Yang Sebaiknya Dilakukan Masyarakat Saat Resesi Menurut Para Ekonom

Rabu, 23 September 2020 19:22 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Ancaman resesi disebut menekan pasar saham dan rupiah. Beberapa jam setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengumumkan proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 minus 1 hingga minus 2,9 persen, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup melemah 65,27 poin atau 1,31 persen ke posisi 4.934,09 pada Selasa, 22 September 2020.

Pun dengan rupiah. Nilai tukar mata uang Garuda itu ditutup melemah 85 poin atau 0,58 persen menjadi Rp 14.785 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.700 per dolar AS.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan selain sentimen kasus Covid-19, proyeksi Sri Mulyani terkait pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 ikut menekan pasar. "Statement Sri Mulyani yang diberitakan media bahwa Indonesia akan mengalami resesi pada pengumuman GDP Q3 pada awal November nanti," kata dia seperti dikutip Antara.

Pada kuartal II 2020, Badan Pusat Statistik BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi atau minus 5,32 persen. Lalu Sri Mulyani memproyeksi kuartal III 2020 ekonomi Indonesia bakal minus 1 hingga minus 2,9 persen. Jika dalam dua kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonomi di bawah 0 persen, secara teknikal perekonomian memasuki resesi.

Trend Perbaikan
Kendati ancaman resesi makin dekat, Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro melihat ada tren perbaikan di kuartal III 2020 dari pengumuman Sri Mulyani. Sebab, proyeksi ekonomi lebih baik dari kuartal II 2020. "Resesi itu kayak demam," kata dia.

Bayangkan ada satu orang yang demam dan suhu tubuhnya 40 derajat Celsius. Keesokan harinya, turun jadi 38 derajat Celsius. Memang dia masih demam, tapi sudah menurun. Analogi ini yang terjadi pada ekonomi Indonesia.
<!--more-->
Variabel lain juga mendukung indikasi pemulihan ekonomi ini. Pertama, Purchasing Manufacturing Index (PMI) sudah naik dari posisi 48,6 menjadi 50,8. Indikator ini menunjukkan ekspansi karena menunjukkan pembelian kebutuhan produksi di pabrik di masa yang akan datang, bukan sekarang. "Jadi sudah ada ekspansi," kata Ari.

Kedua, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sudah meningkat dari 86,2 menjadi 86,9. Walau kenaikannya tipis, Ari mengatakan indikator ini menunjukkan masyarakat sudah mulai lebih banyak membeli beberapa kebutuhan harian mereka.

Ari menilai memang ada persoalan yang terjadi, salah satunya yaitu terkait pengeluaran di kelas menengah atas. Mereka yang biasanya sering belanja dan liburan, sekarang memilih untuk menahan uangnya.

Walhasil, deposit di perbankan meningkat dan ekonomi stagnan. Ini sudah terlihat dari konsumsi rumah tangga di kuartal II 2020 yang kontraksi minus 5,51 persen.

Saran untuk Masyarakat Menengah ke Atas Saat Resesi
Untuk itu, Ari memberikan sejumlah saran kepada masyarakat dalam menghadapi masa resesi. Pertama, kelompok menengah atas jangan terlalu berhemat dan tetap berbelanja. Sebab jika terlalu menahan pengeluaran, situasi ini malah kontra-produktif.

Semakin kelompok menengah atas ini menabung, maka ekonomi akan semakin sulit untuk berputar kembali. "Jadi hemat pangkal resesi," ujarnya.
<!--more-->
Kedua, tetap berbelanja dan berwisata, tapi dengan protokol kesehatan. Di sisi lain, pemerintah harus memastikan masyarakat bisa melakukan kegiatan ini dengan aman dan nyaman.

Ari mencontohkan di negara-negara lain yang menerapkan konsep pariwisata khusus. Turisnya dijemput dan menginap di hotel yang tidak bercampur. "Nah, cara seperti ini yang dibaca oleh kelompok menengah atas," kata dia.

Adapun Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyarankan dua hal utama kepada masyarakat saat resesi. Pertama, masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan dan tetap menjalani aktivitas seperti biasa.

"Resesi itu hanya stempel saja," kata Piter. Resesi ini juga bukan periode yang berbeda 100 persen, tapi hanya stempel untuk kondisi yang sudah dijalani selama enam bulan terakhir.

Saran untuk Masyarakat Menengah ke Bawah
Piter juga memberikan saran kepada masyarakat, khususnya kelompok menengah ke bawah. Menurut dia, kelompok menengah ke bawah dengan penghasilan yang pas-pasan, sebaiknya tidak boros. "Lebih baik menabung untuk berjaga-jaga," kata dia.

Sedangkan Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance atau Indef Tauhid Ahmad juga menyampaikan saran untuk kelompok menengah bawah. Terutama, mereka yang tidak punya cadangan keuangan.

“Harus sedapat mungkin mengakses bantuan sosial yang disediakan pemerintah,” tutur Tauhid.

Bentuknya beragam yang sudah tersedia. Mulai dari bantuan langsung tunai, insentif Kartu Prakerja untuk pegawai terdampak PHK. Ada juga bantuan tunai untuk pekerja dengan gaji di bawah Rp 5 juta per bulan.
<!--more-->
Kedua, Tauhid menyarankan masyarakat yang memiliki kredit merenegosiasi pinjaman. Ketiga, belanja konsumsi harus diprioritaskan untuk kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan pendidikan.

Keempat, kata dia, masyarakat mencari penghasilan tambahan di masa-masa sulit. Kelima, masyarakat yang bekerja di sektor informal harus beradaptasi dengan keadaan. “Bisa banting setir, yang biasanya menjual kebutuhan tidak mendesak, kini ke produk makanan atau kembali ke kebutuhan dasar," ujarnya.

Intervensi Pemerintah
Sekretaris Eksekutif 1 Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Raden Pardede mengatakan dalam kondisi saat ini, intervensi terhadap ekonomi dibutuhkan. Pemerintah setidaknya melakukan empat intervensi.

Keempatnya yaitu jaring pengaman kesehatan, jaring pengaman sosial, jaring pengaman sektor riil, dan jaring pengaman keuangan. Tujuan keempat intervensi ini bukan untuk menghindari resesi, tapi untuk mengurangi dalamnya dampak resesi yang terjadi.

Adapun Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menawarkan konsep less contact economy. Ini merupakan kondisi gabungan antara masyarakat yang ingin kegiatan ekonomi berjalan, tetapi pada saat yang sama menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin.

"Maka solusinya ekonomi minim kontak yang ditandai dengan hyper connectivity antar manusia, tapi tidak lagi secara fisik atau tatap muka, tapi melalui teknologi informasi dan komunikasi," ujar Bambang.

Dia mengatakan ada tantangan di balik rencana ini. Menurut Bambang, sebanyak 68 persen perusahaan sudah mengenal otomatisasi. Tapi, hanya 27 persen perusahaan yang sudah memanfaatkan otomatisasi.

Bambang menyayangkan, lebih dari 80 persen perusahaan tidak memiliki rencana untuk menggunakan teknologi ini dalam waktu dekat. "Masih ada kebimbangan atau keraguan perusahaan-perusahaan ini untuk menggunakan teknologi yang lebih canggih," kata dia.

FAJAR PEBRIANTO I HENDARTYO HANGGI I FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Berita terkait

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

7 jam lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

12 jam lalu

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati tanggapi kasus penahanan hibah alat belajar SLB oleh Bea Cukai.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

13 jam lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

14 jam lalu

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

Bea cukai sedang disorot masyarakat. Ini beberapa kasus yang membuat heboh

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

1 hari lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

1 hari lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

3 hari lalu

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

Wali Kota Medan Bobby Nasution boleh dibilang banjir penghargaan. Menantu Jokowi ini dapat penghargaan Satyalancana baru-baru ini.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

3 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

3 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya