Menimbang Peluang Penurunan Suku Bunga Bank Indonesia

Kamis, 8 Agustus 2019 16:07 WIB

Petugas menyiapkan uang baru pada layanan kas keliling Bank Indonesia di Lapangan Sangkareang, Mataram, NTB, Kamis, 16 Mei 2019. Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTB menyediakan Rp 1,4 triliun pecahan Rp 100 ribu, Rp 1,25 triliun pecahan Rp 50 ribu, Rp 77 miliar pecahan Rp 20 ribu dan Rp 69 miliar pecahan Rp 10 ribu, juga Rp 49 miliar pecahan Rp 5.000, Rp 22 miliar pecahan Rp 2.000, Rp 1 miliar pecahan Rp 1.000, dan selebihnya Rp 1 Miliar uang logam pecahan Rp 1.000. ANTARA/Ahmad Subaidi

TEMPO.CO, Jakarta - Peluang Bank Indonesia menurunkan kembali suku bunga acuan menjadi tinggi. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan arah strategi operasi moneter memastikan ketersediaan likuiditas di pasar uang dan memperkuat transmisi kebijakan moneter yang akomodatif.

“Ke depan, ruang untuk penurunan suku bunga itu masih terbuka,” kata Onny saat ditemui di Palembang, seperti dilansir Bisnis.com, Kamis 8 Agustus 2019.

Citibank, kata Chief Executive Officer Citibank N.A. Indonesia Batara Sianturi, belum melakukan perubahan suku bunga. “Karena penurunan suku bunga BI itu baru 2 minggu lalu, kami belum lihat ada pergerakan yang cukup besar untuk langsung meresponsnya, biasanya efeknya akan secara bertahap nanti memengaruhi tingkat deposito perbankan. Kami belum dapat indikasi firm tentang market direction karena penurunan suku bunga oleh BI,” kata Batara.

PT Bank CIMB Niaga Tbk. menyatakan ruang pemangkasan bunga kredit cukup terbuka, khususnya segmen konsumer seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Mobil (KPM) yang berkaitan langsung dengan kebutuhan ritel masyarakat.

Menurut Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan, turunnya bunga kebijakan BI akan berdampak pada penurunan tingkat biaya dana. Hal ini akan membuat seluruh produk lending baik yang ritel maupun non ritel bisa ditawarkan kepada masyarakat dengan harga yang tidak terlalu mahal atau terjangkau.

Advertising
Advertising

“Begitu suku bunga BI turun, kami akan sesuaikan dengan cost of fund. Lalu kalau suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) turun, otomatis suku bunga kredit khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR) akan bisa turun,” katanya.

Bank Mandiri juga berencana menurunkan suku bunga kredit. Suku bunga kredit yang bakal lebih cepat turun antara lain suku bunga kredit konsumer, seperti Kredit Perumahan Rakyat dan kredit otomotif.

"Penurunan suku bunga itu akan dilakukan bertahap antara 25 hingga 50 basis poin," ujar Hery Gunardi Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri.

<!--more-->

Langkah penurunan itu sesuai dengan permintaan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) agar suku bunga kredit bisa diturunkan hingga mencapai 7 persen. Hery mengatakan sejatinya suku bunga kredit Bank Mandiri sudah ada yang mencapai di bawah nilai tersebut, misalnya kredit mobil yang sekitar 6 persen dan KPR untuk pengembang tier 1 yang bunganya 6-6,5 persen.

Namun, Hery mengatakan suku bunga yang mesti lebih dulu turun adalah suku bunga dana. Yang termasuk ke dalam dana adalah tabungan, deposito dan giro. "Kalau deposito kan time deposit, tunggu kalau dia udah turun, begitu perpanjangan, bunganya ikut turun nanti baru menyesuaikan kreditnya," kata dia.

JK meminta perbankan untuk segera menyesuaikan suku bunga kredit pascapenurunan suku bunga acuan Bank Indonesia 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poins (bps) pada Juli lalu.

JK menilai bisnis bank tidak hanya bergantung dari besarnya tingkat suku bunga. “Kalau [bank] hanya mengharapkan pendapatan dari bunga, sementara bunga deposito tinggi, maka cost yang dikeluarkan akan tinggi,” tuturnya.

Pemerintah, kata JK, akan terus meminta Bank Sentral untuk menurunkan kembali suku bunga acuan secara bertahap. “Teori sederhana di ekonomi, kalau bunga rendah, investasi tinggi. Kalau bunga tinggi, bagaimana orang mau berinvestasi?”

Wakil Presiden Jusuf Kalla melakukan sesi wawancara di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, 23 Juli 2019. Tempo/Friski Riana

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menyarankan agar Bank Indonesia (BI) menurunkan kembali suku bunga acuannya di tahun ini.

Menurutnya, penurunan suku bunga acuan sejalan dengan arah kebijakan BI yang kini cenderung melonggar serta bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang juga sudah memangkas suku bunga acuannya beberapa waktu lalu.

“Menurut saya tidak ada alasan lagi BI pertahankan suku bunga di 5,75 persen. Saya kira harus turunkan lagi,” katanya saat ditemui di Jakarta.

Tauhid mengatakan dengan kebijakan BI yang cenderung melonggar diharapkan dapat meningkatkan laju investasi dan sektor ekspor. BI juga tetap harus menjaga pertumbuhan inflasi agar perbankan dapat ikut melonggarkan kebijakan melalui penurunan suku bunga masing-masing.

“Bank mau ikut turunkan suku bunga kalau inflasi kita terjaga tetap rendah karena bank kan juga butuh waktu untuk turun, 3 sampai 4 bulan baru dirasakan,” katanya.

Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan BI masih akan menerapkan kebijakan yang bersifat akomodatif karena menyesuaikan dengan ketidakpastian perekonomian global sekaligus menjaga stabilitas ekonomi di domestik. Oleh karena itu, BI akan melonggarkan berbagai kebijakannya.

CAESAR AKBAR | ANTARA | BISNIS

Berita terkait

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

6 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

8 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

21 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

3 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya