Pegiat HAM Kritik Cara Jokowi Menyelesaikan Konflik di Papua

Reporter

Tempo.co

Selasa, 29 Oktober 2019 05:57 WIB

Sejumlah polisi berpatroli keliling Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Sabtu, 12 September 2019. Patroli rutin tersebut untuk memberi rasa aman warga pascaaksi unjuk rasa yang berujung anarkis pada 23 September 2019 lalu. ANTARA/M Risyal Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pegiat hak asasi manusia (HAM) menilai upaya penyelesaian kasus pelanggaran hak asasi manusia dan di Papua tersandera oleh pandangan yang berbeda dari politik Jakarta. Komisioner Pengkajian dan Penelitian Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Mohammad Choirul Anam, mengatakan pandangan itu terkait pengaturan keamanan dan isu separatisme.

“Apakah pernyataan Presiden saat ini akan terwujud, saya tidak yakin, karena pada medio yang sama di periode awal pemerintahannya, Presiden berjanji untuk menyelesaikan kasus Pania, tetapi belum ada hasil sampai saat ini,” kata Choirul, Senin, 29 September 2019.

Choirul melihat pemerintah pemerintah belum menunjukkan niat yang serius dalam menyelesaikan konflik di Papua. Hal itu diperjelas dengan belum adanya upaya signifikan dalam mengurangi kekerasan yang terjadi di Bumi Cendrawasih. “Keseriusan pemerintah dapat dilihat jika ada tim penyidik Jaksa Agung yang mulai bekerja dalam pelanggaran berat HAM,” ujarnya.

Direktur Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, mengatakan mereka khawatir apabila ada kecenderungan untuk menyamaratakan situasi hak asasi manusia di Papua. Misalnya, kata Usman, seolah-olah sumber utama masalah di Papua adalah separatisme dan semua aspirasi tuntutan referendum sama dengan separatisme bersenjata.

Menurut dia, dua cara pandang tersebut kerap dipakai sebagai dalih untuk menggunakan pendekatan kekerasan dan membenarkan kekerasan serta pelanggaran hak asasi manusia. Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Mahfud Md, kata Usman, juga turut mengatakan bahwa separatisme lebih buruk dari radikalisme. Usman melihat pernyataan itu hanya akan memperuncing konflik.

Advertising
Advertising

Peneliti Tim Kajian Papua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Aisah Putri Budiarti menilai pendekatan infrastruktur yang kerap dilakukan Pemerintahan Joko Widodo atau Jokowi di Papua tak menjadi solusi penyelesaian konflik. Ia menilai pendekatan ini terlalu parsial untuk menjadi satu-satunya solusi.

"Pembangunan infrastruktur terbukti belum menyelesaikan soal dalam lima tahun terakhir. Sebagai contoh, pada akhir masa pemerintahan Jokowi periode 1 kemarin justru terlihat konflik mengalami eskalasi akibat problem stigma dan diskriminasi," ujar Aisah saat dihubungi Tempo, Senin, 28 Oktober 2019.

Aisah mengatakan konflik yang terjadi pada Agustus hingga September, menandakan pembangunan ekonomi saja tak bisa menyelesaikan isu rasial dan diskriminasi yang terjadi terhadap orang Papua. Jika pendekatan parsial seperti ini berulang di periode kedua, Aisah sangsi problem di Papua akan selesai.

"Pemerintah tidak bisa bekerja secara parsial dengan fokus pada hanya pembangunan ekonomi saja, sementara isu sosial politiknya diabaikan atau ditunda-tunda diselesaikan," kata Aisah.

Sayangnya, Aisah menilai cara ini masih digunakan juga oleh Presiden Joko Widodo untuk menyelesaikan masalah di Papua. Dalam pidato saat pelantikan pada awal Oktober, Jokowi ia nilai masih memperlihatkan orientasinya yang lebih pada aspek pembangunan ekonomi. "Saya kira pemerintah perlu melakukan terobosan untuk melakukan penyelesaian problem di Papua secara holistik," kata Aisah.

Ia menyebut paling tidak ada empat akar masalah Papua yang disampaikan oleh LIPI. Keempatnya itu meliput,: status politik dan sejarah integrasi masuknya Papua ke Indonesia, kegagalan pembangunan, dugaan pelanggaran HAM, dan diskriminasi-stigma.

Seharusnya, Aisah menilai upaya pemerintah yang paling strategis untuk dilakukan adalah menjalankan secara serius komitmen dialog. Langkah ini sempat dilakukan di awal periode pertama Jokowi.

Saat itu, Jokowi menunjuk 3 penanggung jawab, yakni mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, eks Kepala Staf Presiden Teten Masduki, dan Pater Neles Tebay. "Dialog ini akan menjadi jalan penyelesaian konflik di Papua secara bermartabat," kata dia.

Sementara itu, Presiden Jokowi mengatakan masih akan terus memprioritaskan pembangunan infrastruktur di Papua dan Papua Barat selama lima tahun ke depan.

Ketika kunjungannya ke Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, Ahad, 27 Oktober 2019, Jokowi berjanji akan menuntaskan pembangunan infrastruktur dengan memulai membuat akses jalan, diikuti dengan infrastruktur lainnya. "Yang akan saya prioritaskan adalah akses jalan untuk segera diaspal, sementara bandara saya minta waktu dua tahun untuk evaluasi, dan alhamdulillah bisa diselesaikan dalam waktu tersebut,” katanya di hadapan ribuan warga Pegunungan Arfak.



Berita terkait

Jokowi soal Rencana Pemberian Insentif Mobil Listrik: Masih Dibicarakan

17 menit lalu

Jokowi soal Rencana Pemberian Insentif Mobil Listrik: Masih Dibicarakan

Presiden Joko Widodo alias Jokowi buka suara soal kelanjutan rencana pemerintah memberi insentif untuk mobil hybrid.

Baca Selengkapnya

Nadiem Berterima Kasih ke Jokowi atas Dukungan terhadap Merdeka Belajar

23 menit lalu

Nadiem Berterima Kasih ke Jokowi atas Dukungan terhadap Merdeka Belajar

Nadiem mengatakan, semua keberhasilan gerakan Merdeka Belajar selama ini berkat dukungan dan arahan dari Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Kapasitas Produksi Motor Listrik di RI 1,6 Juta Unit, Baru Tercapai 100 Ribu Unit

29 menit lalu

Jokowi Sebut Kapasitas Produksi Motor Listrik di RI 1,6 Juta Unit, Baru Tercapai 100 Ribu Unit

Presiden Jokowi menyebut Indonesia memiliki peluang pasar yang besar untuk mengembangkan ekosistem kendaraan motor listrik. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Jokowi Respons Positif soal Wacana Presidential Club, Berharap Bisa Dilakukan Setiap 2 Hari Sekali

1 jam lalu

Jokowi Respons Positif soal Wacana Presidential Club, Berharap Bisa Dilakukan Setiap 2 Hari Sekali

Jokowi merespons positif wacana Presidential Club yang digagas Presiden terpilih Prabowo Subianto

Baca Selengkapnya

Jokowi Tegaskan Penyusunan Kabinet Baru Hak Prerogatif Prabowo: Kalau Usul-usul Boleh

1 jam lalu

Jokowi Tegaskan Penyusunan Kabinet Baru Hak Prerogatif Prabowo: Kalau Usul-usul Boleh

Jokowi menegaskan susunan kabinet pada pemerintahan mendatang merupakan hak prerogatif Presiden Terpilih dalam hal ini Prabowo

Baca Selengkapnya

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

2 jam lalu

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

Ketua KPU Hasyim Asy'ari mengakui sistem noken pada pemilu 2024 agak aneh. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang Bakal Direlokasi ke Bolaang Mongondow

2 jam lalu

Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang Bakal Direlokasi ke Bolaang Mongondow

Kementerian PUPR bakal merelokasi merelokasi warga terdampak erupsi Gunung Ruang di Sulawesi Utara.

Baca Selengkapnya

Prabowo Bakal Bentuk Presidential Club, Megawati, SBY dan Jokowi Masuk di Dalamnya

3 jam lalu

Prabowo Bakal Bentuk Presidential Club, Megawati, SBY dan Jokowi Masuk di Dalamnya

Prabowo disebut akan membentuk Presidential Club yang menjadi wadah pertemuan mantan presiden.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

5 jam lalu

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

Komnas HAM Papua berharap petugas keamanan tambahan benar-benar memahami kultur dan struktur sosial di masyarakat Papua.

Baca Selengkapnya

Jokowi Instruksikan Pendataan dan Relokasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang

5 jam lalu

Jokowi Instruksikan Pendataan dan Relokasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang

Jokowi meminta pendataan penduduk terdampak erupsi Gunung Ruang dan persiapan tempat relokasi

Baca Selengkapnya