Republik Kecewa pada Presiden Trump, Bella Ciao di Pilpres 2020?

Selasa, 9 Juni 2020 12:45 WIB

Logo Te.co Blank

TEMPO.CO, Jakarta - Unjuk rasa anti rasisme dipicu tindakan rasis polisi Minneapolis terhadap pria Afrika-Amerika, George Floyd telah merembes ke ranah politik menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat November 2020.

Colin Powell, 83 tahun, menjadi sosok yang memecah kebisuan partai Republik setelah lebih dari sepekan unjuk rasa anti rasisme menggoyang Amerika. Pernyataan Powell yang tegas bahwa dia tidak akan memilih Presiden Donald Trump dalam pilpres November mendatang telah mendorong orang-orang dalam partai pengusung Trump ikut bersuara.

Sebenarnya dalam pemilu 2016, Powell sudah menyatakan tidak memilih Trump.

Powell keluar dari pakem, memilih kandidat presiden Demokrat, Joe Bidden untuk dia pilih dalam pilpres nanti, bukan Trump.

"Dia sekarang kandidat, dan saya akan memilihnya," kata Powell, tokoh hitam paling berpengaruh dari di Republik dalam satu wawancara dengan CNN akhir pekan lalu.

Advertising
Advertising

Powell bersama sejumlah jenderal pensiunan terkemuka dan mantan anggota parlemen mengkritik keras Trump. Presiden Trump disebut sudah melanggar Konstitusi dan melakukan banyak kebohongan selama menjadi presiden.

Beberapa kelompok di kubu Republik yang menolak terpilihnya kembali presiden Trump telah terbentuk di antaranya PAC, Linconl Projetc, dan inisiatif baru Republican Voters Against Trump yang pekan lalu mengeluarkan dana kampanye digital US$10 juta.

Mantan Gubernur South Carolina, basis Republik, Mark Sanford menegaskan dia tidak akan memilih Trump. Sebaliknya, dia lebih memilih mendukung Biden.

Pernyataan kubu Republik ini dikuatkan oleh hasil survei yang menunjukkan popularitas Trump anjlok. Sebaliknya, popularitas Biden terus meningkat.

Jajak pendapat terbaru CNN yang dilakukan oleh SRRS dan dirilis pada 8 Juni 2020, menyebutkan persetujuan publik terhadap Trump anjlok 7 poin bulan lalu. Sebaliknya, Biden berada pada level puncak soal popularitas

Secara keseluruhan survei menunjukkan, 57 persen menyatakan tidak setuju dengan cara Trump menangani kepresidenan dan 38 persen menyetujuinya.

Sebanyak 63 persen dari hasil survei mengatakan cara Trump menangani pengunjuk rasa lebih berbahaya. Ini sejalan dengan hasil survei yang sebanyak 63 persen menyatakan tidak setuju dengan penanganan masalah hubungan ras oleh Presiden Trump.

Trump pun menuai kritik pedas dari para mantan stafnya yang mundur maupun yang dipaksanya mundur.

Keputusan Trump mengerahkan pasukan Garda Nasional menghadapi para pengunjuk rasa anti rasisme pekan lalu telah menuai kritik dari para jenderal pensiunan yang suara mereka dinilai berpengaruh.

"Militer kami tidak seharusnya diminta memerangi rakyatnya sendiri sebagai musuh negara. Terus terang bagi saya ini sungguh-sungguh terbalik," kata Mike Mullen, laksamana pensiun dan mantan kepala staf gabungan kepada Fox News hari Minggu kemarin.

Donald Trump tampaknya tidak goyah dengan kritikan dari partai pengusungnya sendiri. Seperti kebiasaanya, Trump merespons kritikan Powell dengan menjulukinya sebagai "Si kaku yang nyata" dan "sangat berlebihan."

Terhadap pesaing utamanya, Biden, Trump menjulukinya "Si Ngantuk Joe Biden."

Juru bicara kampanye Tim Murtaugh mengatakan Trump memiliki catatan mengenai dukungan dari partai Republik.

Reuters melaporkan, sejak memenangkan Gedung Putih, Trump telah mengamankan cengkraman para loyalis partai Republik. Alhasil, banyak mantan pengkritik seperti senator Lindsay Graham kini menjadi pendukung Trump.

Bagi mantan Duta Besar AS untuk Uni Eropa, Anthony Gardner kepemimpinan Trump membangkitkan memori tentang kepemimpinan fasis Italia, diktator Benito Mussolini.

Gardner secara blak-blakan mengungkapkan rasa malunya memiliki presiden yang secara terbuka menghasut perpecahan rasial demi memberi daya bagi dirinya.

"Sangat mengecewakan, sangat mengecewakan memiliki presiden AS yang secara terbuka mengobarkan dan menghasut perpecahan rasial demi memberi daya bagi markasnya," kata Gardner dari partai Demokrat sebagaimana dilaporkan Politico.com, 8 Juni 2020.

Gardner berharap rakyat Amerika tidak kembali memilih Presiden Trump dalam pilpres November mendatang.

"Bella ciao Donald Trump," Gardner mengutip judul lagu perlawanan rakyat Italia melawan diktator Mussolini yang bermakna selamat tinggal rezim fasis.

Berita terkait

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

15 jam lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

Ratusan Polisi New York Serbu Universitas Columbia untuk Bubarkan Demonstran Pro-Palestina

1 hari lalu

Ratusan Polisi New York Serbu Universitas Columbia untuk Bubarkan Demonstran Pro-Palestina

Ratusan polisi Kota New York menyerbu Universitas Columbia untuk membubarkan pengunjuk rasa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

2 hari lalu

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Kongres AS dilaporkan memperingatkan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas surat perintah penangkapan bagi pejabat Israel

Baca Selengkapnya

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

4 hari lalu

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

Puluhan kampus di Amerika Serikat gelar aksi pro-Palestina. Apa saja tindakan represif aparat terhadap demonstran?

Baca Selengkapnya

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

5 hari lalu

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

DPR Amerika Serikat mengesahkan rancangan undang-undang yang akan melarang penggunaan TikTok

Baca Selengkapnya

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

6 hari lalu

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

Berbagi kampus di Amerika Serikat unjuk rasa mendukung Palestina dengan tuntutan yang seragam soal protes genosida di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS Larang TikTok: Perlawanan ByteDance sampai Daftar Negara yang Mencoret Aplikasi Top Itu

7 hari lalu

AS Larang TikTok: Perlawanan ByteDance sampai Daftar Negara yang Mencoret Aplikasi Top Itu

Amerika Serikat resmi melarang TikTok karena alasan keamanan jika ByteDance tidak melakukan divestasi sahamnya. Perusahaan Cina itu melawan.

Baca Selengkapnya

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

7 hari lalu

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

Tim kampanye Joe Biden berkata mereka tidak akan berhenti menggunakan TikTok, meski DPR AS baru mengesahkan RUU yang mungkin melarang penggunaan media sosial itu.

Baca Selengkapnya

Menhan AS Sampaikan Ucapan Selamat dari Joe Biden ke Prabowo

7 hari lalu

Menhan AS Sampaikan Ucapan Selamat dari Joe Biden ke Prabowo

Presiden terpilih Prabowo menegaskan kembali komitmen Indonesia dalam membina kemitraan yang erat dengan AS.

Baca Selengkapnya

Joe Biden Klaim Pamannya Dimakan Kanibal di Papua Nugini, Begini Kata PM Marape

10 hari lalu

Joe Biden Klaim Pamannya Dimakan Kanibal di Papua Nugini, Begini Kata PM Marape

Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan negaranya tidak pantas dicap kanibal setelah Presiden AS Joe Biden bercerita tentang pamannya yang tewas di sana pada Mei 1944.

Baca Selengkapnya