Rugi Akibat Virus Corona, Dari Pariwisata hingga Pertanian
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Kodrat Setiawan
Rabu, 5 Februari 2020 10:58 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Hampir sepekan terakhir Menteri Pariwisata Wishnutama Kusubandio sibuk menelepon kepala daerah Provinsi Bali untuk memperoleh laporan tingkat kemerosotan kunjungan wisatawan asing dari Cina. Sejak penerbangan dari dan menuju Cina ditutup pada 2 Februari lalu akibat meluasnya virus corona atau 2019-nCoV, kunjungan wisatawan mancanegara Negeri Tirai Bambu ke Indonesia nihil.
"Saat ini terparah Bali. Lalu ada juga Bintan dan Manado. Saya terus berkomunikasi dengan kepala daerah untuk memperoleh informasi terkini," ujar Wishnutama kepada Tempo, Rabu, 5 Februari 2020.
Wishnutama mencatat, mewabahnya corona di Cina memukul sektor pariwisata Indonesia. Sepanjang 2020, potensi devisa hilang akibat nihilnya kunjungan turis Cina diproyeksikan mencapai US$ 4 miliar atau Rp 56 triliun (perkiraan kurs Rp 14 ribu).
Angka itu merujuk pada asumsi kunjungan yang mencapai 2 juta orang dalam setahun dengan rata-rata pengeluaran atau spending per kedatangan mencapai US$ 1.400 atau Rp 19,6 juta (perkiraan kurs Rp 14 ribu). Belum lagi, dampak ini juga akan meluas pada kunjungan wisatawan asing dari negara-negara lain yang turut ditemukan kasus infeksi virus corona.
Dengan kondisi demikian, Wishnutama memungkinkan segera merevisi target perolehan devisa pariwisata. Tahun ini, devisa dari sektor pariwisata direncanakan mencapai US$ 21 miliar. Wishnutama mensinyalir angka pencapaian devisa di sektor yang ditanganinya untuk tahun ini terpuruk dari target, bahkan lebih rendah dari realisasi devisa 2019.
"Ini sangat sulit. Meski wabah corona berlangsung tiga sampai empat bulan, dampaknya akan berkepanjangan hingga 7 bulan atau 8 bulan di sektor wisata," ucapnya.
<!--more-->
Sekretaris Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia atau Astindo Pauline Suharno mengatakan dampak corona mendorong wisatawan mancanegara untuk membatalkan paket-paket wisata. Dia menerangkan, potensi kerugian dari pembatalan paket, khususnya paket carter atau penerbangan sewaan mencapai 30 persen.
"Untuk angka belum bisa merincikan. Namun kerugian sampai sekarang 10 persen sejak penutupan penerbangan ke Wuhan," ucapnya.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bintan Wan Rudi mengatakan kunjungan turis asing ke wilayahnya saat ini anjlok 35 persen.
"Turis kami dari Cina itu porsinya sekarang 35 persen dari total wisman yang datang. Setelah adanya larangan penerbangan dan adanya imbauan dari Pemerintah Cina pada 29 Januari, turis dari Cina sama sekali tidak ada atau nol persen," ujar Rudi, kemarin.
Rudi mengatakan kondisi ini berdampak pada hotel-hotel bintang tiga yang umumnya menjadi langganan agen paket tur Cina. Menurut dia, ada sekitar empat hotel yang saat ini okupansinya melorot 90 persen.
Sejumlah hotel yang terkena dampak tersebut pun kini telah mengurangi pekerja harian atau day worker lantaran sepi kunjungan. Selanjutnya, dampak penurunan kunjungan wisman dari Cina ini juga membuat pemerintah daerah mengoreksi target kunjungan turis luar negeri dari semula 1,6 juta menjadi sama dengan realisasi 2019,, yakni 1,4 juta.
<!--more-->
Meluasnya virus corona juga turut memukul industri penerbangan. Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Irfan Setiaputra mengakui terjadi kerugian meski manajemen belum menghitungnya secara detail.
"Kami mempunyai 40-an penerbangan ke Cina setiap minggunya. Sejak penerbangan ke sana ditutup, kami memang belum menghiitung kerugian secara detail," tuturnya dalam pesan pendek, hari ini.
Manajemen, kata Irfan, tengah mencoba mencari peluang untuk menerbangkan sejumlah pesawat yang nganggur ke rute-rute lain yang potensial. Selain itu, Garuda Indonesia memungkinkan akan membuka rute anyar.
Garuda kini sedang berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata untuk melihat ceruk pasar wisatawan. Meski begitu, Irfan memastikan pengalihan rute dan pembukaan jalur baru ini perlu analisis mendalam.
"Kita perlu analisis apakah situasi yang kita hadapi ini punya pengaruh terhadap inisiatif traveling," tuturnya.
Nasib sama turut dirasakan maskapai swasta, Lion Air Group. Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait mengatakan akan mengalihkan rute-rute pesawatnya yang sebelumnya terbang ke Cina untuk menambal kerugian. Ia merinci, saat ini maskapai burung merah itu menerbangkan 30 perjalanan ke Negeri Tirai Bambu per pekan.
Kendati begitu, Edward masih enggan membeberkan potensi kerugian yang dialami perusahaannya. "Untuk kerugian, maaf belum bisa dikalkulasi," tuturnya.
<!--more-->
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan kerugian akibat meluasnya wabah corona tak hanya menghantam sektor pariwisata. Menurut dia, kerugian turut dirasakan oleh industri pertanian dan perdagangan.
"Dampak corona very very bad," katanya, kemarin, saat menjadi pembicara di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan.
Luhut menjelaskan, kerugian akibat penurunan kinerja ekspor dan impor sektor pertanian tak beda jauh angkanya dengan potensi kerugian pariwisata. Sebab, kata Luhut, selama ini potensi ekspor terbesar Indonesia adalah Cina. Indonesia rutin mengirimkan produk buah-buahan.
Kondisi ini pun diproyeksikan dapat berimbas pada pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terimbas perlambatan ekonomi Cina yang mungkin dikoreksi hingga 3 persen dari semula 6 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani beberapa waktu lalu mengatakan wabah corona akan berpengaruh terhadap kondisi perekonomian hampir semua negara. Tak terkecuali Indonesia. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I akan tergerus, salah satunya karena dampak global ini.
"Rasanya Q1 sulit. Nanti akan ada pengaruh ke seluruh dunia, termasuk Indoneia, termasuk jalur pariwisata, harga komoditas dan ekspor secara umum terganggu," tuturnya.
<!--more-->
Kepala Dinas Perdagangan Sulawesi Selatan Andi Basalama mengatakan ekspor komoditas ke Cina dari daerahnya saat ini beranjak lesu. Pada Januari 2019, nilai ekspor komoditas ke Cina tercatat US$ 14 juta. Sedangkan pada Januari 2020 melemah menjadi US$ 12 juta.
"Kami biasa ekspor rumput laut, nikel, kakao, udang, merica, kacang mede, telur ikan terbang, ikan laut, dan klinker," tuturnya.
Di sektor pertanian, pemerintah saat ini tengah mencari ceruk negara pengimpor selain Cina untuk komoditas bawang putih. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengakui impor bawang putih saat ini memang didominasi Cina, yakni memakan porsi 90 persen dari total impor komoditas pertanian dari Negeri Tirai Bambu itu.
Adapun negara-negara yang dibidik ialah India, Mesir, dan Iran. Selain itu, Syahrul menyatakan bakal memaksimalkan produksi panen bawang putih dalam negeri.
Ia memastikan stok bawang putih di dalam negeri masih aman. "Stok bawang putih yang ada saat ini masih aman sampai dua bulan. Stok itu akan segera kami distribusikan," ujar Syahrul di kantornya, Jakarta Selatan, kemarin.
Stok bawang putih yang siap diedarkan di pasaran hari ini berjumlah 55 hingga 65 ribu ton. Adapun rata-rata konsumsi bawang putih di Indonesia tiap bulan tercatat 45 hingga 47 ribu ton.
Direktur Riset Core Indonesia Piter Abdullah memprediksi terhentinya arus impor dari Cina akan berpengaruh buruk terhadap sektor lain, utamanya industri manufaktur. Menurut dia, saat ini Indonesia banyak menggunakan bahan baku penolong dari Cina.
"Mereka (industri manufaktur) akan kesulitan berproduksi," tuturnya.
Untuk mengantisipasi kerugian yang meluas itu, Piter meminta pemerintah memastikan pertumbuhan ekonomi domestik bisa tetap moncer di tengah lesunya ekonomi global dengan cara melonggarkan moneter dan fiskal. Ia juga mengimbau agar pemerintah menyetop perancangan kebijakan yang justru kontraproduktif. Misalnya menaikkan harga subsidi kebutuhan pokok.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS | ANDI IBNU | DIDIT HARIYADI