Wuhan Bergeliat Pasca Lockdown Virus Corona 76 Hari Dicabut
Selasa, 14 April 2020 16:26 WIB
TEMPO.CO, Wuhan - Pemerintah Cina akhirnya mengakhiri penutupan atau lockdown Kota Wuhan, Hubei, Cina bagian tengah, pada Rabu dini hari pekan lalu setelah meredanya penyebaran wabah virus Corona.
Ini terjadi setelah jumlah kasus infeksi virus Corona di kota berpenduduk sebelas juta orang ini menurun drastis sejak diterapkannya lockdown 76 hari sebelumnya.
Wabah ini sempat menyebar di Wuhan sejak Desember 2019, yang diduga lewat kegiatan jual beli hewan liar di pasar hewan di kota itu.
“Pedagang sayuran dan ikan di pasar bisa kembali berjualan,” begitu dilansir 9News pada Senin, 13 April 2020.
Pembukaan pasar basah ini menimbulkan kritik dari sejumlah negara seperti AS yang meminta pasar itu ditutup karena dikhawatirkan akan menyebarkan kembali virus Corona.
“Ini virus yang menyebar dari orang ke orang dimanapun Anda berada,” kata Jin Qinzhi, seorang pedagang di pasar basah Wuhan mengenai pendapatnya tentang permintaan agar pasar ini ditutup.
“Di supermarket saja penuh dengan orang. Di sini, orang-orang lebih tersebar. Sepanjang kita melakukan langkah pencegahan dan melakukan disinfektan maka akan baik-baik saja,” kata dia.
Seorang pedagang ikan di pasar ini, yang mengaku bernama Zhang, merasa kurang optimistis meski sudah diperbolehkan berjualan.
“Belum ada bisnis dan tidak banyak orang yang datang,” kata dia. “Semua orang masih merasa takut ke luar rumah karena takut terinfeksi virus ini.”
Pemerintah Wuhan, seperti dilansir 9News, mengumumkan akan menggunakan dana sebanyak sekitar Rp440 miliar untuk memperbarui higienitas sekitar 435 pasar tradisional di kota ini. Ini dilakukan untuk mencegah terulangnya lagi wabah virus Corona.
“Jika kondisinya masih sepi seperti ini maka sulit bagi usaha kami untuk bertahan,” kata Jin Qinzhi.
Media Global Times, yang menjadi corong pemerintah Cina, menyebut pencabutan lockdown ini sebagai sebuah proses pemulihan. Ini terjadi di tengah merebaknya wabah virus Corona di sejumlah negara Barat.
“Seperti burung Phoenix, Wuhan muncul dari kegelapan lockdown virus Corona pada saat musim semi yang hangat,” begitu judul salah satu artikel di Global Times, yang dikutip CNN, pada Jumat, 10 April 2020.
Meski telah mencabut lockdown dan warga bisa berkegiatan di luar rumah seperti sebelumnya, para pejabat di Provinsi Hubei mengatakan tetap menerapkan respon darurat tertinggi.
“Ini karena, tidak adanya kasus infeksi baru bukan berarti risikonya nol,” begitu dilansir CNN.
Petugas layanan kereta api dan transportasi menambah kegiatan inspeksi dan penyemprotan disinfektan. Ini terjadi bersamaan dengan ribuan warga yang ingin meninggalkan kota Wuhan menuju kota lain pasca dicabutnya lockdown.
“Banyak yang terperangkap di Wuhan saat pulang kampung untuk melihat keluarga saat perayaan tahun baru Imlek pada Januari,” begitu dilansir CNN.
Ada sekitar 55 ribu warga Kota Wuhan meninggalkan kota itu pada Rabu pekan lalu atau sehari setelah pencabutan lockdown dengan menggunakan kereta api.
Media CCTV melansir sebanyak 40 persen warga menuju kawasan Pearl River Delta, yang merupakan pusat manufaktur di Cina.
Sejumlah kota lain di Cina bersiap menampung kedatangan warga dari Kota Wuhan. Namun, para pengunjung ini bakal diwajibkan untuk menjalani proses karantina dan tes medis rutin untuk memastikan mereka tidak membawa virus itu di tubuhnya.
Pemerintah Kota Wuhan telah melakukan tes medis terhadap semua warga dan mengeluarkan kode QR yang bisa diakses lewat aplikasi.
Orang-orang yang mendapat kode hijau berarti telah bebas dari gejala virus Corona. Mereka boleh meninggalkan kompleks tempat tinggalnya. Tes ini berlangsung rutin.
“Mereka bebas ke luar rumah. Tapi tetap menghadapi pembatasan dalam kegiatannya,” begitu dilansir CNN.
Warga tetap menjalani tes reguler untuk mengecek temperatur tubuh mereka saat datang atau ke luar dari suatu lokasi usaha.
“Kami harus tetap siaga tinggi. Karena ada pasien yang justru tidak menunjukkan gejala sakit,” kata seorang pembeli toko di Cina.
Media Xinhuanet melansir Wakil Perdana Menteri Cina, Sun Chunlan, meminta upaya pencegahan wabah virus Corona tidak mengendur meskipun kota itu telah menjalani karantina selam 76 hari sejak 23 Januari 2020.
“Dia meminta agar stasiun kereta api dan bandara mencegah warga berkerumun. Dan agar pengelola sarana transportasi menyiapkan disinfektan serta rencana darurat jika virus Corona terdeteksi,” begitu dilansir Xinhuanet pada 7 April 2020 atau sehari sebelum lockdown itu dicabut.
Menurut Luo Ping, seorang petugas kontrol epidemi virus Corona di Wuhan, kepada CCTV, pencabutan lockdown ini menandai dimulainya kembali kegiatan sosial dan ekonomi di kota ini.
“Setelah kegiatan produksi dan bekerja kembali aktif, gerakan masyarakat akan meningkat dan risiko juga meningkat,” kata Luo seperti dilansir CNN.
“Pembukaan kembali Kota Wuhan bukan berarti semuanya sudah selesai. Ini tidak berarti mengendurkan upaya kontrol dan pencegahan penyebaran virus Coroan di kota ini,” kata dia.
Komisi Kesehatan Cina melaporkan ada 2.500 orang meninggal akibat infeksi virus Corona di Wuhan. Total orang yang terinfeksi sebanyak sekitar 50 ribu orang.
Wuhan, yang merupakan pusat industri di tepi sungai Yangtze, mengalami wabah cukup parah sejak Desember 2019.
Menurut Luo kepada CCTV, sebanyak 10.641 pabrik dan usaha berskala besar di Kota Wuhan ini telah beroperasi sejak 3 April 2020. Ini setara dengan 91.4 persen total industri di sana.