers pada Senin, 19 Oktober 2020, Nana mengatakan polisi sudah menetapkan 131 orang sebagai tersangka dalam perusakan fasilitas umum itu. Nana mengatakan sebanyak 69 orang ditahan dan sisanya hanya dikenakan wajib lapor.
"Termasuk perkembangan terbaru, Polda Metro Jaya telah menahan 20 orang tersangka perusakan yaitu halte, fasilitas publik, dan pos polisi di sepanjang Jalan Sudirman," kata Nana.
Namun sayangnya, sampai saat ini para tersangka perusakan yang berjumlah ratusan orang itu belum pernah ditampilkan polisi secara sekaligus ke muka umum. Dalam sebuah konferensi pers pada 12 Oktober 2020, hanya empat orang pelaku kerusuhan yang pernah dihadirkan. Saat itu pun polisi tak menyebut peran dan identitas para tersangka.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus pun sudah pernah dimintai tanggapan soal temuan tersebut. Namun Yusri ngotot bahwa para pelaku yang dimaksud sudah ditangkap.
"Sudah ditangkap," ujarnya singkat saat ditemui di kantornya di Polda Metro Jaya. Ia enggan menjawab lebih detail soal temuan itu.
M JULNIS FIRMANSYAH l IMAM HAMDI I INGE KLARA SAFITRI