Siapa Mengebom Hotel dan Gereja di Sri Lanka?
Selasa, 23 April 2019 12:18 WIB
TEMPO.CO, Kolombo – Serangan teror bom di Sri Lanka pada saat perayaan Hari Paskah pada akhir pekan lalu merupakan salah satu aksi kekerasan terburuk pasca serangan 11 September di Amerika Serikat.
Baca:
Sri Lanka Bakal Usut Kegagalan Intelijen Cegah Teror Bom
Serangan yang menewaskan sekitar 290 orang dan melukai sekitar 500 orang ini melibatkan delapan serangan bom, yang berlangsung nyaris bersamaan. Empat bom menyasar empat hotel dengan tiga diantaranya meledak di hotel bintang lima.
Serangan juga menyasar tiga gereja, yang dipenuhi warga yang sedang merayakan Hari Paskah. Lalu, sebuah bom meledak di sebuah rumah yang digerebek petugas keamanan dan menewaskan tiga orang polisi.
Namun, tidak ada satupun kelompok yang mengaku bertanggung jawab hingga hari ketiga pengeboman, yang juga menewaskan setidaknya 39 warga asing. Kebanyakan warga asing ini sedang berada di hotel.
Baca:
Pangeran William dan Kate Middleton Berduka untuk Sri Lanka
“Yang membingungkan dari serangan-serangan ini adalah meskipun Sri Lanka telah mengalami banyak serangan teroris di masa lalu saat terjadi peperangan antara pasukan pemerintah melawan kelompok separatis Macan Tamil, perang itu sendiri telah berakhir satu dekade lalu,” begitu dilansir CNN pada Senin, 22 April 2019.
Dan Macan Tamil memiliki pola serangan menyerang tempat-tempat transit perhubungan, kuil Budha dan kantor swasta dan pemerintah. Menurut situs Council on Foreign Relations, Macan Tamil cenderung tidak menyasar gereja.
Menteri Pertahanan Sri Lanka, Ruwan Wijewardene, menyebut insiden teror ini merupakan bentuk ekstrimisme religius. Namun, pola serangan yang menyasar tempat ibadah dan hotel kerap identik dengan serangan kelompok teroris ISIS atau kelompok radikal yang terinspirasi ISIS.
Baca: 87 Bom Ditemukan, Sri Lanka Sebut Jaringan Asing Terlibat
Serangan seperti ini, misalnya, terjadi di Filipina pada Januari 2019, yang menyasar misa di gereja. Pada Mei 2018, kelompok terinspirasi ISIS menyerang tiga gereja di Indonesia. Di Mesir pada 2017, kelompok yang mengaku terafiliasi dengan ISIS menyerang misa di dua gereja.
“Namun, kelompok-kelompok ini tidak memiliki kehadiran jelas di Sri Lanka,” begitu dilansir CNN. Meski pada 2016, pemerintah mengatakan ada 32 warga Sri Lanka yang bergabung dengan kelompok terafiliasi ISIS.
Menurut dokumen laporan intelijen yang beredar sehari pasca serangan teror bom di Sri Lanka, otoritas intelijen mencurigai adanya rencana serangan teror oleh kelompok kecil bernama Nations Thawahid Jaman. Informasi ini telah diperoleh pada 11 April atau sepuluh hari sebelum serangan teror terjadi.
“Namun tidak jelas apakah kelompok Islamis ini yang melakukan serangan kemarin itu,” begitu dilansir CNN.
Baca: Teror Bom di Sri Lanka Porak-porandakan Tiga Gereja
NTJ iini dipimpin oleh seseorang bernama Mohamad Saharan. Sebuah dokumen tertanggal Desember 2015 yang ditulis oleh Iromi Dharmawardhane, yang merupakan peneliti di Institute of South Asian Studies di National University of Singapore, menyebut ada sebuah kelompok dengan nama mirip yaitu Sri Lanka Thawheed Jamaat.
Kelompok ini mendapat pengaruh dari Tamil Nadu Thawheed Jamaath dan kelompok ekstrimis yang berbasis di India. “Kolombo merasa prihatin kelompok SLTJ ini bisa menjadi platform bagi grup-grup di Sri Lanka untuk bergabung dengan kelompok ISIS untuk bertempur di dalam negeri atau luar negeri,” begitu dilansir Iromi dalam tulisannya.
Namun, kelompok SLTJ ini mendapat perhatian kecil dari otoritas keamanan setempat selama empat tahun terakhir. Ini bisa terjadi karena kekhawatiran akan tumbuhnya radikalisme di antara populasi minoritas Sri Lanka tidak termanifestasi menjadi perekrutan militan.
Baca: Dua dari Delapan Ledakan di Sri Lanka adalah Bom Bunuh Diri
Media Dailyo melansir kelompok lain yang menarik perhatian pasca serangan bom itu adalah kelompok ekstrimis Budha yang bernama Bodu Bala Sena. Kelompok ini mulai aktif beberapa tahun terakhir di Sri Lanka, yang menarget masjid dan menggerakkan aksi penyerbuan terhadap toko yang dikelola warga Muslim.
“Namun, keterampilan yang didemonstrasikan oleh pengeboman terkoordinasi ini menunjukkan adanya pengorganisasian level tinggi dan infrastruktur yang mendukung, motivasi tinggi dan eksekusi ala militer,” begitu dilansi Dailyo.
Pola ini mengigatkan publik kepada pola serangan kelompok ISIS atau kelompok yang terinspirasi kelompok teroris. Kelompok ini sempat beroperasi di kawasan Irak dan Suriah, sebelum dikalahkan pemerintah Irak dan Suriah, yang masing-masing didukung AS dan Rusia.
“ISIS mencoba menimbulkan ketegangan antarkelompok agama lewat serangan yang menimbulkan korban jiwa besar di tempat-tempat ibadah,” begitu dilansir Dailyo.
Uniknya, serangan brutal pada Hari Paskah ini terjadi sekitar sebulan menjelang perayaan kekalahan pasukan separatis Macan Tamil LTTE, yang bakal diperingati pada 17 Mei 2019. Perang pasukan pemerintah Sri Lanka dan Macan Tamil ini sempat berlangsung selama 26 tahun dan menelan korban puluhan ribu jiwa. “Peristiwa teror ini menimbulkan ketakutan akan kebangkitan Macan Tamil,” begitu dilansir media dari India ini.
Salah satu serangan terburuk kelompok Macan Tamil terjadi pada 1996, yang menyasar Gedung Bank Sentral di ibu kota Kolombo, Sri Lanka. Serangan truk bunuh diri ini menewaskan 91 orang.