Carrie Lam Terjebak antara Beijing dan Hong Kong, Undur Diri?

Selasa, 3 September 2019 15:40 WIB

Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam menghadiri konferensi pers di Hong Kong, Cina, 18 Juni 2019.[REUTERS / Tyrone Siu]

TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin eksekutif Hong Kong, Carrie Lam Cheng Yuet-ngor memikul beban berat antara kewajibannya mempertahankan kedaulatan Cina di Hong Kong dan penolakan warga Hong Kong terhadap kekuasaan Cina yang ditunjukkan dengan telanjang lewat unjuk rasa selama sekitar 6 bulan.

Sejak unjuk rasa besar-besaran di Hong Kong pecah yang dipicu pembahasan Rancangan Undang-Undang Ekstradisi ke Cina bagi pelaku pelanggaran hukum, Lam sudah didesak untuk mundur oleh para demonstran. Namun Lam yang menjabat sebagai pemimpin Hong Kong setelah mendapatkan suarat terbanyak dalam pemilihan di Beijing pada Maret tahun 2017 tidak merespons desakan untuk mundur.

Lam pun hampir tak pernah menyinggung tuntutan mundur para pengunjuk rasa.

Lam memegang janjinya kepada Presiden Xi Jinping saat keduanya bertemu di Beijing setelah Lam menerima surat penunjukan resmi sebagai pemimpin Hong Kong pada 11 April 2017. Xi saat itu mengingatkan dirinya tentang tanggung jawabnya yang berat untuk menyelesaikan konflik dan akan menghadapi sejumlah tantangan .

Xi menegaskan sekaligus mengingatkan Lam, Cina bertekad mempertahankan sistem satu negara dua sistem di Hong Kong.

Advertising
Advertising

"Sebagai pemimpin eksekutif baru, anda memiliki tanggung jawab besar," kata Xi kepada Lam sebagaimana diberitakan South China Morning Post, 17 Apri 2017.

Xi untuk pertama kali berbicara terbuka mengenai Hong Kong.

Pemimpin eksekutif Hong Kong Carrie Lam bertemu Presiden Cina Xi Jinping pada April 2017. [SOUTH CHINA MORNING POST]

Berbeda dengan presiden Cina sebelumnya yang menekankan tentang memajukan demokrasi, Xi saat bertemu Lam tidak menyinggung sama sekali tentang memajukan demokrasi di Hong Kong, tapi meminta Lam hanya mengembangkan ekonomi dan menyatukan seluruh sektor masyarakat untuk membawa kota itu ke level yang baru.

Unjuk rasa yang akhir Juli lalu berubah anarkis hingga sempat melumpuhkan penerbangan dan lebih dari itu jatuhnya korban jiwa, tak kunjung mengubah pendirian Lam untuk mundur.

Sebuah rekaman pembicaraan Lam menyinggung pengunduran dirinya dengan sejumlah pengusaha pekan lalu bocor dan dimuat oleh Reuters, 2 September 2019

Di acara yang tertutup oleh pers, Lam mengungkapkan bahwa dia telah menyebabkan malapetaka yang termaafkan dengan memicu krisis politik di Hong Kong. Lam pun menyatakan ingin mundur jika dia punya pilihan.

"Andai saya punya pilihan, yang pertama adalah berhenti, setelah meminta maaf sedalam-dalamnya," kata Lam dalam rekaman yang bocor berdurasi 24 menit.

Hanya beberapa jam setelah berita rekaman itu beredar di media, Lam mengadakan konferensi pers untuk memprotes bocoran rekaman yang disebutnya tak dapat diterima.

Dia bahkan mengatakan tidak pernah membahas pengunduran dirinya dengan Beijing.

Menurut laporan China Daily, Lam mengatakan, dirinya hanya berusaha menjelaskan tentang pilihan berhenti itu sebagai seorang individu saat mendapat tekanan sangat sulit.

"Dalam sesi pribadi, saya hanya berusaha menjelaskan, sebagai individu, mengingat keadaan yang sangat sulit, pengunduran diri mungkin jadi pilihan mudah untuk dibuat. Namun saya mengatakan kepada diri saya berulang kali dalam beberapa bulan terakhir bahwa saya dan tim saya harus tetap membantu Hong Kong dalam situasi yang sangat sulit dan melayani warga Hong Kong. Itu tetap pendirian saya," kata Lam.

Beijing telah mempercayakan Lam untuk menyelesaikan masalah Hong Kong. Menurut pemimpin perempuan pertama Hong Kong ini Beijing pun tidak memberi batas waktu penyelesaian itu harus dicapai.

Sejauh ini, Cina juga tidak menunjukkan reaksi untuk mengirimkan pasukan militernya untuk menghentikan unjuk rasa. Meski pasukan anti huru hara telah bersiap di Shenzhen, kota yang berbatasan dengan Hong Kong.

Menurut Lam, Beijing menyadari potensi bahaya terhadap reputasi Cina di dunia jika mengirimkan pasukan militer ke Hong Kong.

"Mereka tahu bahwa harganya terlalu mahal untuk dibayar. Mereka menjaga profil internasional negara ini," ujar Lam, seperti dilansir dari Al Jazeera.

Alasan ini kemungkinan yang membuat Carrie Lam masih punya keberanian dan keyakinan untuk menyelesaikan masalah Hong Kong sekalipun opsi berhenti atau mundur, secara pribadi, sempat terpikir juga olehnya.

Berita terkait

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

40 menit lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

3 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

19 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

2 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya