Partai Gelora, Kerja Berat Mengeruk Suara PKS

Senin, 11 November 2019 19:04 WIB

Syukuran Partai Gelora di Upnormal Coffee Roaster Kemang, Jakarta, Ahad 10 November 2019. Tempo/ Fikri Arigi.

TEMPO.CO, Jakarta - Partai Gelora (Gelombang Rakyat) Indonesia (Gelora) resmi dideklarasikan. Partai sempalan PKS (Partai Keadilan Sejahtera) tersebut dihela sejumlah mantan tokoh muda berpengaruh di PKS.

Di jajaran elite Partai Gelora berdiri antara lain Anis Matta yang didapuk menjadi ketua umum, Fahri Hamzah (wakil ketua umum), dan Mahfudz Siddiq (sekjen). Anis mantan Sekjen PKS, sedangkan Fahri adalah Wakil Ketua DPR 2014-2019 dan Mahfudz pernah menjabat Ketua Komisi I DPR.

"Ini pertama kalinya, sempalan PKS bikin partai baru karena konflik internal," kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno kepada Tempo hari ini, Senin, 11 November 2019.

Menurut Adi Prayitno, Partai Gelora menjadi judi luar biasa bagi para punggawanya untuk bisa eksis di tengah persaingan ketat partai politik di Tanah Air.

Setidaknya ada empat modal penting yang diperlukan Partai Gelora untuk bisa berkembang. Pertama, kata Adi, figur kunci yang bisa menjadi magnet politik untuk menjangkau simpati seluruh lapisan masyarakat.

Kedua, Partai Gelora juga memerlukan logistik alias pendanaan yang memadai. Publik mengerti bahwa potret pemilih di Indonesia masih pragmatis dalam menentukan pilihan di bilik suara.

"Dalam tanda kutip, mata duitan."

Modal berikutnya adalah Partai Gelora harus memiliki jaringan pendukung yang tersebar di lapisan masyarakat bawah. Sedangkan modal keempat, Adi melanjutkan, Partai Gelora mesti mencitrakan dan memposisikan (branding dan positioning) diri sebagai partai yang epik.

Apa tujuannya? Adi menuturkan bahwa modal heroisme itu membuat sebuah partai mudah diterima oleh publik dan pemilih.

Lalu, apakah Partai Gelora dan PKS bakal berebut pemilih yang sama?

Baik Anis Matta maupun Fahri Hamzah mengklaim partainya tak hanya akan menyasar massa pemilih Islam seperti PKS. Di sisi lain, mereka menolak pengkategorian genre partai Islam atau nasionalis.

"Ini partai Islam dan nasional, dan kami membuka diri untuk seluruh komponen masyarakat," tutur Anis Matta.

Adi sepakat bahwa Partai Gelora harus memperluas ceruk pemilihnya. Tak bisa melulu mengandalkan segmen pemilih Islam dan massa sempalan PKS.

Menurut diam Amis Matta cs sulit merebut pendukung militan PKS yang relatif sudah solid sejak berdiri pada 1999.

"Buktinya, suara PKS naik signifikan (di Pemilu 2019 dibanding 2014)," kata dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, tersebut.

Terkesan percaya diri, Partai Gelora menargetkan bisa ikut dalam perhelatan Pemilihan Kepala (Pilkada) 2020.

Fahri Hamzah mengklaim ada lebih dari 20 kader partainya yang akan mengikuti pilkada tahun depan. Namun dia belum membocorkan siapa saja yang akan maju.

"Kami punya pengurus yang juga inkumben yang ingin atau akan maju pilkada 2020," kata Fahri.

Selain Anis Matta, Fahri Hamzah, dan Mahfudz Siddiq, ada pula bekas politikus PKS yang hengkang ke Partai Gelora. Ahmad Liyaldi, salah satunya. Dia didapuk menjadi Bendahara Umum Partai Gelora.

Ada pula mantan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar yang oernah didukung PKS. Aktor tersebut menyatakan siap bergabung.

Fahri mengungkapkan bahwa Deddy Mizwar menyatakan ingin ikut bekerja mengurus partai. Tapi, Deddy belum menyampaikan agenda politiknya ke depan, misalnya akan bertarung di Pilkada 2020.

"Saya, kan bisa menjadi apa saja. Jadi menteri bisa, jadi presiden bisa. Tinggal bikin saja filmnya," ucap aktor utama film kondang Nagabonar itu berkelakar.

Adi Prayitno melihat Partai Gelora berpeluang untuk berkembang mengingat masih rendahnya tingkat afiliasi masyarakat Indonesia terhadap partai politik. Hanya sekitar 30 persen masyarakat yang merasa menjadi bagian dari partai.

"Itu artinya, ada 70 persen pemilih yang tak berafiliasi dengan parpol tertentu. Inilah ceruk pemilih yang mesti direbut Gelora."

Calon rival Partai Gelora, PKS terlihat percaya diri.

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menyampaikan pandangan senada dengan Adi Prayitno ihwal soliditas pemilih PKS.

Beberapa waktu lalu, Mardani telah menanggapi rencana Anis Matta dan Fahri Hamzah membentuk partai baru.

"Kalau mau bikin partai, ya, welcome to the jungle," ujar Mardani di Kompleks Parlemen, Senayan pada Kamis, 11 Juli 2019.

Kemudian, dia berpesan kepada teman-temannya yang menyempal itu bahwa membuat dan membesarkan partai itu kerja berat.

"Biar kami aja, dah," ujar Mardani lalu terbahak.

BUDIARTI UTAMI PUTRI | FIKRI ARIGI | DEWI NURITA

Berita terkait

Safari Politik ke Gerindra, PKS Sodorkan Dua Nama untuk Pilkada Kabupaten Bogor

2 jam lalu

Safari Politik ke Gerindra, PKS Sodorkan Dua Nama untuk Pilkada Kabupaten Bogor

Partai Gerindra Kabupaten Bogor membuka pintu koalisi dengan partai politik lain di Pilkada 2024, termasuk dengan PKS.

Baca Selengkapnya

Komisi I DPR Pastikan UU Pers Masuk Konsideran draf RUU Penyiaran

8 jam lalu

Komisi I DPR Pastikan UU Pers Masuk Konsideran draf RUU Penyiaran

DPR membantah pembahasan draf revisi Undang-Undang Penyiaran atau RUU Penyiaran tidak memasukkan UU Pers sebagai konsideran.

Baca Selengkapnya

Anggota DPR Setuju Tak Ada Pembatasan dalam RUU Penyiaran, Ini Alasannya

10 jam lalu

Anggota DPR Setuju Tak Ada Pembatasan dalam RUU Penyiaran, Ini Alasannya

Politikus PKS di DPR menegaskan larangan terhadap jurnalisme investigasi di RUU penyiaran tak tepat dan akan ditentang.

Baca Selengkapnya

Dewan Pakar PKS Depok Berikrar Menangkan Imam Budi Hartono di Pilkada 2024

23 jam lalu

Dewan Pakar PKS Depok Berikrar Menangkan Imam Budi Hartono di Pilkada 2024

Mohammad Idris bersama Dewan Pakar PKS Depok berikrar memenangkan Imam Budi Hartono sebagai Wali Kota di Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Ini Permintaan Politikus PKS kepada Kemenhub

2 hari lalu

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Ini Permintaan Politikus PKS kepada Kemenhub

Kemenhub bisa mencabut izin trayek PO yang mengangkut siswa SMK Lingga Kencana Depok jika menemukan adanya pelanggaran.

Baca Selengkapnya

Ragam Respons Anggota Dewan soal Kenaikan Uang Kuliah Tunggal

2 hari lalu

Ragam Respons Anggota Dewan soal Kenaikan Uang Kuliah Tunggal

Sejumlah anggota dewan berikut ini memberikan respons terkait polemik kenaikan Uang Kuliah Tunggal di Sejumlah PTNBH.

Baca Selengkapnya

Politikus PKS Soroti Komitmen Konstitusi dalam Mengatasi Masalah Pendidikan

2 hari lalu

Politikus PKS Soroti Komitmen Konstitusi dalam Mengatasi Masalah Pendidikan

Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Mardani Ali menyoroti peran penting komitmen dan investasi negara dalam mengatasi masalah di sektor pendidikan.

Baca Selengkapnya

Beda Sikap Soal Peringatan Prabowo agar Oposisi Tak Ganggu Pemerintahannya

2 hari lalu

Beda Sikap Soal Peringatan Prabowo agar Oposisi Tak Ganggu Pemerintahannya

Ganjar berharap masyarakat sipil bisa ikut memberikan catatan kritis pada pemerintahan Prabowo nanti.

Baca Selengkapnya

PKS dan Golkar Sepakat Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024, Ini Alasannya

3 hari lalu

PKS dan Golkar Sepakat Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024, Ini Alasannya

Imam mengatakan pasangan Imam-Ririn untuk Pilkada Depok 2024 berencana melakukan deklarasi secepatnya.

Baca Selengkapnya

Prabowo Ingatkan agar Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS dan PPP Bilang Begini

4 hari lalu

Prabowo Ingatkan agar Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS dan PPP Bilang Begini

PPP menyinggung pengalaman Prabowo di luar pemerintahan sebagai oposisi selama 10 tahun.

Baca Selengkapnya