Hong Kong di Ambang Resesi, Demonstrasi Berlanjut

Selasa, 6 Agustus 2019 14:25 WIB

Ribuan pegawai negeri sipil (PNS) menggelar aksi protes di Hong Kong, Cina, 2 Agustus 2019. Ribuan PNS ikut turun ke jalan untuk memprotes RUU Ekstradisi. REUTERS/Tyrone Siu

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala keuangan Hong Kong, Paul Chan Mo-po risau menyaksikan tanda-tanda kota semi-otonomi Cina itu akan terperosok ke dalam resesi jika demonstrasi dan tindak kekerasan, termasuk vandalisme terus berlanjut.

Aksi unjuk rasa besar-besaran di Hong Kong sudah sekitar 3 bulan lamanya. Demonstrasi yang awalnya damai, sejak akhir Juli lalu berubah menjadi anarkis bahkan pekan lalu diwarnai dengan aksi robek dan buang bendera nasional Cina ke laut.

Perekonomian Hong Kong paling menderita dari aksi unjuk rasa yang dipicu dengan pembahasan Rancangan Undang-Undang ekstradisi Cina. Kota ini di ambang lumpuh.

Lebih dari 200 penerbangan membatalkan penerbangan mereka, komuter kacau, jalan-jalan macet, dan pelayanan publik terganggu akibat ribuan orang berunjuk rasa. Inilah unjuk rasa terbesar yang pernah terjadi di Hong Kong dalam beberapa dekade untuk memprotes pemerintah tentang RUU Ekstradisi.

Menurut catatan Chan, biaya atau kerugian yang timbul dari unjuk rasa ini meningkat tajam, dari awalnya berkisar 300 juta dollar Hong Kong atau setara Rp 542,5 miliar, maka sekarang mencapai 2,6 miliar dollar Hong Kong atau setara Rp 4,7 triliun.

Advertising
Advertising

"Perekonomian Hong Kong menghadapi situasi yang sangat sulit," kata Chan, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post, 5 Agustus 2019.

Situasi Hong Kong sangat sulit karena, menurut Chan, Cina berhadapan dengan Amerika Serikat dalam perang dagang, dan bersamaan itu menghadapi tantangan dari dalam, yakni unjuk rasa besar-besaran di Hong Kong.

Hanya dalam tempo 2 bulan unjuk rasa secara besar-besaran membuat Hong Kong kacau balau. Sejumlah toko dan pedagang ritel menderita parah dan terpaksa secepatnya menutup toko mereka.

Pertumbuhan ekonomi Hong Kong pun tercatat 0.6 persen year-on-year di kuartal kedua tahun 2019. Namun pada perbandingan kuartal ke kuartal yang disesuaikan, GDP Hong Kong sebenarnya telah menurun sebesar 0,3 persen.

"Dalam kata lain, perekonomian Hong Kong kehilangan momentumnya. Hal itu secara teknis akan jatuh ke dalam resesi ekonomi jika pertumbuhan negatif berlanjut dalam kuartal ketiga," ujar Chan.

Atas data-data perekonomian itu, Chan mendesak warga Hong Kong untuk mempertimbangkan dampak dari unjuk rasa mereka.

"Saya berharap masyarakat akan berpikir dua kali atas aksi yang mereka lakukan," kata Chan.

Menurut Direktur ACE Centre for Business and Economic Research, Andy Kwan Cheuk-chiu, jika pemerintah bertekad menyelesaikan krisis politik saat ini dengan mengatasi keluhan dan tuntutan pengunjuk rasa, maka perekonomian Hong Kong dengan mudah pulih.

"Kelambanan pemerintah telah memperburuk krisis kepercayaan investor yang boleh jadi mulai memindahkan investasi mereka ke tempat lain. Ini akan menjadi pukulan bagi Hong Kong sebagai pusat keuangan internasional," kata Andy.

Suara lebih keras disuarakan Iris Pang, ahli ekonomi ING Greater kepada para pengunjuk rasa bahwa demonstrasi mereka telah berdampak pada sektor penjualan ritel, sehingga mereka menderita akibat krisis ini.

Pang meminta para demonstran mempertimbangkan konsekwensi ekonomi sebelum mengambil tindakan drastis.

Dia pun menyarankan pengunjuk rasa menjawab 2 hal ini sebelum berunjuk rasa: apakah gerakan ini berakar dari pola pikir yang benar, dan apakah unjuk rasa itu mempengaruhi mata pencarian orang."

"Di Hong Kong, memecahkan mangkok nasi orang tidak akan dimaafkan," kata Pang.

Pengunjuk rasa di Hong Kong belum memberikan sinyal mengakhiri aksinya. Selain itu, tantangan mereka tidak hanya ancaman resesi ekonomi, tapi juga munculnya warga Hong Kong pro Cina__ pelajar, pebisni, dan selebritas__ yang secara terang-terangan menunjukkan semangat patriotismenya setelah pengunjuk rasa merobek dan membuang bendera ke laut akhir pekan lalu.

Berita terkait

Rekap Hasil Thailand Open 2024: Tuan Rumah Juara Umum dengan 2 Gelar, Wakil Indonesia Jadi Runner-up

39 menit lalu

Rekap Hasil Thailand Open 2024: Tuan Rumah Juara Umum dengan 2 Gelar, Wakil Indonesia Jadi Runner-up

Tuan rumah jadi juara umum dengan dua gelar di Thailand Open 2024, tiga gelar lainnya diraih Cina, India, dan Malaysia.

Baca Selengkapnya

69 Tahun Chow Yun Fat, si "Dewa Judi" yang Selalu Klimis

16 jam lalu

69 Tahun Chow Yun Fat, si "Dewa Judi" yang Selalu Klimis

Aktor Chow Yun Fat akan berulang tahun ke 69 pada 18 Mei 2024. Berikut profilnya.

Baca Selengkapnya

Ajudan Klaim Pembicaraan Vladimir Putin dan Xi Jinping Sangat Sukses

20 jam lalu

Ajudan Klaim Pembicaraan Vladimir Putin dan Xi Jinping Sangat Sukses

Seorang ajudan dari Pemerintah Rusia mengklaim Vladimir Putin dan Xi Jinping bertemu dalam "suasana hati yang sedang baik" di Beijing.

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

3 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

3 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Cina kepada Pemimpin terpilih Taiwan: Pilih Damai atau Perang

4 hari lalu

Cina kepada Pemimpin terpilih Taiwan: Pilih Damai atau Perang

Cina menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri, namun Taiwan bersikeras pihaknya sudah memiliki pemerintahan independen sejak 1949.

Baca Selengkapnya

Kalah dari Cina, Biden Naikkan Tarif Impor Termasuk Mobil Listrik

4 hari lalu

Kalah dari Cina, Biden Naikkan Tarif Impor Termasuk Mobil Listrik

Biden memutuskan menaikkan tarif impor produk Cina termasuk mobil listrik dan baterainya.

Baca Selengkapnya

5 Proyek Besar Cina di Era Presiden Jokowi

4 hari lalu

5 Proyek Besar Cina di Era Presiden Jokowi

Hubungan ekonomi Cina-Indonesia disebut mencapai masa keemasan di era Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

AS Batasi Izin Ekspor Teknologi untuk Cina, Qualcomm dan Intel Tak Bisa Pasok Chip ke Huawei

5 hari lalu

AS Batasi Izin Ekspor Teknologi untuk Cina, Qualcomm dan Intel Tak Bisa Pasok Chip ke Huawei

AS membatasi izin ekspor teknologi untuk Cina. Qualcomm dan Intel tak lagi bisa memasok produknya ke perusahaan seperti Huawei.

Baca Selengkapnya

Tingkat Perekonomian Indonesia Turun, Ada Dampak dari Perlambatan di Cina

5 hari lalu

Tingkat Perekonomian Indonesia Turun, Ada Dampak dari Perlambatan di Cina

Perlambatan perekonomian di Cina memberi dampak ke Indonesia. Sebab sasaran pasar terbesar untuk kegiatan ekspor komoditas alam berada di Cina

Baca Selengkapnya