Darurat Corona di Jakarta, Rapid Test di Episentrum Covid-19
Reporter
Fransisco Rosarians Enga Geken
Editor
Clara Maria Tjandra Dewi H.
Sabtu, 21 Maret 2020 20:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perang melawan virus corona di ibu kota telah memasuki babak baru. Untuk mempercepat deteksi dini terhadap orang dengan pemantauan atau ODP yang jumlahnya mencapai lebih dari seribu orang, pemerintah akan melakukan rapid test atau pemeriksaan cepat.
Presiden Joko Widodo menyatakan rapid test akan dilakukan dari rumah ke rumah. Petugas akan menelusuri orang-orang yang pernah kontak dengan pasien positif corona. "Untuk memperoleh indikasi awal apakah seseorang positif terinfeksi Covid-19 ataukah tidak," ujar Jokowi di Istana Negara, Jumat 20 Maret 2020.
Jokowi menunjuk Jakarta Selatan sebagai wilayah prioritas rapid test corona. Wilayah itu yang menunjukkan indikasi paling rawan terinfeksi.
Jakarta Selatan merupakan titik awal penyebaran Covid-19 yang terdeteksi di Indonesia. Penularan perintis teridentifikasi dari sebuah rumah makan di Kemang, Jakarta Selatan, pada 14 Februari lalu. Pada 11 Maret lalu, pemerintah DKI menyatakan Jakarta Selatan sebagai hotspot karena menjadi tempat tinggal 12 pasien corona.
Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Muhammad Helmi mengatakan pelaksanaan rapid test akan menyasar sejumlah wilayah yang ada di Jakarta Selatan. "Ada beberapa wilayah di Jakarta Selatan, di antaranya ada di Pancoran," kata Helmi.
Helmi menjelaskan, tes cepat menargetkan orang yang berstatus dalam pengawasan (ODP) yang memiliki riwayat melakukan kontak dengan kasus positif. Pada saat ini, orang berstatus ODP tidak diisolasi di rumah sakit, melainkan hanya diminta untuk karantina diri di rumah.
<!--more-->
Menurut Helmi, tes cepat COVID-19 ini dilakukan untuk mengetahui status COVID-19 para ODP mengingat mereka yang ada di Jakarta Selatan belum semuanya menjalani tes Corona.
"Yang ODP ini kan belum diperiksa semuanya, tadi kita periksa pakai itu (rapid test) supaya mereka juga tenang," katanya.
Tes yang dilakukan dengan cara mengambil sampel darah dari tiap-tiap ODP yang jadi target pemeriksaan. Selain itu, petugas juga melakukan pelacakan ('tracking') dengan siapa saja para ODP tersebut yang pernah kontak setelah berkontak dengan kasus positif.
"Misal A dirawat, nah dia ketemu siapa saja sebelum dirawat. Nah teman-temannya itu kita tes," jelasnya.
Saat ini, korban virus corona telah menyebar di hampir semua sudut Ibu Kota. Orang yang positif terjangkit Covid-19 di Jakarta mencapai 224 orang atau 60 persen dari 369 pasien se-Indonesia. Dari 244 orang positif corona di Ibu Kota, 29 di antaranya berdomisili di Jakarta Selatan.
Berdasarkan data terbaru, jumlah ODP di Jakarta mencapai 1.147 orang dan pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 503 orang. Secara akumulasi, jumlah ODP dan PDP Jakarta Selatan menempati posisi teratas, dengan 344 kasus. Sisanya adalah Jakarta Pusat 197 orang, Jakarta Timur 206 orang, Jakarta Utara 217 orang, Jakarta Barat 167 orang, luar DKI Jakarta 228 orang, dan tidak diketahui 304 orang.
Lonjakan pasien positif corona di Jakarta membuat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan saat ini ibu kota menjadi episentrum penularan corona.
<!--more-->
"Jakarta ini sekarang epicenter, di tempat ini sudah kejadiannya sudah masif," ujar Anies di Balai Kota Jakarta Pusat, Kamis 19 Maret 2020.
Anies mengatakan tren kasus Covid-19 di Jakarta naik signifikan dalam waktu 18 hari. Dari 2 kasus positif corona naik drastis menjadi ratusan kasus positif.
Untuk memantau penyebaran corona di ibu kota, Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti mengatakan telah menerima 520 test kit dari pemerintah pusat.
Namun tes tersebut bukan bertujuan untuk memastikan apakah seseorang terjangkit covid-19 atau tidak. "Ini bukan sebagai penetapan diagnosa, tapi sebagai bagian surveillance ke lapangan," tutur dia.
Herawati Sudoyo, Wakil Kepala Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Institute, juga mengatakan metode tes cepat baru dikembangkan. “Belum ada yang memiliki sensitivitas dan spesifikasi tinggi," ujar dia.
Orang yang dinyatakan positif dalam rapid test corona pun tetap harus menjalani tes seka atau swab. "Yang negatif belum tentu aman."
FRISKI RIANA | ADAM PRIRESA | ANTARA