Ancaman Klaster Covid-19 Baru Pasca-Demo Omnibus Law

Reporter

Imam Hamdi

Editor

Juli Hantoro

Jumat, 9 Oktober 2020 16:10 WIB

Logo Te.co Blank

TEMPO.CO, Jakarta - Mengenakan rompi coklat dan helm sepeda, Anies Baswedan menemui demonstran yang menolak Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja di kawasan Bundaran Hotel Indonesia pada Kamis malam, 8 Oktober 2020. Gubernur DKI Jakarta itu datang bersama Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Nana Sudjana dan Pangdam Jaya Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurracman.

Demo massa dari berbagai elemen di Jakarta kemarin, berujung rusuh. Anies datang ke lokasi kerusuhan berusaha menenangkan massa dan meminta mereka membubarkan diri. "Ini semua berisiko. Saya ingin yang merasa dirinya pejuang pulang ke rumah, tidak ada yang sakit," kata Anies mengingatkan massa yang berunjuk rasa saat masa pandemi.

Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu berjanji akan menyampaikan aspirasi para demonstran. Anies pun menginginkan hak-hak tersebut terjaga. Meski demikian, Anies tak menjelaskan lebih lanjut aspirasi tersebut akan disampaikan ke pihak mana. Dia hanya mengungkapkan bahwa setiap warga berhak menyampaikan aspirasi.

"Besok kita teruskan betul-betul akan teruskan," ujar Anies. Anies berjanji akan melakukan pertemuan terkait tuntutan pendemo. "Ingatlah bahwa yang namanya menegakkan keadilan kewajiban kita semua, dan Anda semua menegakkan keadilan."

Unjuk rasa di beberapa lokasi di Ibu Kota kemarin awalnya berjalan tertib. Massa dari berbagai elemen itu ingin menuju Istana Negara menyampaikan aspirasinya. Namun, polisi menghadang mereka dengan membuat barikade. Massa tertahan di sekitar Istana Negara.

Advertising
Advertising

<!--more-->

Kerusuhan pecah menjelang sore saat polisi memukul mundur massa yang memaksa mendekati Istana. Polisi menghujani massa dengan meriam air dan gas air mata. Masa berhamburan ke sejumlah lokasi.

Masa yang dipukul mundur melampiaskan amarahnya ke sejumlah fasilitas publik. Pos polisi hingga halte Transjakarta di Jalan M.H. Thamrin dibakar massa. Anies mencatat 20 halte Transjakarta rusak dengan total kerugian mencapai Rp 55 miliar imbas unjuk rasa kemarin.

Pemerintah menargetkan mengindentifikasi seluruh kerusakan imbas demo kemarin selesai sore ini.
"Semuanya diidentifikasi. Insyaallah sore ini semuanya selesai diidentifikasi lalu kami segera akan perbaiki," kata Anies saat meninjau kawasan Bundaran Hotel Indonesia Jumat pagi, 9 Oktober 2020.

Selain kerusakan fasilitas publik, yang menjadi perhatian Pemerintah DKI adalah muncul klaster Covid-19 terhadap pendemo dan kampus. "Nanti kami akan lihat (untuk tracing) yang jelas saya khawatir, termasuk soal kerumunan ini, karena semua beresiko," kata Anies.

Sehari sebelum unjuk rasa besar kemarin, polisi menggelandang 12 siswa STM yang akan mengikuti demo tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja ke Mapolda Metro Jaya untuk menjalani tes usap atau swab. Alasannya, setelah ditangkap dan dilakukan rapid test oleh polisi, para pendemo tersebut menunjukkan hasil reaktif Covid-19.

"Sambil menunggu hasil tes swab, mereka akan kami isolasi di Pademangan, Jakarta Barat," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu, 7 Oktober 2020.

Polisi kembali menemukan 10 peserta demo yang reaktif Covid-19 pada Kamis kemarin. Mereka adalah pendemo dari unsur siswa STM yang berencana menggelar aksi menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja di depan Istana Negara, Jakarta Pusat hari ini.

"Ini yang di depan Istana Negara baru saja kami lakukan rapid dan ditemukan 10 lagi yang reaktif. Kami akan isolasi di Pademangan sana, di asrama," ujar Yusri Yunus saat dihubungi, Kamis, 8 Oktober 2020.

Lebih lanjut, Yusri mengatakan pada hari ini saja pihaknya telah menangkap 150 siswa STM yang berencana ikut demonstrasi di depan Istana Negara dan Gedung DPR RI. Mereka semua yang tertangkap akan dilakukan rapid test, jika hasilnya reaktif Covid-19 akan berlanjut pada swab test dan diisolasi.

Epidemiolog Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan unjuk rasa yang melibatkan ribuan orang di Jakarta dan sekitarnya berpotensi meningkatkan lonjakan kasus Covid-19. Lonjakan tersebut bakal terlihat dalam waktu tiga sampai tujuh hari ke depan. "Bahkan berpotensi menjadi klaster demo. Karena para peserta unjuk rasa tak mematuhi protokol kesehatan," katanya.

Tri menuturkan penularan kasus saat unjuk rasa sangat berpotensi terjadi jika ditemukan orang yang positif Covid-19. Apalagi saat ini banyak orang yang tidak mengalami gejala saat tertular virus corona. "Ini yang berbahaya. Kalau ada dua orang saja saat di dalam kerumunan bisa menularkan. Apalagi kalau ada puluhan yang positif. Penularan akan semakin besar."

Ia menyarankan Pemerintah DKI meningkatkan pelacakan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona dampak unjuk rasa menolak Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja kemarin. "Kontak tracing harus ditingkatkan terutama kalau nanti sudah ditemukan ada peserta demo yang terinfeksi Covid-19," ucapnya.

Menurut dia, pelacakan yang cepat bisa mencegah penularan wabah ke orang lain. Sebab setiap orang yang ditemukan telat terpapar corona bisa langsung diisolasi. "Yang dikhawatirkan banyak yang tidak bergejala dan menularkan kepada orang lain," ujarnya.

<!--more-->

Tri mengatakan pemerintah mesti meningkatkan pelacakan karena rasio tracing saat ini telah jauh berkurang antara 5-10 orang dalam setiap temuan. Pada April lalu, kata dia, rasio lacak berkisar 20-30 orang dalam setiap temuan kasus. "Sekarang berkurang sangat jauh rasio lacaknya karena kasusnya sudah sangat banyak. Memang bisa dipahami kendala ini."

Ketua Tim Mitigasi Pengurus Bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), M. Adib Khumaidi, memperkirakan akan ada lonjakan masif jumlah kasus positif Covid-19 dalam 1-2 pekan ke depan. Penyebabnya, klaster penularan baru lewat rangkaian demonstrasi besar di banyak daerah yang dipicu pengesahan Omnibus Law UU Cipta Kerja itu.

Beberapa faktor yang menyebabkan unjuk rasa bisa menimbulkan klaster baru adalah berkumpulnya orang dari berbagai daerah ke satu tempat tanpa mematuhi protokol kesehatan. "Dalam kerumunan besar seperti unjuk rasa, tidak ada yang dapat menjamin bahwa seluruh pesertanya tidak ada yang membawa virus."

<!--more-->

Selain itu, kontak fisik langsung dengan permukaan yang terkontaminasi tak bisa dihindari, entah menyentuh mulut, hidung, atau mata sebagai pintu masuk infeksi virus corona Covid-19. Demonstrasi juga melibatkan seruan, nyanyian, orasi yang bisa menjadi sumber droplet dan aerosol berisi virus.

Pelacakan kontak erat atau tracing nantinya akan sulit dilakukan di setiap kemunculan kasus penularan Covid-19. "Ini karena peserta demonstrasi tidak saling kenal orang di sekitarnya.

Ia menambahkan belakangan peningkatan jumlah pasien Covid-19 telah terjadi terutama karena orang tanpa gejala (OTG) mengabaikan perilaku protokol kesehatan di berbagai daerah. "Sebagai pembanding, momen Lebaran yang lalu mampu meningkatkan jumlah kasus positif tanpa skala kumpul-kumpul massa yang besar," ujarnya.

IMAM HAMDI | FRANCISCA CHRISTY ROSANA | ZULNIS FIRMANSYAH

Berita terkait

Rangkuman Serba-serbi Pembubaran Timnas AMIN

17 jam lalu

Rangkuman Serba-serbi Pembubaran Timnas AMIN

Timnas AMIN dibubarkan pada Selasa, 30 April 2024

Baca Selengkapnya

May Day, Buruh di Yogyakarta Tuntut Kenaikan UMP Minimal 15 Persen

19 jam lalu

May Day, Buruh di Yogyakarta Tuntut Kenaikan UMP Minimal 15 Persen

Kelompok Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) Yogyakarta menggelar aksi memperingati hari buruh atau May Day dengan menyampaikan 16 tuntutan

Baca Selengkapnya

Tanggapi Ucapan Hari Buruh dari Prabowo, Partai Buruh Bilang Begini

20 jam lalu

Tanggapi Ucapan Hari Buruh dari Prabowo, Partai Buruh Bilang Begini

Partai Buruh menanggapi ucapan Hari Buruh 2024 yang disampaikan Presiden terpilih Prabowo Subianto pada Rabu, 1 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Bendera One Piece Berkibar di Tengah Aksi May Day

22 jam lalu

Bendera One Piece Berkibar di Tengah Aksi May Day

Bendera bajak laut topi jerami yang populer lewat serial 'One Piece' berkibar di tengah aksi memperingati Hari Buruh Internasional alias May Day.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Ungkap Dua Tuntutan Buruh Saat May Day

23 jam lalu

Said Iqbal Ungkap Dua Tuntutan Buruh Saat May Day

Presiden Partai Buruh, Said Iqbal, mengungkapkan dua tuntutan para pekerja di Indonesia pada Hari Buruh Internasional alias May Day.

Baca Selengkapnya

Beda Respons NasDem dan Anies soal Surya Paloh Absen di Pembubaran Timnas AMIN

1 hari lalu

Beda Respons NasDem dan Anies soal Surya Paloh Absen di Pembubaran Timnas AMIN

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh absen dalam acara pembubaran Timnas AMIN. Anies dan Sekjen Partai NasDem respons begini.

Baca Selengkapnya

15 Ribu Buruh Asal Bekasi akan Geruduk Istana, Tolak Outsourcing dan Omnibus Law

1 hari lalu

15 Ribu Buruh Asal Bekasi akan Geruduk Istana, Tolak Outsourcing dan Omnibus Law

Sekitar 15 ribu buruh asal wilayah Bekasi akan melakukan aksi May Day atau peringatan Hari Buruh Internasional pada 1 Mei 2024 di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Kegiatan Setelah Kalah Pilpres: Anies Jeda Politik, Mahfud Md Kembali ke Kampus, Ganjar Aktif Lagi di Kagama

1 hari lalu

Kegiatan Setelah Kalah Pilpres: Anies Jeda Politik, Mahfud Md Kembali ke Kampus, Ganjar Aktif Lagi di Kagama

Anies Baswedan mengatakan bakal jeda sebentar dari urusan politik setelah Tim Pemenangan Nasional Anies-Muhaimin (Timnas AMIN) dibubarkan.

Baca Selengkapnya

Surya Paloh Tak Hadiri Pembubaran Timnas Amin, Ini Kata Anies

1 hari lalu

Surya Paloh Tak Hadiri Pembubaran Timnas Amin, Ini Kata Anies

Mantan capres nomor urut 01 Anies Baswedan menanggapi absennya Ketum Partai Nasdem Surya Paloh dalam acara pembubaran Timnas Amin.

Baca Selengkapnya

4 Fakta Pembubaran Timnas AMIN Hari ini: Surya Paloh Absen hingga Pesan Anies dan Muhaimin

1 hari lalu

4 Fakta Pembubaran Timnas AMIN Hari ini: Surya Paloh Absen hingga Pesan Anies dan Muhaimin

Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar alias Timnas AMIN resmi bubar pada hari ini. Berikut sederet faktanya.

Baca Selengkapnya