Bea Masuk Perlindungan, Pil Mujarab Penyembuh Industri Tekstil?

Reporter

Caesar Akbar

Editor

Rahma Tri

Kamis, 31 Oktober 2019 18:21 WIB

Pekerja menyelesaikan produksi kain sarung di Pabrik Tekstil Kawasan Industri Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat 4 Januari 2019. Kementerian Perindustrian menargetkan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) pada tahun 2019 mencapai 15 miliar dollar AS atau naik 11 persen dibandingkan target pada tahun 2018. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Apabila telah diterapkan, tarif bea masuk tambahan tersebut akan berlaku selama 200 hari sejak aturan diterbitkan. Setelah berlaku, sebelum masa berlaku 200 hari habis, beleid akan dievaluasi, apakah bakal dilanjutkan atau cukup untuk periode tertentu.

Hingga kini, pemerintah memang terus mematangkan rencana pengenaan tarif bea masuk tambahan untuk impor tekstil dan produk tekstil atau TPT. Dilansir dari Bisnis, Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Nasruddin Djoko Surjono mengatakan, Bea Masuk Tindak Pengamanan Sementara (BMTPS) akan diterapkan kepada 121 pos tarif produk TPT. Produk ini mencakup benang, kain, tirai maupun produk jadi TPT lainnya.

"Pemerintah telah mempertimbangkan untuk mengenakan BMTPS atas impor produk TPT. Saat ini sedang dilakukan pembahasan bersama industri hulu-hilir TPT," kata Nasruddin kepada Bisnis.com, Selasa 29 Oktober 2019.

Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menilai kebijakan untuk mengerem laju impor memang dibutuhkan. Hal itu diperlukan untuk memberikan ruang pemulihan bagi industri di dalam negeri.

Berdasarkan catatannya, industri TPT Indonesia sempat memasuki era kejayaannya pada tahun 1980-an. Perdagangan tekstil i pernah mencatatkan surplus hingga US$ 7,8 miliar pada 2001. Namun, situasi berbalik pada periode 2008-2018, dan berpotensi berlanjut hingga beberapa tahun mendatang. Pada 2008, surplus industri ini hanya menembus US$ 5,04 miliar dan pada 2018 sudah anjlok US$ 3,2 miliar. "Penyebab utamanya adalah gempuran tekstil impor yang berasal terutama dari Tiongkok," ujar Esther.

Meski demikian, ia mengingatkan agar penerapan tarif bea masuksafeguard dilakukan dengan hati-hati dan teliti. "Enggak bisa digebyah-uyah (disamaratakan), harus dipetakan. Ibarat sakit demam, demamnya apa?,” kata Esther.

Di samping itu, Esther menambahkan, kebijakan tersebut juga harus dibarengi dengan formula lain, misalnya, persetujuan impor TPT dengan pertimbangan dari kementerian teknis untuk kesesuaian volume dan jenis barang yang diimpor. Selain, pembenahan di Pusat Logistik Berikat mau tak mau juga harus dilakukan agae tidak disalahgunakan dan membuat impor semakin membanjir di Tanah Air.

Ridwan Kamil yang tengah susah payah membujuk industri tekstil bertahan di Jawa Barat pun senang dengan kebijakan safeguardini. Ia memastikan akan mendukung penerapannya. "Kalau saya mendukung apapun kebijakannya, karena setengah kebijakan gubernur itu mengamankan kebijakan pusat," ujar dia. Yang jelas, ia hanya ingin melihat industri tekstil di Jawa Barat dan seluruh Tanah Air bergairah lagi, entah dengan pil mujarab macam apa...

CAESAR AKBAR | VINDRY FLORENTIN

Berita terkait

Alasan Bey Triadi Machmudin Tolak Pinangan Demokrat Maju di Pilkada Jabar 2024

9 jam lalu

Alasan Bey Triadi Machmudin Tolak Pinangan Demokrat Maju di Pilkada Jabar 2024

Partai Demokrat menilai Bey Triadi Machmudin sebagai figur potensial untuk Pilkada Jabar 2024.

Baca Selengkapnya

Askolani Paparkan Peran Bea Cukai bagi Perekonomian di Tengah Kisruh Barang Impor

10 jam lalu

Askolani Paparkan Peran Bea Cukai bagi Perekonomian di Tengah Kisruh Barang Impor

Askolani memaparkan bagaimana capaian pengawasan dan penindakan dilakukan oleh lembaganya selama ini.

Baca Selengkapnya

Ridwan Kamil Diberi 2 Surat Tugas Maju di Pilkada 2024, Airlangga: Dia Menjanjikan

10 jam lalu

Ridwan Kamil Diberi 2 Surat Tugas Maju di Pilkada 2024, Airlangga: Dia Menjanjikan

Partai Golkar memberi dua surat tugas kepada Ridwan Kamil untuk maju dalam Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Profil dan Kekayaan Pejabat Bea Cukai yang Sedang Disorot Imbas Penindakan Barang Impor

11 jam lalu

Profil dan Kekayaan Pejabat Bea Cukai yang Sedang Disorot Imbas Penindakan Barang Impor

Askolani dilantik menjadi Dirjen Bea Cukai oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada Maret 2021.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Lapor Perkara Bea Cukai ke Jokowi di Istana, Janji Lakukan Perbaikan

14 jam lalu

Sri Mulyani Lapor Perkara Bea Cukai ke Jokowi di Istana, Janji Lakukan Perbaikan

Sri Mulyani juga menyampaikan tantangan Bea Cukai di era pesatnya perkembangan teknologi.

Baca Selengkapnya

Pilkada DKI, Deretan Nama-Nama Baru hingga Peluang Ridwan Kamil

16 jam lalu

Pilkada DKI, Deretan Nama-Nama Baru hingga Peluang Ridwan Kamil

Belakangan tersorot nama-nama baru, ada Dharma Pongrekun dan Haris Azhar

Baca Selengkapnya

Eko Patrio Sebut PAN Siapkan Kader Terbaik untuk Pilkada Jakarta, Siapa Saja?

22 jam lalu

Eko Patrio Sebut PAN Siapkan Kader Terbaik untuk Pilkada Jakarta, Siapa Saja?

Eko Patrio mengakui PAN juga mengusulkan namanya untuk maju di Pilkada Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hasto PDIP Sebut 3 Nama untuk Pilkada jabar 2024 Salah Satunya Ridwan Kamil, Ini Jejak Politiknya

1 hari lalu

Hasto PDIP Sebut 3 Nama untuk Pilkada jabar 2024 Salah Satunya Ridwan Kamil, Ini Jejak Politiknya

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyebut 3 nama berpeluang diusung partainya di Pilkada Jabar 2024, salah satunya Ridwan Kamil. Ini langkah politiknya.

Baca Selengkapnya

Tidak Cukup Sri Mulyani, Jokowi akan Turun Tangan Selesaikan Persoalan Bea Cukai

1 hari lalu

Tidak Cukup Sri Mulyani, Jokowi akan Turun Tangan Selesaikan Persoalan Bea Cukai

Bea Cukai terus menuai kecaman publik karena dianggap berkinerja buruk. Sri Mulyani belum berhasil menangani. Kini Jokowi turun tangan.

Baca Selengkapnya

Tingkat Perekonomian Indonesia Turun, Ada Dampak dari Perlambatan di Cina

1 hari lalu

Tingkat Perekonomian Indonesia Turun, Ada Dampak dari Perlambatan di Cina

Perlambatan perekonomian di Cina memberi dampak ke Indonesia. Sebab sasaran pasar terbesar untuk kegiatan ekspor komoditas alam berada di Cina

Baca Selengkapnya