Pemerintah Cina Bakal Ulangi Tragedi Tiannanmen di Hong Kong?

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Selasa, 13 Agustus 2019 13:51 WIB

Militer Cina di Hong Kong.[CNN]

TEMPO.CO, Hong Kong – Pemerintah Cina meningkatkan tekanan terhadap para pengunjuk rasa pro-Demokrasi di Hong Kong dengan menyebut sebagian mereka terkait dengan tindakan terorisme.

“Demonstran radikal Hong Kong telah berulang kali menggunakan alat yang sangat berbahaya untuk menyerang petugas polisi. Ini merupakan tindakan kejahatan serius. Ini juga menunjukkan tanda-tanda awal munculnya terorisme,” kata Yang Guang, juru bicara Kantor Urusan Hong Kong dan Makau dari Dewan Negara Cina seperti dilansir Channel News Asia pada Selasa, 13 Agustus 2019.

Saat jumpa pers di Beijing, Cina, Yang mengatakan tindakan para pengunjuk rasa telah melanggar undang-undang dan ketertiban di Hong Kong.

Yang menyebut ada segelintir pengunjuk rasa yang berperilaku brutal dan berupaya menantang stabilitas dan kesejahteraan Hong Kong.

Pernyataan keras Yang ini muncul setelah sehari sebelumnya aksi unjuk rasa besar-besaran kembali digelar di sejumlah lokasi di Hong Kong termasuk di bandara internasional di sana.

Advertising
Advertising

Polisi dan pengunjuk rasa terlibat bentrok fisik dengan pengunjuk rasa menyemprotkan pemadam api, air keran hingga batu kepada petugas. Polisi membalas dengan menembakkan gas air mata, peluru karet hingga water cannon, yang mulai digunakan pada Senin waktu setempat.

Reuters

Pemerintah Cina juga mulai menunjukkan gigi dengan mengerahkan pasukan polisi bersenjata ke Kota Shenzen, yang merupakan pusat industri software dan hardware di Cina.

Rombongan truk polisi terlihat melakukan konvoi dalam video yang ditayangkan oleh media Global Times pada akhir pekan lalu.

Satu dua pekan sebelumnya, tentara Pembebasan Rakyat Cina atau PLA, yang bermarkas di Hong Kong, juga sempat merilis video yang menunjukkan latihan penanganan unjuk rasa.

Sejumlah pengamat merasa khawatir Cina akan melakukan tindakan keras untuk meredam gerakan pro-Demokrasi di Hong Kong, yang semakin membesar ini.

Gerakan yang berbentuk unjuk rasa ini awalnya menolak amandemen legislasi ekstradisi, yang memungkinkan warga diekstradisi ke Cina jika dianggap melanggar hukum di sana.

Belakangan, unjuk rasa ini meluas menjadi desakan penerapan demokrasi secara utuh di wilayah bekas koloni Inggris ini, yang dikembalikan ke Cina pada 1997 dengan kesepakatan satu negara dua sistem. Ini artinya, Cina menganut sistem komunis sedangkan Hong Kong menganut sistem demokrasi.

Mengenai sikap Beijing ini, analis politik Ben Bland dari Lowy Institute di Sydney, Australia, mengatakan pemerintah Cina berupaya menakut-nakuti warga Hong Kong.

“Beijing berupaya menggunakan ancaman untuk mengirim PLA atau intervensi langsung, mencoba menakut-nakuti pengunjuk rasa,” kata Bland seperti dilansir Channel News Asia.

Bland melanjutkan,”Jika melihat risiko operasional yang tinggi dan risiko ekonomi dan reputasi Cina, maka mengirim PLA akan menjadi langkah yang berbahaya.

Pemerintah Cina dikenal dengan sikap keras terhadap unjuk rasa seperti yang terjadi pada 1989 saat pengunjuk rasa pro-Demokrasi di Beijing menggelar aksi besar-besaran di Lapangan Tiananmen.

Pemerintah Cina mengirim tentara dan tank untuk membubarkan massa sehingga banyak jatuh korban jiwa. Buntut dari peristiwa ini adalah Cina mengalami stagnasi ekonomi selama dua tahun karena dikucilkan dunia internasional.

Menurut undang-undang yang berlaku, pasukan PLA di Hong Kong tidak boleh mencampuri urusan domestik di sana. Namun, pemerintah Hong Kong bisa meminta bantuan pengamanan untuk menjaga ketertiban publik.

Menurut analis Wu Qiang, yang pernah mengajar di Tshinghua University, pemerintah Cina belajar dari kesalahan 1989. Ini dilakukan dengan mempelajari cara-cara polisi di Eropa dan AS.

“Bagian terbesar dari ini adalah pertukaran informasi soal cara menangani unjuk rasa politik yang rusuh dengan unjuk rasa damai,” kata Wu.

Namun, Wu meragukan pasukan Cina mampu menangani unjuk rasa di Hong Kong dengan baik. “Rezim Cina tidak punya pengalaman cara mengatasi kerusuhan di masyarakat yang bebas,” kata dia.

Berita terkait

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

18 jam lalu

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

Analis teknologi memperkirakan Xiaomi 15 bakal menyerupai generasi sebelumnya ihwal jadwal rilis dan tenggat distribusi.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

19 jam lalu

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

Faisal Basri menyebut industrialisasi nikel lebih memberikan keuntungan kepada investor asing tanpa memerhatikan kerugian bagi Indonesia

Baca Selengkapnya

Turun di Partai Ketiga Final Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Tak Mau Jadi Penentu Kekalahan Indonesia Lawan Cina

1 hari lalu

Turun di Partai Ketiga Final Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Tak Mau Jadi Penentu Kekalahan Indonesia Lawan Cina

Jonatan Christie menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang memetik poin saat kalah lawan Cina 1-3 di final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Thomas 2024: Fikri / Bagas Kalah, Indonesia Gagal Juara

1 hari lalu

Hasil Final Piala Thomas 2024: Fikri / Bagas Kalah, Indonesia Gagal Juara

Indonesia harus mengakui keunggulan Cina dengan agregat skor 1-3 dalam partai final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Thomas 2024: Jonatan Christie Perpanjang Napas Indonesia atas Cina di Final, Skor Sementara 1-2

1 hari lalu

Hasil Final Piala Thomas 2024: Jonatan Christie Perpanjang Napas Indonesia atas Cina di Final, Skor Sementara 1-2

Jonatan Christie mampu menyudahi perlawanan sengit Li Shi Feng dalam duel tiga game di laga ketiga final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Dikalahkan Liang / Wang di Final Piala Thomas 2024, Fajar / Rian Sebut Lawan Main Lebih Berani dan Cerdik

1 hari lalu

Dikalahkan Liang / Wang di Final Piala Thomas 2024, Fajar / Rian Sebut Lawan Main Lebih Berani dan Cerdik

Fajar / Rian mengungkapkan keunggulan lawan yang membuat mereka kalah di pertandingan final Piala Thomas 2024, Minggu, 5 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Destinasi Wisata di Chengdu yang jadi Tuan Rumah Piala Thomas dan Uber 2024

1 hari lalu

Destinasi Wisata di Chengdu yang jadi Tuan Rumah Piala Thomas dan Uber 2024

Salah satu destinasi wisata utama untuk dikunjungi adalah Pasar Malam Chengdu.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Thomas 2024: Liang / Wang Tekuk Fajar / Rian, Indonesia Tertinggal 0-2 dari Cina

1 hari lalu

Hasil Piala Thomas 2024: Liang / Wang Tekuk Fajar / Rian, Indonesia Tertinggal 0-2 dari Cina

Fajar / Rian gagal menyamakan kedudukan untuk Indonesia usai dikalahkan pasangan Cina Liang / Wang pada final Piala Thomas 2024 lewat tiga game.

Baca Selengkapnya

Gagal Sumbang Poin di Final Piala Thomas 2024, Anthony Sinisuka Ginting Tak Bisa Keluar dari Tekanan Shi Yu Qi

1 hari lalu

Gagal Sumbang Poin di Final Piala Thomas 2024, Anthony Sinisuka Ginting Tak Bisa Keluar dari Tekanan Shi Yu Qi

Anthony Sinisuka Ginting mengungkapkan penyebab kekalahannya atas Shi Yu Qi di final Piala Thomas 2024 saat Indonesia menghadapi Cina.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Dibungkam Shi Yu Qi, Indonesia Teringgal 0-1 dari Cina

1 hari lalu

Hasil Final Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Dibungkam Shi Yu Qi, Indonesia Teringgal 0-1 dari Cina

Anthony Sinisuka Ginting tak mampu berbuat banyak dalam laga perdana final Piala Thomas 2024 melawan tunggal pertama Cina, Shi Yu Qi.

Baca Selengkapnya